1. Penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD)
Penyebab :
Bakteri Liberobacter asiaticum.
Nama Internasional :
Huang Lung Bin
Daerah penyebaran :
Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, & Nusa Tenggara Barat.
Gejala Penyakit :
• Gejala luar
O Gejala khas CVPD ; belang - belang kuning (blotching), mulai berkembang pada bagian ujung tanaman (pertumbuhan baru) pada daun ketuaannya sempurna, bukan pada daun muda atau tunas. Gejala ni sulit dibedakan dgngejala kekurangan hara Zn. Tulang - tulang daun & urat-urat daun tampak lebih menonjol dgnwarna hijau gelap (kontras dgnwarna lamina daun). Pengamatan gejala sebaiknya dilakukan pada permukaan atas & bawah daun. Gejala belang - belang pada bagian atas sama dgnbagian bawah. Pada gejala lanjut daun menjadi lebih kaku & lebih kecil, tulang daun menjadi berwarna kuning. Gejala ni sangat jelas pada jeruk manis, tetapi kurang jelas pada daun jeruk Mandarin.
Penyebab :
Bakteri Liberobacter asiaticum.
Nama Internasional :
Huang Lung Bin
Daerah penyebaran :
Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, & Nusa Tenggara Barat.
Gejala Penyakit :
• Gejala luar
O Gejala khas CVPD ; belang - belang kuning (blotching), mulai berkembang pada bagian ujung tanaman (pertumbuhan baru) pada daun ketuaannya sempurna, bukan pada daun muda atau tunas. Gejala ni sulit dibedakan dgngejala kekurangan hara Zn. Tulang - tulang daun & urat-urat daun tampak lebih menonjol dgnwarna hijau gelap (kontras dgnwarna lamina daun). Pengamatan gejala sebaiknya dilakukan pada permukaan atas & bawah daun. Gejala belang - belang pada bagian atas sama dgnbagian bawah. Pada gejala lanjut daun menjadi lebih kaku & lebih kecil, tulang daun menjadi berwarna kuning. Gejala ni sangat jelas pada jeruk manis, tetapi kurang jelas pada daun jeruk Mandarin.
O Infeksi pada tanaman muda ditandai dgnkuncup berkembang lambat, pertumbuhannya menjulang ke atas, daun menebal, ukuran menjadi lebih kecil dgngejala khas blotching, mottle, belang - belang kuning tak teratur.
O Pada tanaman dewasa, gejala sering bervariasi.
a. Gejala greening sektoral diawali dgnmunculnya gejala blotching pada cabang - cabang tertentu, diiringi dgnpertumbuhan tunas air lebih banyak dr tanaman normal di luar musim pertunasan. Daun - daun pada cabang sakit mencuat ke atas seperti sikat.
b. Pada gejala berat, daun bolh menguning seluruhnya (seperti defisiensi unsur N) & terjadi pengerasan tulang daun primer & sekunder dikenal dgnVein Crocking, daun juga menjadi lebih kaku & menebal. Gejala ni adalah indikator adanya kerusakan lebih berat pada pembuluh angkut / pholem.
c. Pada tanaman sudah berproduksi, menyebabkan ukuran buah menjadi lebih kecil - kecil hingga sebesar kelereng “nilek” & bentuk tak simetris (Lop sided). Kadang-kadang ditemukan buah “red nose” (warna orange pada pangkal buah, terutama di tempat - tempat terlindung dr sinar matahari. Buah jeruk terserang bijinya abortus, kehitaman & rasanya asam.
• Gejala dalam
O Irisan tipis ibu tulang daun bergejala khas CVPD, terlihat jaringan floemnya tampak lebih tebal, karena adanya pengempisan pembuluh tapis dalam floem berupa jalur - jalur putih. Bila diberi pewarna KI akan terlihat adanya akumulasi pati berlebihan dalam sel - sel tersebut
O Dalam menetapkan bahwa tanaman jeruk terserang CVPD harus hati - hati. Di lapangan, baik petugas maupun petani masih mengalami kerancuan, karena gejala serangan penyakit ni mirip dgngejala kekurangan unsur makro / mikro (Zn,Fe, Mn, Mg, & lain - lain).
O Untuk mengetahui lebih lanjut, apakah tanaman jeruk terserang penyakit CVPD bisa diketahui dgnmenggunakan : 1) Mikroskop Elektron, 2) Polymerase Chain Reaction - PCR (Spesifik primer), 3) Uji Serologi (metoda I – ELISA & DIBA), 4) Hibridisasi DNA, 5) Uji penularan dgnpenyambungan (okulasi mata tempel) & serangga vektor, serta 5) Uji dgntanaman indikator Madame vinous & Vinca rosea.
Morfologi & daur penyakit :
Belum ada laporan mengenai bentuk morfologi patogen. Patogen ni bisa ditularkan melalui bibit tanaman sakit & vektor Diaphorina citri viruliverous(mengandung patogen penyebab penyakit bisa ditularkan). Penularan melalui alat - alat pertanian digunakan dalam pengolahan tanah maupun pemangkasan masih perlu dibuktikan. Vektor D. citri baru bisa menularkan CVPD ke tanaman sehat 168 – 380 jam setelah menghisap tanaman sakit. Gejala penyakit tampak pada tanaman kurang lebih 4,5 bulan setelah penularan penyakit.
Faktor - faktor mempengaruhi penyakit :
Tingkat populasi serangga penular, kecepatan angin, tingkat ketahanan varietas berpengaruh terhadap kecepatan penularan penyakit ini.
Tanaman inang lain :
Anggota Rutaceae seperti Poncirus tripoliata Raf., Kemuning (Murraya paniculata L.), Swinglea glutinosa Merr., Clausena indica, Atalantia missionis & Triphasia aurantiola, tapak dara / Periwinkel (Vinca rosea L.), Maja (Aegle marmeles), & Kawista (Limnocitrus lettoralis).
Pengendalian : Penerapan PTKJS
Peraturan: Melarang membawa / memasukkan benih jeruk dr daerah serangan ke daerah lain masih bebas penyakit CVPD (belum terserang).
