Monday, January 5, 2009

Teknologi Cara Budidaya Organik

PENDAHULUAN

Memasuki abad ke-21 banyak keluhan-keluhan masyarakat utamanya masyarakat menengah ke atas tentang berbagai penyakit seperti stroke, penyempitan pembuluh darah, pengapuran, & lain - lain, disebabkan pola makan. Banyak sekali bahan makanan diolah dgnberbagai tambahan bahan kimia. Disamping seperti itubudaya petani menggunakan pestisida kimia dgnfrekuensi & dosis berlebih akan menghasilkan pangan meracuni tubuh konsumen. Adanya logam-logam berat terkandung di dalam pestisida kimia akan masuk ke dalam aliran darah. Bahkan makan sayur dulu selalu dianggap menyehatkan, kni juga harus diwaspadai karena sayuran banyak disemprot pestisida kimia berlebih.

Pada saat ni satu dr empat orang Amerika mengkonsumsi produk organik. Di negara itu, laju pertumbuhan produk organik sangat luar biasa, yakni lebih dr 20 % setiap tahunnya dalam sepuluh tahun terakhir ini, & hal tersebut membuat pertanian organik tumbuh sangat cepat dalam mengisi sektor ekonomi (Wood, Chaves & Comis, 2002). Dalam era globalisasi, pasar sayuran organik sangat terbuka & saat ni Australia telah mengambil peluang ni dgnmengekspor sayuran organik ke pasar Amerika, beberapa negara Eropa seperti Inggris, Jerman & Perancis, Jepang, juga ke beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia & Singpura (McCoy, 2001). Keadaan ni juga dicermti negara Asia seperti Thailand sejak tahun 1995 telah mengeluarkan standarisasi & sertifikasi tentang produk organik (ACT, 2001).

Peluang Indonesia menjadi produsen pangan organik dunia, cukup besar. Disamping memiliki 20% lahan pertanian tropic, plasma nutfah sangat beragam, ketersediaan bahan organik juga cukup banyak. Namun menurut IFOAM (International Federation of Organic Agricultural Movement) Indonesia baru memanfaatkan 40.000 ha (0.09%) lahan pertaniannya untuk pertanian organik, hingga masih diperlukan berbagai program saling sinergis untuk menghantarkan Indonesia sebagai salah satu negara produsen organik terkemuka

Indonesia beriklim tropis, adalah modal SDA luar biasa dimana aneka sayuran, buah & tanaman pangan hingga aneka bunga bisa diCara Budidayakan sepanjang tahun. Survey BPS (2000) menunjukkan produksi sayuran di Indonesia, diantaranya bawang merah, kubis, sawi, wortel & kentang berturut - turut 772.818, 1.336.410, 484.615, 326.693 & 977.349 ton pada total area seluas 291.192 Ha. Selanjutnya survey dilakukan olh Direktorat Tanaman Sayuran, Hias & Aneka Tanaman menunjukkan bahwa kebutuhan berbagai sayuran di 8 pasar swalayan di Jakarta sekitar 766 ton per bulan, dimana sekitar 5 % ; sayuran impor (Rizky, 2002).

SISTEM PERTANIAN ORGANIK

Sejak tahun 1990, isu pertanian organik mulai berhembus keras di dunia. Sejak saat seperti itumulai bermunculan berbagai organisasi & perusahaan memproduksi produk organik. Di Indonesia dideklarasikan Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (MAPORINA) pada tgl 1 Februari 2000 di Malang. Di Indonesia telah beredar produk pertanian organik dr produksi lokal seperti beras organik, kopi organik, teh organik & beberapa produk lainnya. Demikian juga ada produk sayuran bebas pestisida seperti diproduksi olh Kebun Percobaan Cangar FP Unibraw Malang. Walaupun demikian, produk organik beredar di pasar Indonesia sangat terbatas baik jumlah maupun ragamnya.

Pertanian organik bisa didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Dilarangnya penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian organik adalah salah satu kendala cukup berat bagi petani, selain mengubah budaya sudah berkembang 35 tahun terakhir ni pertanian organik membuat produksi menurun jika perlakuannya kurang tepat.