2. Penyakit Tristeza (Quick Decline)
Penyebab : Virus Tristeza jeruk (Citrus Tristeza Virus =CTV) dgnserangga penular Toxoptera citricida Krik. (Aphis citricidus Kirk., Aphis tavaresi Del Garcio, Aphis citricola Van der Goot), T. auranti Fonsc., Aphis spiraecola Patch., Aphis gossypii Glou, Myzus persicae Sulz. & Ferrisia virgata Ckll.
Penyebaran : Di Indonesia terbisa di Sumatera, Jawa, & Kalimantan. Di Luar Negeri dilaporkan terbisa di Malaysia, Thailand, Philipina, Taiwan, Fiji, India, Australia, Selandia Baru. Hawaii, Israel, AfrikaSelatan & Barat, serta Amerika Utara & Selatan.
Gejala :
Gejala infeksi pada tanaman ; kerusakan pada jaringan pembuluh tapis (floem), lekukan atau celah - celah pada jaringan kayu pada batang, cabang atau ranting & gejala daun menguning. Pada varietas tahan seperti jeruk keprok gejalanya bolh tak tampak tetapi tetap adalah sumber infeksi bagi varietas peka.
Gejala khas penyakit virus ni ; daun - daun tanaman berubah menjadi berwarna perunggu atau kuning & gugur sedikit demi sedikit. Biasanya terjadi pemucatan tulang daun (vein clearing) berupa garis - garis putus atau memanjang pada tulang daun tembus cahaya 2 minggu sampai 2 bulan setelah tertular. Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat / merana, kerdil, daun kaku & berukuran lebih kecil dgntepinya melengkung keatas. Bunga dihasilkan berlebihan, tetapi tdak bisa berkembang menjadi buah masak.
Morfologi & daur penyakit :
Virus mempunyai zarah - zarah berbentuk batang lentur atau benang dgnukuran 10 - 12 x 2.000 mm. Virus bisa menular secara mekanis melalui tanaman tali putri & alat pada waktu melakukan perbanyakan & pemangkasan. Penularan secara alami di lapang bisa terjadi dgnperantara kutu daun sebagai vektor yaseperti itu: Toxoptera citricida Kirk., T. Aurantii Fonsc., Aphis citricidus Kirk., A. tavaresi Del Garcio, A. citricola Van der Goot, A. gossypii, A. spiraecola Patch., Ferrisia virgata Ckll. & Myzus persicae Sulz.
Kutu daun ni sudah bisa menularkan virus jika mengisap tanaman sakit selama 5 detik dgnmasa inkubasi 5 detik & hanya bisa menularkan secara efektif bila 27 ekor kutu daun secara bersama - sama menularkan pada tanaman sehat. Efektivitasnya hanya terjadi dalam waktu singkat.
Faktor mempengaruhi penyakit :
Perkembangan penyakit ni dipengaruhi olh varietas, suhu & populasi serangga penular. Suhu antara 28 - 36 C selama 10 hari bisa menekan gejala pada daun.
Tanaman inang lain : Belum diketahui
Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Penggunaan bibit sehat
- Penggunaan mata tempel bebas penyakit & batang bawah tahan terhadap virus Tristeza
- Eradikasi terhadap tanaman sakit & tanaman inang serangga penular, kemudian dibakar.
b. Kimiawi
Pengendalian serangga penular dgninsektisida efektif.
3. Busuk Pangkal Batang (Brown rot Gummosis)
Penyebab :
Cendawan Phytophthora spp., diantaranya penting ; a) P. nicotianae B. de Haan var parasitica (Dast). Waterh (dulu : P. parasitica Dast), b) P. citrophthora (R.E. Sm. & E.H. Sm.) Leonian, (dulu : Pythiacytic citrophthora R.E. Sm. Et E.H. Sm), & c) P. palmivora (Butl). Di Indonesia spesies utama ; P. nicotianae var. parasitica.
Penyebaran :
Penyakit terbisa di Jawa, Sumatera, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, & Bali.
Gejala :
Penyakit ni umumnya menyerang pada bagian pangkal batang dekat permukaan tanah atau pada bagian sambungan antara batang atas & bawah bibit jeruk okulasi. Gejala awal tampak berupa bercak basah berwarna gelap / hitam kebasah-basahan pada permukaan kulit pangkal batang. Jaringan kulit kayu terserang mengalami perubahan warna bahkan permukaan kulit, kambium, kayu, terutama pada serangan lanjut. Kulit batang terserang, permukaannya cekung & mengeluarkan belendok, & pada tanaman terserang sering terbentuk kalus. Kematian tanaman akibat serangan penyakit ni terjadi apabila bercak pada kulit melingkari batang.
Perkembangan bercak ke bagian atas, umumnya terbatas hingga 60 cm di atas permukaan tanah, sedangkan perkembangan ke bagian bawah bisa meluas ke bagian akar tanaman.
Morfologi & daur penyakit :
Cendawan P. nicotianae var parasiticia sporangiumnya berbentuk jorong sampai agak bulat, berbentuk buah pir, dgnsporangiofor lebih halus dr pada hifa. Spora mempunyai dua bulu cambuk (flagela), & patogen bisa membentuk klamidospora bulat, berdinding agak tebal.
P. citrophthora sporangiumnya berbentuk jorong atau berbentuk sitrun, & terbentuk pada bagian tengah atau ujung sporangiofor. Sporangiofor bercabang tak teratur. Spora mempunyai 2 bulu cambuk. Patogen juga bisa membentuk klamidospora.
P. palmivora mempunyai sporangium jorong, & bisa membentuk klamidospora. Cendawan P. palmivora bisa bertahan dalam tanah & membentuk spora kembara. Cendawan ni disebarkan terutama olh hujan & air pengairan mengalir di atas permukaan tanah.
Penyakit busuk pangkal batang lebih banyak menyerang kebun dgnketinggian lebih dr 400 m dpl, pada tanah - tanah basah, seperti tanah lempung berat bisa menahan air lebih lama.
Patogen masuk lewat luka pada pangkal batang (penyebaran olh oospora melalui luka alamiah, luka karena alat pertanian, atau luka olh serangga). Infeksi terjadi terutama pada musim hujan & dibantu olh pH tanah agak asam (6,0 - 6,5). Infeksi patogen juga dibantu olh kabut & fluktuasi suhu kecil akan memperlambat penguapan.
Faktor - faktor mempengaruhi penyakit :
Penyakit ni lebih banyak menyerang pada ketinggian kebun lebih dr 400 m di atas permukaan laut & mempunyai temperatur tanah cukup tinggi. Tingkat ketahanan varietas sangat berpengaruh terhadap tingkat serangan patogen ini. Jenis peka ; jeruk manis, jeruk nipis, sitrun Italia, Japanese citroen (JC) & Rough Lemon (RL) sangat rentan terhadap penyakit ini, sedangkan toleran ; trifoliate orange, jeruk masam, Swingle Ctromelo, Citrange (Corrizo & Troyer), Sukade, jeruk Keprok, jeruk Manis, Grape Fruit, jeruk besar, jeruk nipis, & Lemon
Tanah basah, adanya kabut, & fluktuasi suhu kecil, pH tanah agak masam yaseperti itu6,0 - 6,5 adalah kondisi cocok untuk perkembangan patogen.
Tanaman inang lain :
Kacang tanah, cabai, tapak dara, kenaf, ubi kayu, jarak, terung, sirsak, srikaya, aren, pepaya, kelapa, terung belanda, durian, karet, pala, sirih, lada, kakao, anggrek Vanda & kemiri minyak.
Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Menanam jeruk di atas gundukan - gundukan setingi 20 - 25 cm, tetapi tanaman jangan dibumbun agar batang atas tak berhubungan dgntanah.
- Menggunakan benih dgnmata tempel setinggi 35 - 50 cm dr permukaan tanah, untuk mengurangi kemungkinan batang atas rentan terinfeksi cendawan dr tanah.
- Menghindr air pengairan mengenai / terkena langsung pangkal batang dgnmembuat selokan melingkari batang.
- Mengurangi kelembaban kebun dgnmengatur drainase, jarak tanam, pemangkasan, & sanitasi lingkungan / kebun.
- Menghindarkan terjadinya pelukaan terhadap baik akar maupun pangkal batang pada waktu pemeliharaan / penyiangan.
- Pemupukan
- Pengamatan pangkal batang jeruk secara teliti & teratur, terutama pada musim hujan, agar gejala penyakit bisa diketahui secara dini.
- pH tanah diupayakan lebih dr 6,5, dgnpemberian dolomit (kapur pertanian),
b. Mekanis / fisis
- Membongkar tanaman (termasuk akarnya) terserang berat, kemudian membakarnya.
- Memotong / membuang bagian tanaman sakit, termasuk 1 - 3 cm bagian kulit sekitarnya sehat, kemudian diolesi fungisida. Untuk mempercepat pemulihan (regenerasi), sebaiknya bagian atas & bekas luka potongan membentuk titik.
- Menggunakan multiple foot stock (kaki ganda) dgnteknik aaneting / penyusuan (sambung samping) dgnbatang bawah sehat 1 atau beberapa, tergantung besar tanaman akan ditolong untuk membantu fungsi akar & pohon rusak.
c. Biologi
Mengunakan agens antagonis cendawan Trichoderma spp., Gliocladium spp. dicampur dgnpupuk kandang / kompos.
d. Genetika / Varietas Tahan
- Menggunkan batang bawah tahan terhadap Phytophthora, seperti “trifoliate orange” atau jeruk masam.
- Varietas tahan terhadap Phytophthora & salinitas, yaseperti ituTaiwanica & Citromello 4475.
e. Kimia
- Melumasi pangkal batang & akar - akar tampak dr luar dgnter (Carbolineum plantarum 50 %) sampai setinggi 50 cm. Perlakuan tersebut dimulai tahun ketiga setelah penanaman & setiap awal musim hujan (untuk Jawa September atau setiap 6 bulan. Agar batang berwarna hitam tak banyak menyerap panas hingga kulitnya rusak (untuk mencegah infeksi setelah diberi ter), maka bagian diberi ter ditutup dgnlarutan kapur ditambah dgngaram dapur (25 kg kapur mati, 2 kg garam dapur, & 25 - 35 liter air.
- Mengoles luka (bekas tanaman terinfeksi dibuang) dgnbubur California, bubur Bordo (Lampiran 3), Carbolineum-parafin (8 : 92), Mankozeb, atau tembaga oksiklorida. Kemudian luka ditutup dgnobat penutup luka, seperti ter, setelah kulit mengalami regenerasi.
- Membersihkan alat - alat pertanian akan digunakan, misal dgnpemutih (klorok).
4. Penyakit Kulit Diplodia (Bark rot / Diplodia Cummosis)
Penyebab :
Cendawan Botryodiplodia theobromae Pat. (Oomycetes); dulu dikenal dgnnama Diplodia zae Lev.; Diplodia natalensis P.Evans.
Penyebaran :
Di Indonesia penyakit ni terbisa di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan Selatan, & Sulawesi Selatan. Di luar negeri penyakit terbisa di Amerika Serikat, Kuba, India, Malaysia, & Thailand.
Gejala :
Pada jeruk dikenal dua macam Diplodia yaseperti ituDiplodia “basah” & Diplodia “kering”. Penyakit ni bisa menyerang akar, batang & ranting & bisa mengakibatkan busuk akar, busuk leher & mati ranting.
Serangan Diplodia basah mudah dikenal karena tanaman terserang mengeluarkan “blendok” berwarna kuning emas dr batang atau cabang - cabang tanaman. Kulit tanaman terserang setelah beberapa lama bisa sembuh kembali, kulit terserang mengering & mengelupas. Sering terjadi penyakit berkembang terus, hingga pada kulit terjadi luka - luka tak teratur, kadang-kadang terbatas pada jalur sempit, memanjang & bisa juga berkembang melingkari batang atau cabang bisa menyebabkan kematian cabang atau tanaman. Cendawan berkembang di antara kulit & kayu, & merusak lapisan kambium tanaman. Kayu telah mati berwarna hijau sampai hitam.