Di sisi lain, petani telah terbiasa mengandalkan pupuk anorganik (Urea, TSP, KCl dll) & pestisida sintetik sebagai budaya bertani sejak 35 tahun terakhir ini. Apalagi penggunaan pestisida, fungisida pada petani sudah adalah hal sangat akrab dgnpetani kita. Itulah digunakan untuk mengendalikan serangan sekitar 10.000 spesies serangga berpotensi sebagai hama tanaman & sekitar 14.000 spesies jamur berpotensi sebagai penyebab penyakit dr berbagai tanaman Cara Budidaya.

Alasan petani memilih pestisida sintetik untuk mengendaliakan OPT di lahannya a.l. karena aplikasinya mudah, efektif dalam mengendalikan OPT, & banyak tersedia di pasar. Bahkan selama enam dekade ini, pestisida telah dianggap sebagai penyelamat produksi tanaman selain kemajuan dalam bidang pemuliaan tanaman. Pestisida beredar di pasaran Indonesia umumnya ; pestisida sintetik.

Sistem Pertanian Organik ; sistem produksi holistic & terpadu, mengoptimalkan kesehatan & produktivitas agro ekosistem secara alami serta mampu menghasilkan pangan & serat cukup, berkualitas & berkelanjutan (Deptan 2002).

Sebenarnya, petani kita di masa lampau sudah menerapkan sistem pertanian organik dgncara melakukan daur ulang limbah organik sisa hasil panen sebagai pupuk. Namun dgnditerapkannya kebijakan sistem pertanian kimiawa berkembang pesat sejak dicanangkannya kebijakan sistem pertanian kimiawi berkembang berkembang pesat sejak dicanangkannya Gerakan Revolusi Hijau pada tahu 1970-an, lebih mengutamakan penggunaan pestisida & pupuk kimiawi, walaupun untuk sementara waktu bisa meningkatkan produksi pertanian, pada kenyataannya dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan pada sifat fisik, kimia, & biologi tanah, akhirnya bermuara kepada semakin luasnya lahan kritis & marginal di Indonesia.

Sistem pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama diterap kan di beberapa negara seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan & Amerika Serikat (Koshino, 1993). Pengembangan pertanian organik di beberapa negara tersebut mengalami kemajuan pesat disebabkan olh kenyataan bahwa hasil pertanian terutama sayur & buah segar ditanam dgnpertanian sistem organik (organic farming system) mempunyai rasa, warna, aroma & tekstur lebih baik daripada menggunakan pertanian anorganik (Park 1993 dalam Prihandarini, 1997).

Selama ni limbah organik berupa sisa tanaman (jerami, tebon, & sisa hasil panen lainnya) tak dikembalikan lagi ke lahan tetapi dianjurkan untuk dibakar (agar praktis) hingga terjadi pemangkasan siklus hara dalam ekosistem pertanian. Bahan sisa hasil panen ataupun limbah organik lainnya harus dimanfaatkan atau dikembalikan lagi ke lahan pertanian agar lahan pertanian kita bisa lestari berproduksi hingga sistem pertanian berkelanjutan bisa terwujud.

TEKNIK CARA BUDIDAYA ORGANIK

Teknik Cara Budidaya adalah bagian dr kegiatan agribisnis harus berorientasi pada permintaan pasar. Paradigma agribisnis : bukan Bagaimana memasarkan produk dihasilkan, tapi Bagaimana menghasilkan produk bisa dipasarkan. Terkait dgnitu, teknik Cara Budidaya harus mempunyai daya saing & teknologi unggul. Usaha Cara Budidaya organik tak bolh dikelola asal - asalan, tetapi harus secara profesional. Ni berarti pengelola usaha ni harus mengenal betul apa dikerjakannya, mampu membaca situasi & kondisi serta inovatif & kreatif. Berkaitan dgnpasar (market), tentunya usaha agribisnis harus dilakukan dgnperencanaan baik & berlanjut, agar produk telah dikenal pasar bisa menguasai & mengatur pedagang perantara bahkan konsumen & bukan sebaliknya.

Teknik Cara Budidaya organik adalah teknik Cara Budidaya aman, lestari & mensejahterakan petani & konsumen. Berbagai sayuran khususnya untuk dataran tinggi, sudah biasa diCara Budidayakan dgnsistem pertanian organik, diantaranya : Kubis (Brassica oleraceae var. capitata L.), Brokoli (Brassica oleraceae var. italica Plenk.), Bunga kol (Brassica oleraceae var. brotritys.), Andewi (Chicorium endive), Lettuce (Lactuca sativa), Kentang (Solanum tuberosum L.), Wortel. (Daucus carota).