Serangan Diplodia kering umumnya lebih berbahaya karena gejala permulaan sukar diketahui. Kulit batang atau cabang tanaman terserang mengering, terbisa celah - celah kecil pada permukaan kulit, & pada bagian kulit & batang ada di bawahnya berwarna hitam kehijauan. Pada bagian celah - celah kulit terlihat adanya massa spora cendawan berwarna putih atau hitam. Perluasan kulit mengering sangat cepat & bila sampai menggelang tanaman, menyebabkan daun-daun tanaman menguning & kematian cabang atau pohon.
Morfologi & daur penyakit :
Cendawan bisa membentuk piknidium tersebar, berwarna hitam, mula - mula tertutup & kemudian pecah. Konidium berbentuk jorong, mempunyai 1 sekat, berwarna gelap, & terutama disebarkan olh air & serangga.
Penyakit diplodia banyak terbisa di dataran rendah & tempat - tempat dgnkelembaban tinggi Infeksi & perkembangan penyakit terjadi pada awal musim hujan (antara bulan Oktober – Nopember). Patogen masuk lewat luka: alamiah, alat - alat pertanian, retak karena beban buah terlalu berat.
Faktor - faktor mempengaruhi penyakit
Perkembangan & tingkat serangan penyakit dipengaruhi olh jenis & umur tanaman. Jenis jeruk besar seperti jeruk Delima, Pandawangi, & Bali peka terhadap Diplodia basah & diplodia kering Bertambahnya umur tanaman pada jenis jeruk tertentu akan meningkat pula ketahannya tetapi pada jenis lain bolh menurun ketahanannya. Jeruk Pandanwangi peka pada umur 4 tahun, tetapi semakin tahan dgnbertambahnya umur tanaman, sedangkan jeruk Delima agak peka pada usia muda, tetapi makin peka dgnbertambahnya umur tanaman.
Kekeringan terjadi secara tiba-tiba, pembuahan terlalu lebat, & adanya pelukaan pada tanaman adalah kondisi baik untuk perkembangan patogen.
Tanaman inang lain :
Cendawan ni bersifat polifag bisa menyerang beberapa macam jenis tanaman.
Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Sanitasi tanaman. Potong pohon / cabang / ranting terserang berat, buang kulit terinfeksi sedang & bersihkan kulit terinfeksi ringan serta lingkungan dr gulma.
- Mengurangi kelembaban kebun dgnmengatur jarak tanam & melakukan pemangkasan.
- Penjarangan buah, agar keadaan tanaman tak terlalu berat, hingga cabang / ranting tak luka / retak.
- Menghindr pelukaan terhadap akar maupun batang pada waktu penyiangan.
- Perlakuan pembersihan dgnmenggosok batang tanaman, agar batang semakin halus.
- Pemupukan berimbang, terutama setelah panen.
- Drainase. Menjaga agar pengairan tetap baik.
b. Mekanis / fisis
- Memotong / membuang bagian bagian kulit batang tanaman sakit, termasuk 1 - 2 cm bagian kulit sekitarnya sehat, kemudian diolesi dgnbahan penutup luka (karbolineum parafin, fungisida atau ter.
- Mengumpulkan sisa - sisa tanamn & memotong cabang - cabang terserang penyakit berat, kemudia dibakar.
- Membongkar tanaman terserang berat & dibakar.
c. Biologi
Mengunakan agens antagonis Trichoderma spp., Gliocladium spp., Pseudomonas fluorescens & dilanjutkan dgnBacillus subtilis telah dicampur dgnpupuk kandang/kompos, setelah kulit dikupas.
d. Genetika / Varietas Tahan
Varietas tahan belum ada. Varietas agak tahan (agak toleran) ; Pandanwangi (cikoneng), jeruk manis, & jeruk grape fruit.
e. Kimia
- Mengoleskan bubur California atau fungisida efektif berbahan aktif metil tiofanat & siprokonazol pada bagian kulit batang / ranting tanaman sakit setelah dibersihkan lebih dulu, & untuk pencegahan di daerah kronis endemis.
- Membersihkan alat-alat pertanian akan digunakan, misal dgnpemutih (klorok).
5. Penyakit Antraknosa
Penyebab :
Cendawan Colletotrichum gloeosporioides Penz., dgnbentuk sempurnanya ; Glomerella cingulata. Cendawan penyebab lainnya ; Gloeosporium limetticolum Clausen.
Penyebaran :
Penyakit ni dikenal di semua negara penanam jeruk. Di Indonesia penyaki ni tersebar di Jawa, Bali, Kalimantan Barat, & NTB.
Gejala :
Ujung tunas menjadi coklat, bagian nekrotik hitam berkembang ke pangkal & menyebabkan mati ujung. Pada cuaca lembab, timbul bintik - bintik hitam (terdiri dr aservulus) pada ranting. Pada tanaman besar patogen ni bisa mengakibatkan ranting mati & bercak pada buah. Gejala mati ujung ranting dimulai dr daun-daun pada cabang atau ranting berwarna kuning, kemudian mati & gugur. Kadang kala pada batas antara bagian jaringan sakit & sehat keluar blendok.
Gejala antraknosa pada buah ; adanya bercak / bintik - bintik coklat kemerahan atau coklat hitam, berbentuk bulat pada permukaan kulit buah, lama - lama menjadi cekung, mengeras & kering.
Morfologi & daur penyakit :
Aservulus dangkal, seta bersekat 1 - 2. Konidium hialin, berbentuk bulat telur dgnkedua ujungnya agak runcing.
Faktor - faktor mempengaruhi penyakit :
Faktor sangat mempengaruhi mati ranting atau ujung ; lemahnya jaringan tanaman karena kondisi tanaman kurang baik, bisa disebabkan olh perawatan kurang baik, misalnya tanah kurus terutama defisiensi fosfor, kekurangan air, & adanya lapisan cadas atau adanya gangguan organisme lain. Cuaca lembab & panas adalah kondisi lingkungan mendukung terjadinya infeksi pada buah.
Tanaman inang lain :
Bawang - bawangan, jambu mete, srikaya, sirsak, teh, pepaya, tapak dara, beras tumpah (Dieffenbachia saguine), bisbul, kesemek, Dracaena sp (ornamental), kelapa sawit, lokuat, kastuba, manggis, karat, pacar banyu, leci, kweni, pala, apokat, jambu biji, delima, kakao, & anggrek Vanda.
Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Penggunan bibit bukan berasal dr cangkokan.
- Menjaga agar tanaman pada kondisi optimum dgnmemperbaiki kondisi tanah (drainase & kesuburan tanah baik).
- Sanitasi terhadap bagian atau sisa - sisa tanaman bisa menjadi sumber infeksi, kemudian dibakar.
b. Kimiawi
Penggunaan fungisida efektif sesuai dgnanjuran.
6. Penyakit Embun Tepung (Powdery Mildew)
Penyebab :
Cendawan Oidium tingitanium Carter, juga disebut Acrosporium tingitanium (carter) subr.
Penyebaran :
Penyakit ni menyebar di pertanaman jeruk di seluruh Indonesia. Di luar negeri terbisa di California, Brasilia, Panama, India, Sri Lanka, Filipina, Malaysia.
Gejala :
Cendawan ni bisa menyerang daun & ranting - ranting muda atau bagian tanaman masih tumbuh aktif. Permukaan daun atau ranting-ranting muda tertutupi olh lapisan tepung berwarna putih. Tepung putih ni adalah massa dr konidia cendawan. Jaringan di bawah lapisan tepung tersebut berwarna hijau tua kebasah - basahan. Serangan berat menyebabkan daun - daun menjadi mengeriting atau mengalami penyimpangan bentuk (malformasi), mengering, tetapi daun - daun tetap melekat pada ranting - ranting tanaman.
Morfologi & daur penyakit :
Apresorium membulat, konidium berbentuk tong dgnujung - ujung membulat, tak berwarna, berbutir halus. Konidium membentuk rantai terdiri dr 4 - 8 konidium. Penyebarannya dipencarkan olh angin.
Faktor-faktor mempengaruhi penyakit :
Penyakit dipengaruhi olh ketinggian tempat. Serangan penyakit ni jarang terjadi di dataran rendah. Adanya tunas-tunas muda & kelembaban tinggi adalah kondisi baik bagi perkembangan patogen.
Tanaman inang lain : Belum diketahui
Pengendalian :
a. Kultur teknis
Sanitasi terhadap tunas atau daun-daun terinfeksi tak produktif.
b. Kimiawi
Penyemprotan dgnserbuk belerang atau penggunaan fungisida efektif, bila dijumpai serangan. Bila menggunakan serbuk belerang, untuk tanaman jeruk dibutuhkan 20 - 30 kg tepung belerang per hektar. Penghembusan tepung belerang hendaknya dilakukan pagi hari, saat bunga & daun masih basah olh embun. Bila penghembusan dilakukan saat hari telah panas bisa menimbulkan luka bakar pada bunga & daun.
7. Jamur Upas
Penyebab :
Cendawan Corticium salmonicolor B. & B.
Penyebaran :
Tersebar luas di daerah penanaman jeruk di Indonesia.
Gejala :
Batang, cabang, & ranting terlihat dilapisi olh benang-benang mengkilat seperti sarang laba-laba(stadium membenang. Cendawan berkembang terus, masuk ke dalam kulit & menyebabkan kulit membusuk. Daun - daun menjadi gugur, ranting & cabang terserang bisa mengalami kematian, terbisa bintil - bintil spora (stadium membintil). Pada stadium lanjut warna merah jambu berubah menjadi abu-abu & lapisan miselium membentuk bercak - bercak tak beraturan atau seperti kerak (stadium nekator).
Morfologi & daur hidup
Morfologi pertumbuhan patogen pada tanaman mengalami 4 stadia yakni stadium membenang, stadium membintil, stadium kortisium & stadium nekator. Stadium membenang adalah perkembangan awal patogen. Patogen masuk secara mekanis.
Faktor - faktor mempengaruhi penyakit :
Cendawan / penyakit akan berkembang bila kelembaban & cahaya mengenai bagian tanaman, kurang
Tanaman inang lain :
Karet, kakao, kopi, teh & cengkeh.
Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Sanitasi dgnmembuang bagian tanaman sakit. Pemotongan dilakukan pada bagian tanaman sehat, yaseperti itu+ 5 cm dr batas bagian tanaman sakit & sehat. Luka terjadi ditutup dgnbahan penutup luka. Potongan bagian tanaman sakit dikumpulkan & dibakar.
- Menjaga kebersihan kebun & mencegah terjadinya kelembaban tinggi.
b. Kimiawi
Melabur bagian tanaman sakit dgnfungisida efektif bila dijumpai serangan, harus diiringi dgnpengendalian kutu - kutu daun dgninsektisida efektif.
8. Penyakit Kudis (Scab)
Penyebab :
Cendawan Sphaceloma fawcetti (Mc Alpin & Tyron) Jenkins
Penyebaran :
Penyakit kudis terbisa menyebar di pertanaman jeruk di indonesia. Di luar negeri penyakit ni dilaporkan terbisa di Jepang, Florida, Teluk Meksiko, Australia, & Argentina.
Gejala :
Gejala kudis bisa terjadi pada daun, ranting & buah. Pada tanaman rentan gejala kudis menyerupai bintil - bintil kecil agak menonjol berwarna kuning atau orange. Kemudian bintil - bintil ni berubah menjadi coklat kelabu, bersatu, keras & bergabus membentuk kerak. Pada daun, gejala kudis terbisa pada bagian bawah permukaan daun & kadang-kadang bisa dijumpai pada bagian atasnya. Daun terserang berkerut & gugur. Buah - buah terserang terhambat pertumbuhannya & sering mengalami malformasi.
Morfologi & daur penyakit :
Aservulus cendawan ni bisa terpisah - pisah atau bersatu, & agak bulat. Konidiofor berbentuk tabung, dgnujung meruncing, warna hialin, kemudian menjadi agak keruh & bersekat 1 berwarna gelap.