Sayuran ini, mengandung vitamin & serat cukup tinggi disamping juga mengandung antioksi& dipercaya bisa menghambat sel kanker. Semua jenis tanaman ni ditanam secara terus menerus setiap minggu, namun ada juga beberapa jenis tanaman seperti kacang merah (Vigna sp.), kacang babi (Ficia faba), Sawi (Brassica sp) ditanam pada saat tertentu saja sekaligus dimanfaatkan sebagai pupuk hijau & pengalih hama. Ada juga tanaman lain ditanam untuk tanaman reppelent (penolak) karena aromanya misalnya Adas.

Dalam upaya penyediaan media tanam subur, penggunaan pupuk kimia juga dikurangi secara perlahan. Untuk memperkaya hara tanah, setiap penanaman brokoli selalu diberi pupuk kandang ayam dgndosis 20 ton/ha. Lahan bekas tanaman brokoli selanjutmya dirotasi dgntanaman wortel dalam penanamannya tak perlu lagi diberi pupuk kandang. Nantinya setelah tanaman wortel dipanen atau 100 hari kemudian, lahan tersebut bisa ditanami brokoli kembali.

PUPUK ORGANIK

Peningkatan mutu intensifikasi selama tiga dasawarsa terakhir, telah melahirkan petani mempunyai ketergantungan pada pupuk menyebabkan terjadinya kejenuhan produksi pada daerah - daerah intensifikasi padi. Keadaan ni selain menimbulkan pemborosan juga menimbulkan berbagai dampak negatif khususnya pencemaran lingkungan. Olh karena seperti ituperlu upaya perbaikan agar penggunaan pupuk bisa dilakukan seefisien mungkin & ramah lingkungan.

Adanya kejenuhan produksi akibat penggunaan pupuk melebihi dosis, selain menimbulkan pemborosan juga akan menimbulkan berbagai dampak negatif terutama pencemaran air tanah & lingkungan, khususnya menkut unsur pupuk mudah larut seperti nitrogen (N) & kalium (K).

Selain itu, pemberian nitrogen berlebih disamping menurunkan efisiensi pupuk lainnya, juga bisa memberikan dampak negatif, diantaranya meningkatkan gangguan hama & penyakit akibat nutrisi tak seimbang. Olh karena itu, perlu upaya perbaikan guna mengatasi masalah tersebut, hingga kaidah penggunaan sumber daya secara efisien & aman lingkungan bisa diterapkan.

Efisiensi penggunaan pupuk saat ni sudah menjadi suatu keharusan, karena industri pupuk kimia berjumlah enam buah telah beroperasi pada kapasitas penuh, sedangkan rencana perluasan sejak tahun 1994 hingga saat ni belum terlaksana. Di sisi lain, permintaan pupuk kimia dalam negeri dr tahun ke tahun terus meningkat, diperkirakan beberapa tahun mendatang Indonesia terpaksa makin banyak mengimpor pupuk kimia. Upaya peningkatan efisiensi telah menbisa dukungan kuat dr kelompok peneliti bioteknologi berkat keberhasilannya menemukan pupuk organik bisa meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia. Pengembangan industri pupuk organik mempunyai prospek cerah & menawarkan beberapa keuntungan, baik bagi produsen, konsumen, maupun bagi perekonomian nasional.

Upaya pembangunan pertanian terencana & terarah dimulai sejak Pelita pertama tahun 1969, telah berhasil mengeluarkan Indonesia dr pengimpor beras terbesar dunia menjadi negara mampu berswasembada beras pada tahun 1984. Namun di balik keberhasilan tersebut, akhir - akhir ni muncul gejala mengisyaratkan ketidakefisienan dalam penggunaan sumber daya pupuk. Keadaan ni sangat memberatkan petani, lebih-lebih dgnadanya kebijakan penghapusan subsidi pupuk & penyesuaian harga jual gabah tak berimbang.

Beberapa penelitian menkut efisiensi penggunaan pupuk, khususnya dilakukan olh kelompok peneliti bioteknologi pada beberapa tahun terakhir, sangat mendukung upaya penghematan penggunaan pupuk kimia. Upaya tersebut dilakukan melalui pendekatan peningkatan daya dukung tanah dan/atau peningkatan efisiensi produk pupuk dgnmenggunakan mikroorganisme. Penggunaan mikroorganisme pada pembuatan pupuk organik, selain meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, juga akan mengurangi dampak pencemaran air tanah & lingkungan timbul akibat pemakaian pupuk kimia berlebihan.