Patogen bisa bertahan pada daun, & ranting tanaman terinfeksi. Spora cendawan bisa disebarkan olh percikan air hujan, tetesan embun, angin, & serangga. Daun & buah masih muda sangat mudah terinfeksi patogen ini.
Faktor - faktor mempengaruhi penyakit :
Keadaan cuaca, tingkat ketahanan varietas, terbentuknya buah & tunas baru sangat berpengaruh terhadap perkembangan penyakit. Pada umumnya penyakit tak berkembang pada musim kemarau, tetapi pada musim hujan, suhu udara antara 15 - 23 C, & tanaman sedang membentuk tunas & buah baru, adalah kondisi menguntungkan bagi perkembangan patogen & adalah titik kritis terutama bila tanamannya rentan.
Tanaman inang lain : Belum diketahui
Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Penanaman varietas tahan
- Mengusahakan agar buah & tunas tanaman pada awal musim hujan sudah besar dimana pada kondisi demikian tanaman menjadi lebih tahan.
- Mengatur saat pembuahan bisa dilakukan dgnmenentukan saat pengairan tanaman tepat pada jenis jeruk tertentu. Unuk jeruk keprok, usahakan terjadi pembuangan lebih awal dgnpemberian air pada tanaman (+ 8 bulan sebelum musim hujan), hingga pada awal musim hujan buah sudah agak besar & mempunyai ketahanan lebih tinggi terhadap penyakit.
b. Mekanis / Fisis
Serangan pada persemaian batang bawah bisa dicegah dgnpenghembusan atau pemberian asap.
c. Kimiawi
Penyakit ni bisa dikendalikan dgnpenyemrpotan bubur Bordo 1,5 - 2 % atau disemprot dgncampuran Zink Zulfate – Cooper Sulfate & kapur tohor dgnperbandingan 3 : 2 : 6 dalam 100 bagian air (dua kali penyemprotan awal berbunga & setelah persarian).
9. Kanker
Penyebab :
Bakteri Xanthomonas compestris pv. Citri (Hasse) Dye. juga dikenal dgnnama Xanthomonas compestris (Hasse Dowson), Pseudomonas citri Hasse & Phytomonas citri (Hasse) Bergex.
Penyebaran :
Penyebaran ni terbisa diseluruh Indonesia. Di luar negeroi dilaporkan terbisa di India, Amerika Serikat, Australia, Afrika Selatan, Selandia Baru, & Malaysia. Penyakit ni termasuk penyakit cukup merugikan banyak jenis jeruk.
Gejala :
Pada daun & buah terjadi luka timbul dr bercak berwarna hijau gelap, kebasah - basahan lalu mengering dgnbagian tengah terjadi pembentukan gabus berwarna coklat / kuning. Pada bagian tengah kulit tersebut terbisa celah - celah menyebabkan terjadinya lubang - lubang seperti kepundan.
Daun & buah sakit kadang - kadang mengalami salah bentuk (malformasi) & ukuran buah menjadi kecil - kecil.
Morfologi & daur penyakit :
Bakteri berbentuk batang, membentuk rantai, berkapsul, tak berspora & bergerak dgnbulu cambuk polar. Patogen bisa bertahan pada bercak di daun, ranting, batang, atau tanah & bertahan lebih lama pada jaringan kanker berkayu. Infeksi terjadi melalui stomata, lentisel, & luka. Bakteri bisa tersebar melalui serangga.
Faktor - faktor mempengaruhi Penyakit :
Perkembangan patogen dipengaruhi olh jenis tanaman & keadaan lingkungan. Adanya embun sangat tebal pada keadaan lembab, bakteri keluar dr luka. Jenis keprok tahan terhadap penyakit ni sedang jeruk Delima, Pandanwangi & Bali sangat rentan. Suhu antara 20 - 35 0C sangat menguntungkan bagi patogen untuk menginfeksi tanaman.
Tanaman Inang Lain :
Agle sp.,Atalantia sp., Feronia sp., Zoysia japonica (rumput).
Pengendalian :
a. Menggunakan kultivar tahan terhadap penyakit kanker.
b. Membersihkan alat - alat dipergunakan di pembibitan misalnya dgnalkohol 70%
c. Pengendalian secara mekanis dgnmemotong bagian tanaman terinfeksi penyakit.
d. Bila infeksi berat, tanaman diearadikasi, kemudian dibakar.
e. Pada intensitas serangan hebat, bisa dilakukan pengendalian dgnmenyemprot daun - daun muda & buah dgnfungisida Copper (misalnya bubur Bordo, Copper oxychloride). Penyemprotan dilakukan tepat sebelum pohon membentuk tunas - tunas baru, pada musim hujan. Sebelum terbisa serangan berat.
10. Embun Jelaga (Scooty Mold)
Penyebab : Cendawan Capnodium citri B. & Esm.
Penyebaran :
Terbisa pada setiap pertanaman jeruk, terutama bila dijumpai adanya kutu - kutu tanaman mengeluarkan embun madu mengandung zat gula.
Gejala :
Daun, ranting & buah terserang dilapisi olh lapisan tipis berwarna hitam. Pada musim kering lapisan ni bisa dikelupas memakai tangan atau terkelupas sendiri, & mudah tersebar olh angin. Buah tertutup olh lapisan hitam ini, biasanya ukurannya lebih kecil & mengalami kelambatan dalam pematangan. Gejala ni banyak terjadi pada pohon jeruk dijumpai kutu - kutu tanaman bisa mengeluarkan embun madu.
Marfologi & daur penyakit :
Miselium berwarna coklat & melekat pada permukaan daun atau bagian tanaman lainnya.
Faktor-faktor mempegaruhi penyakit :
Adanya kutu tanaman bisa mengeluarkan sekresi embun madu seperti Aleurodicus sp., Pseudococcus sp., & Coccus viridis adalah medium baik perkembangan cendawan. Kelembaban tinggi juga bisa mendorong perkembangan cendawan.
Tanaman Inang Lain :
Cengkeh, jambu, & kopi
Pengendalian :
a. Mengendalikan kutu-kutu tanaman antara lain dgnpertisida efektif
b. Mengendalikan cendawan dgnfungisida efektif
11. Penyakit Ganggang
Penyebab :
Ganggang Cephaleuros virescens Kunse.
Penyebaran :
Semua pertanaman jeruk teruitama di daerah tropis
Gejala :
Bercak - bercak berbentuk bundar atau tak beraturan pada daun - daun terserang. Bercak - bercak mempunyai tepi yng tak jelas, permukaan bercak tertutup olh sporangiofor. Bercak - bercak bisa berubah warnanya menjadi coklat kehijau - hijauan. Bila ranting terserang terlingkari, maka kulit ranting membengkak, membesar & pecah - pecah. Pada serangan berat daun - daun berguguran. Pada buah akan tampak lapisan berwarna hijau gelap atau hitam agak tebal mengurangi kualitas buah. Namun lapisan ni biasanya terbisa pada buah - buah terlalu matang untuk dipasarkan.
Morfologi & daur penyakit :
Ganggang ni tak adalah parasit asli. Pada beberapa jenis jeruk, ganggang nampak pada permukaan tanaman, menyebabkan gangguan pada lapisan kutikula, epidermis atau kulit luar
Faktor - faktor mempengaruhi penyakit :
Patogen ni berkembang baik dalam kondisi pertumbuhan tanaman lemah, drainase tanah kurang baik, sinar matahari langsung terik, kekurangan air, & pemeliharaan tanaman kurang baik.
Tanaman inang lain :
Teh, cengkeh, & kopi
Pengendalian :
a. Pemeliharaan tanaman baik, hingga tanaman bisa tumbuh kuat (perbaikan drainase, penyiraman, pemupukan berimbang).
b. Penggunaan pestisida efektif bila dijumpai serangan.
12. Penyakit Buih atau Busa (Foam Disease)
Penyebab :
Penyebab penyakit belum diketahui. Namun kemungkinan disebabkan olh kondisi pertanaman kurang baik.
Penyebaran :
Kalimantan Barat
Gejala :
Busa berwarna putih seperti buih terlihat keluar dr batang atau pada bidang pertemuan antara percabangan. Busa ni biasanya berbau tak enak atau seperti bau alkohol. Kulit pada bagian mengeluarkan busa busuk & apabila dikelupas sering terlihat kumbang - kumbang kecil baik dewasa maupun larvanya. Biasanya luka pada kulit tak menyebar tetapi sembuh secara alami dgnmeninggalkan bekas luka diameter 1 – 3 cm.
Morfologi & daur hidup :
Penyebab penyakit belum diketahui dgnpasti. Kemungkinan busa terbentuk disebabkan olh fermentasi gula pada cairan tanaman olh bermacam - macam cendawan atau yeast kemudian menarik kegiatan kumbang. Masuknya cendawan maupun yeast pada awalnya melalui alur sempit memanjang pada kulit diduga disebabkan olh bekas rembesan atau aliran air terlalu berlebihan selama musim hujan. Penyakit bisa ditularkan olh kumbang tanduk (Xylotrupes gideon), lalat & serangga Caspophillus sp. senang memakan atau mengisap bagian membusuk & berbuih.
Faktor-faktor mempengaruhi penyakit :
Penyakit ni sering terlihat pada kondisi sangat lembab, seperti umumnya daerah rawa airnya berlebihan. Penyakit ni bisa menyerang segala jenis batang bawah. Pada keadaan tertentu, luka bolh menyebar sampai melingkari cabang. Keadaan ni tak berbahaya, kecuali bila timbul luka bisa digunakan sebagai jalan masuk Diplodia.
Tanaman inang lain : Belum diketahui
Pengendalian :
a. Perbaikan drainase di sekitar kebun.
b. Menjaga kesuburan tanaman dgnpemberian air & pupuk berimbang.
c. Bagian tanaman sakit dioles dgncampuran belerang atau belerang kapur.
13. Psorosis (Rimocorticus psorosis Fawc.) Holmes
Penyebab :
Virus atau Citrus Psorosis Virus (CPsV)
Penyebaran :
Jawa Timur, jawa Tengah, bali, Riau, kalimantan Barat. Penyebaran di negara lain ; Florida, Laut Tengah, Afrika Selatan dimana banyak pohon tak produktif akibat serangan penyakit ini.
Gejala :
Gejala awal ; kematian pucuk atau ranting cepat yaseperti itu1 - 2 bulan setelah penularan. Pucuk & ranting terbentuk setelah penularan mula - mula menguning daun-daunnya rontok, selanjutnya mengering. Gejala selanjutnya ; garis - garis klorosis pada jaringan di sekitar tulang daun & bercak - bercak klorosis tepinya bergerigi atau zigzag simetris di sekitar tulang daun tengah, 2 - 4 bulan setelah penularan gejala & terlihat jelas pada daun - daun muda & pada daun sudah menjadi tua gejalanya menghilang.
Pada varietas tertentu seperti jeruk manis menyebabkan pengelupasan kulit pada batang & cabang (Bark scalling) pada 6 - 12 tahun setelah tertulari.
Morfologi & daur penyakit :
Virus ni menular melalui mata tempel berasal dr tanaman terinfeksi. Penularan kemungkinan terbawa biji. Varietas sangat peka ; jenis Sweet Lime, Tangelo, & mandarin
Faktor - faktor mempengaruhi penyakit :
Penggunaan mata tempel berasal dr tanaman sakit & penyebaran bibit ke lokasi lain akan membantu penyebaran & perluasan serangan penyakit ini.
Pengendalian :
a. Menggunakan mata tempel sehat.
b. Mengeradikasi / pemusnahan bibit terserang penyakit & mencegah penyebaran & pemasarannya.
c. Sterilisasi alat - alat perbanyakan dgnalkohol 70 % atau klorok.
14. Exocortis (Scally Butt, Rangpur Lime Disease)
Penyebab :
Viroid atau Citrus Exocorris Virus(CEV).
Penyebaran :
Penyebaran Citrus Exocortis Viroid (CEV) di Indonesia belum banyak diketahui, tetapi telah ditemukan pada beberapa pertanaman jeruk di Kabupaten Malang (Jawa Timur) & Bali. Di luar negeri penyakit ni dilaporkan terbisa di Australia.