Industri pupuk organik saat ni mulai tumbuh & berkembang, beberapa perusahaan bergerak dibidang pupuk organik cukup banyak bermunculan, antara lain seperti ; PT Trimitra Buanawahana Perkasa bekerjasama dgnPT Trihantoro Utama bersama Pemda DKI Jakarta & Pemkot Bekasi saat ni akan mengolah sampah kota DKI Jakarta, PT Multi Kapital Sejati Mandiri bekerjasama dgnGapoktan (Gabungan Kelompok Tani) & Pemda Kabupaten Brebes Jawa Tengah mengolah sampah kota & limbah perdesaan. PT PUSRI selain memproduksi pupuk kimia, saat ni bersama PT Trihantoro Utama & Dinas Kebersihan Pemda DKI Jakarta juga memproduksi pupuk organik. Sampah & limbah organik diolah dgnmenggunakan teknologi modern dgnpenambahan nutrien tertentu hingga menghasilkan pupuk organik berkualitas.

Penggunaan pupuk organik bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia, hingga dosis pupuk & dampak pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia bisa secara nyata dikurangi. Kemampuan pupuk organik untuk menurunkan dosis penggunaan pupuk konvensional sekaligus mengurangi biaya pemupukan telah dibuktikan olh beberapa hasil penelitian, baik untuk tanaman pangan (kedelai, padi, jagung, & kentang) maupun tanaman perkebunan (kelapa sawit, karet, kakao, teh, & tebu) diketahui selama ni sebagai pengguna utama pupuk konvensional (pupuk kimia). Lebih lanjut, kemampuannya untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan terbukti sejalan dgnkemampuannya menurunkan dosis penggunaan pupuk kimia.

Beberapa hasil penelitian di daerah Pati, Lampung, Magetan, Banyumas, organik terbukti bisa menekan kebutuhan pupuk urea hingga 100 persen, TSP/SP36 hingga 50 persen, kapur pertanian hingga 50 persen. Biaya dihemat mencapai Rp. 50.000/ha, sedangkan produksi kedelai meningkat antara 2,45 hingga 57,48 persen. Keuntungan diperolh petani kedelai naik rata - rata p. 292.000/ha, terdiri dr penghematan biaya pemupukan sebesar Rp. 50.000/ha, & kenaikan produksi senilai Rp. 242.000/ha (Saraswati et al., 1998).

Aplikasi pupuk organik dikombinasikan dgnseparuh takaran dosis standar pupuk kimia (anorganik) bisa menghemat biaya pemupukan. Pengujian lapang terhadap tanaman pangan (kentang, jagung, & padi) juga menunjukkan hasil menggembirakan, karena selain bisa menghemat biaya pupuk, juga bisa meningkatkan produksi khususnya untuk dosis 75 persen pupuk kimia (anorganik) ditambah 25 persen pupuk organik (Goenadi et. al., 1998). Pada kombinasi 75 persen pupuk kimia (anorganik) ditambah 25 persen pupuk organik tersebut biaya pemupukan bisa dihemat sebesar 20,73 persen untuk tanaman kentang ; 23,01 persen untuk jagung ; & 17,56 persen untuk padi. Produksi meningkat masing-masing 6,94 persen untuk kentang, 10,98 persen untuk jagung, & 25,10 persen untuk padi. Penggunaan pupuk organik hingga 25 persen akan mengurangi biaya produksi sebesar 17 hingga 25 persen dr total biaya produksi.

Dgnadanya diversifikasi produk dr pupuk organik ni maka prospek pengembangan industri pupuk organik ke depan akan semakin menguntungkan hingga lahan pekerjaan baru akan semakin luas.

PENGENDALIAN HAMA & PENYAKIT ORGANIK

Pertanian organik bisa didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Dilarangnya penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian organik adalah salah satu penyebab rendahnya produksi.

Di sisi lain, petani telah terbiasa mengandalkan pestisida sintetik sebagai satu-satunya cara pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) khususnya hama & penyakit tumbuhan. Seperti diketahui, terbisa sekitar 10.000 spesies serangga berpotensi sebagai hama tanaman & sekitar 14.000 spesies jamur berpotensi sebagai penyebab penyakit dr berbagai tanaman Cara Budidaya. Alasan petani memilih pestisida sintetik untuk mengendaliakan OPT di lahannya a.l. karena aplikasinya mudah, efektif dalam mengendalikan OPT, & banyak tersedia di pasar.