Gejala :
Tanaman kerdil, meranggas, layu, produksi menurun & akhirnya mati. Kulit mengelupas di sekeliling batang bawah peka terhadap penyakit ini. Viroid Exocortis bisa hadir dalam keadaan tanpa gejala di tanaman pembawa (carrier). Exorcotis tak menunjukkan gejala pada jenis - jenis jeruk Sweet Orange, Grapefruit, Mandarin, Rough Lemon & Sour Orange. Bila mata tempel terinfeksi dr tanaman tak bergejala ditempelkan pada batang bawah peka maka, akan timbul tanaman berpenyakit Exocortis.
Morfologi & daur hidup :
Viroid berada pada tanaman sebagai asam nuklead bebas tanpa selubung protein. Tahan lama dalam jaringan - jaringan tanaman kering atau sebagai kontaminan pada permukaan bagian tanaman kering, & tetap bisa menginfeksi tanaman. Penularan melalui penggunaan mata tempel telah terinfeksi penyakit & kontaminasi melalui peralatan perbanyakan.
Faktor - faktor mempengaruhi penyakit :
Viroid exorcotis tahan terhadap cara - cara pemanasan & penggunaan bahan - bahan kimia.
Tanaman inang lain : Belum diketahui
Pengendalian:
a. Gunakan mata tempel bebas exocortis.
b. Hindarkan penggunaan peralatan terkontaminasi penyakit dalam perbanyakan atau penanaman. Peralatan bisa dibersihkan dgnnatrium hipoklorit 1 - 2 % atau campuran formaldehid & sodium hidroksida
c. Penyebaran CEV di pembibitan bisa dihindr dgnmemisahkan tanaman terinfeksi dgntanaman sehat.
15. Cachexia Xyloporosis
Penyebab:
Viroid Cachexia Jeruk atau Citrus Cachexia Viroid (CCaV)
Penyebaran: Belum diketahui
Gejala:
Sebagian besar jenis & varietas jeruk bisa terinfeksi olh CCaV, tetapi umumnya tak menunjukkan gejala. Varietas jeruk sangat rentan terhadap infeksi viroid ni ; Tangelo Orlando & Mandarin Parso’s Special. Kedua varietas ni meruapkan tanaman indikator terbaik untuk pengujian CCaV.
Gejala infeksi CCaV pada tanaman - tanaman indikator ni ; terbentuknya bercak-bercak mengandung blendok (lendir kental berwarna coklat) pada jaringan kulit batang, minimum 1 tahun sejak terinfeksi. Pada permukaan dalam jaringan kulit terjadi tonjolan - tonjolan tumpul menyebabkan bagian kayu melekuk ke dalam. Gejala akan tampak lebih nyata pada kondisi suhu hangat (20-350C). tanaman jeruk terserang berat akan kerdil, daun - daun menguning, layu, mengering & akhirnya mati.
Morfologi & daur hidup penyakit :
Penyakit ni disebabkan olh viroid informasinya belum banyak diketahui. Sifat viroid ni mirip dgnviroid exocortis yaseperti itumudah menular melalui penyambungan mata tempel & secara mekanik melalui alat - alat pangkas. Viroid ni tak menular melalui serangga ataupun biji.
Tanaman inang lain : Belum diketahui.
Pengendalian :
a. Menggunakan bahan perbanyakan tanaman sehat.
b. Bibit diketahui terkena penyakit harus segera dibongkar & dimusnahkan.
c. Menjaga kebersihan peralatan dgnnatrium hipoklorit 1 - 2 % (bahan aktif dalam larutan pencuci seperti “clorox”) dgncara disemprotkan atau dicelupkan selama 10 detik. Bahan kimia ni sangat efektif dalam mematikan partikel - partikel viroid menempel pada alat - alat tersebut.
16. Puru Berkayu (Woody Gall)
Penyebab :
Virus puru berkayu jeruk atau Citrus Vein Enation – Woody Gall Virus (CVEV)
Penyebaran :
Di Indonesia dilaporkan terbisa di Jawa Tengah & jawa Barat. Di luar negeri tersebar di Amerika, Australia, Afrika Selatan, Fiji, Peru & India.
Gejala :
Pada tanaman jeruk nipis, infeksi CVEV menyebabkan munculnya tonjolan - tonjolan (enation) tersebar tak beraturan pada tulang daun di permukaan bawah daun. Gejala ni mula - mula berukuran kecil & mulai tampak pada daun - daun muda biasanya terjadi 2 - 3 bulan sejak penularan. Gejala tersebut semakin jelas bila daun menjadi tua. Pada tanaman terinfeksi, gejala tonjolan - tonjolan ni bolh terjadi pada sebagian atau seluruh daun.
Selain pada jeruk nipis, gejala tersebut kadang-kadang dijumpai pada jeruk manis, Siem, Rough lemon (RL) & Sour Orange, tetapi biasanya lebih ringan dibandingkan pada jeruk nipis.
Pada tanaman jeruk disambung pada batang bawah RL, CVEV menyebabkan pembentukan puru - puru atau benjolan - benjolan (gall) pada daerah sambungan, sekitar 6 bulan sejak tertulari. Gejala ni mula-mula berukuran kecil berwarna hijau pucat, kemudian berkembang melebar & membesar tak beraturan.
Morfologi & daur penyakit :
Penyakit ni disebabkan olh virus belum banyak diketahui seluk beluknya. CVEV bersifat endemik di pertanaman jeruk. Virus bisa menular melalui penyambungan mata tempel & di lapang melalui beberapa jenis kutu daun, yaseperti ituT. citridus, A. gossypii & M. persicae. Serangan CVEV hampir selalu bersamaan dgnvirus Tristeza
Tanaman inang lain : Belum diketahui
Pengendalian :
a. Pengendalian serangga vektor dgninsektisida.
b. Pemilihan pohon induk bebas virus, menghasilkan barang atas sehat.
c. Alat - alat dipakai dalam penempelan didisinfeksi dgnteratur.
0 comments:
Post a Comment