Cara-cara lain dalam pengendalian OPT selain pestisida sintetik, pestisida biologi & pestisida botani antara lain yaseperti itucara pengendalian menggunakan musuh alami, penggunaan varietas resisten, cara fisik & mekanis, & cara kultur teknis.

Pestisida bisa berasal dr bahan alami & bisa dr bahan buatan. Di samping itu, pestisida bisa adalah bahan organik maupun anorganik.

Secara umum disebutkan bahwa pertanian organik ; suatu sistem produksi pertanian menghindarkan atau menolak penggunaan pupuk sintetis pestisida sintetis, & senyawa tumbuh sintetis.

OPM VERSUS IPM

Ada istilah juga penting untuk diketahui yaseperti ituOrganik Pest Management (OPM), yaseperti itupengelolaan hama & penyakit menggunakan cara - cara organik. Selama ni telah lama dikenal istilah Pengendalian Hama Terpadu atau Integrated Pest Management (IPM). Persamaan diantara keduanya ; bagaimana menurunkan populasi hama & patogen pada tingkat tak merugikan dgnmemperhatikan masalah lingkungan & keuntungan ekonomi bagi petani. Walaupun demikian, ada perbedaannya yaseperti itubahwa pestisida sintetik masih dimungkinkan untuk digunakan dalam PHT, walaupun penggunaannya menjadi ‘bila perlu’.

‘Bila perlu’ berarti bahwa aplikasi pestisida bolh dilakukan bila cara - cara pengendalian lainnya sudah tak bisa mengatasi OPT padahal OPT tersebut diputuskan harus dikendalikan karena telah sampai pada ambang merugikan.

Bila dalam PHT masih digunakan pestisida sintetik, maka PHT tak bisa dimasukkan sebagai bagian dalam pertanian organik. Akan tetapi, bila pestisida sintetik bisa diganti dgnpestisida alami, kemudian disebut sebagai pestisida organik, atau cara pengendalian lain non-pestisida maka PHT bisa diterapkan dalam pertanian organik.

CARA - CARA PENGENDALIAN NON-PESTISIDA AMAN LINGKUNGAN

Banyak cara pengendalian OPT selain penggunaan pestisida bisa digunakan dalam pertanian organik. Salah satunya yaseperti itudgnmenghindarkan adanya OPT saat tanaman sedang dalam masa rentan. Cara menghindr OPT bisa dilakukan dgnmengatur waktu tanam, pergiliran tanaman, mengatur jarak tanam ataupun dgncara menanam tanaman secara intercropping.

Selain itu, penggunaan varietas tahan adalah suatu pilihan sangat praktis & ekonomis dalam mengendalikan OPT. Walaupun demikian, penggunaan varietas sama dalam waktu berulang-ulang dgncara penanaman monokultur dalam areal relatif luas akan mendorong terjadinya ras atau biotipe baru dr OPT tersebut.

Cara fisik & mekanis dalam pengendalian OPT bisa dilakukan dgnberbagai upaya, antara lain dgnsanitasi atau membersihkan lahan dr sisa - sisa tanaman sakit atau hama. Selain itu, hama bisa diambil atau dikumpulkan dgntangan. Hama juga bisa diperangkap dgnsenyawa kimia disebut sebagai feromon, atau menggunakan lampu pada malam hari. Hama juga bisa diusir atau diperangkap dgnbau-bauan lain seperti bau bangkai, bau karet dibakar & sebagainya. Penggunaan mulsa plastik & penjemuran tanah setelah diolah bisa menurunkan serangan penyakit tular tanah. Hama bisa pula dikendalikan dgncara hanya menyemprotkan air dgntekanan tertentu atau dikumpulkan dgnmenggunakan penyedot mekanis.

Pengendalian dgncara biologi adalah harapan besar untuk pengendalian OPT dalam pertanian organik. Cara ni antara lain men-kut penggunaan tanaman perangkap, penggunaan tanaman penolak (tanaman tak disukai), penggunaan mulsa alami, penggunaan kompos memungkinkan berkembangnya musuh alami dalam tanah, & penggunaan mikroba sebagai agen pengendali.

Sumber : Dr. Ir. Ririen Prihandarni MS

0 comments: