Monday, June 9, 2008
Cara Budidaya Apel
1. SEJARAH SINGKAT
Apel adalah tanaman buah tahunan berasal dr daerah Asia Barat dgn iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini.
2. JENIS TANAMAN
Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam:
1) Divisio : Spermatophyta
2) Subdivisio : Angiospermae
3) Klas : Dicotyledonae
4) Ordo : Rosales
5) Famili : Rosaceae
6) Genus : Malus
7) Spesies : Malus sylvestris Mill
Dr spesies Malus sylvestris Mill ini, terbisa bermacam-macam varietas memiliki ciri-ciri or kekhasan tersendiri. Beberapa varietas apel unggulan antara lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble & Wangli/Lali jiwo.
3. MANFAAT TANAMAN
Apel mengandung banyak vitamin C & B. Selain itu apel kerap menjadi pilihan para pelaku diet sebagai makanan substitusi.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia, apel bisa tumbuh & berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra produksi apel di ; Malang (Batu & Poncokusumo) & Pasuruan (Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan sejak tahun 1950, & berkembang pesat pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain itu daerah lain
banyak dinanami apel ; Jawa Timur (Kayumas-Situbondo, Banyuwangi), Jawa Tengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng & Tabanan), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur & Sulawesi Selatan. Sedangkan sentra penanaman dunia berada di Eropa, Amerika, & Australia.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Curah hujan ideal ; 1.000-2.600 mm/tahun dgn hari hujan 110-150 hari/tahun. Dlm setahun banyaknya bulan basah ; 6-7 bulan & bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan tinggi saat berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga tak bisa menjadi buah.
2) Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan.
3) Suhu sesuai berkisar antara 16-27 derajat C.
4) Kelembaban udara dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%.
5.2. Media Tanam
1) Tanaman apel tumbuh dgn baik pada tanah bersolum dalam, mempunyai lapisan organik tinggi, & struktur tanahnya remah & gembur, mempunyai aerasi, penyerapan air, & porositas baik, sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara & kemampuan menyimpanan airnya optimal.
2) Tanah cocok ; Latosol, Andosol & Regosol.
3) Derajat keasaman tanah (pH) cocok untuk tanaman apel ; 6-7 & kandungan air tanah dibutuhkan ; air tersedia.
4) Dlm pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah cukup.
5) Kelerengan terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga apabila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman apel bisa tumbuh & berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl. dgn ketinggian optimal 1000-1200 m dpl.
6. PEDOMAN CARA BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif & generatif. Perbanyakan baik & umum dilakukan ; perbanyakan vegetatif, sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama & sering menghasilkan bibit menyimpang dr induknya. Teknik perbanyakan generatif dilakukan dgn biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dgn okulasi or penempelan (budding), sambungan
(grafting) & stek.
1) Persyaratan Benih
Syarat batang bawah : adalah apel liar, perakaran luas & kuat, bentuk pohon kokoh, mempunyai daya adaptasi tinggi. Sedangkan syarat mata tunas ; berasal dr batang tanaman apel sehat & memilki sifat-sifat unggul.
2) Penyiapan Benih
Penyiapan benih dilakukan dgn cara perbanyakan batang bawah dilakukan langkah-langkah sebagai beriku t:
a) Anakan / siwilan
1. Ciri anakan diambil ; tinggi 30 cm, diameter 0,5 cm & kulit batang kecoklatan.
2. Anakan diambil dr pangkal batang bawah tanaman produktif dgn cara menggali tanah disekitar pohon, lalu anakan dicabut beserta akarnya secara berlahan-lahan & hati-hati.
3. Setelah anakan dicabut, anakan dirompes & cabang-cabang dipotong, lalu ditanam pada bedgn selebar 60 cm dgn kedalaman parit 40 cm.
b) Rundukan (layering)
1. Bibit hasil rundukan bisa diperoleh dua cara yaitu:
- Anakan pohon induk apel liar: anakan agak panjang direbahkan melekat tanah, kemudian cabang dijepit kayu & ditimbun tanah; penimbunan dilakukan tiap 2 mata; apabila sudah cukup kuat, tunas dapat
dipisahkan dgn cara memotong cabangnya.
- Perundukan tempelan batang bawah: dilakukan pada waktu tempelan dibuka (2 minggu) yaitu dgn memotong 2/3 bagian penampang batang bawah, sekitar 2 cm diatas tempelan; bagian atas keratan dibenamkan dlm tanah kemudian ditekuk lagi keatas. Pada tekukan diberi penjepit kayu or bambu.
2. Setelah rundukan berumur sekitar 4 bulan, dilakukan pemisahan bakal bibit dgn cara memotong miring batang tersebut dibawah keratan or tekukan. Bekas luka diolesi defolatan.
c) Stek
Stek apel liar berukuran panjang 15-20 cm ( diameter seragam & lurus), sebelum ditanam bagian bawah stek dicelupkan ke larutan Roton F untuk merangsang pertumbuhan akar. Jarak penanaman 30 x 25 cm, tiap bedgn ditanami dua baris. Stek siap diokulasi pada umur 5 bulan, diameter batang ± 1
cm & perakaran cukup cukup kuat.
3) Teknik Pembiitan
a) Penempelan
1. Pilih batang bawah memenuhi syarat yaitu telah berumur 5 bulan, diameter batang ± 1 cm & kulit batangnya mudah dikelupas dr kayu.
2. Ambil mata tempel dr cabang or batang sehat berasal dr pohon apel varietas unggul telah terbukti keunggulannya. Caranya ; dgn menyayat mata tempel beserta kayunya sepanjang 2,5-5 cm (Matanya ditengah-tengah). Kemudian lapisan kayu dibuang dgn hati-hati agar matanya tak rusak
3. Buat lidah kulit batang terbuka pada batang bawah setinggi ± 20 cm dr pangkal batang dgn ukuran disesuaikan dgn mata tempel. Lidah tersebut diungkit dr kayunya & dipotong setengahnya.
4. Masukkan mata tempel ke dlm lidah batang bawah sehingga menempel dgn baik. Ikat tempelan dgn pita plastik putih pada seluruh bagian tempelan.
5. Setelah 2-3 minggu, ikatan tempelan bisa dibuka & semprot/ kompres dgn ZPT. Tempelan jadi mempunyai tanda mata tempel berwarna hijau segar & melekat.
6. Pada okulasi jadi, kerat batang sekitar 2 cm diatas okulasi dgn posisi milintang sedikit condong keatas sedlm 2/3 bagian penampang.
Tujuannya untuk mengkonsentrasikan pertumbuhan sehingga memacu pertumbuhan mata tunas.
b) Penyambungan
1. Batang atas (entres) berupa cabang (pucuk cabang lateral).
2. Batang bawah dipotong pada ketinggian ± 20 cm dr leher akar.
3. Potong pucuknya & belah bagian tengah batang bawah denngan panjang 2-5 cm.
4. Cabang entres dippotong sepanjang ± 15 cm (± 3 mata), daunnya dibuang, lalu pangkal batang atas diiris berbentuk baji. Panjang irisan sama dgn panjang belahan batang bawah.
5. Batang atas disisipkan ke belahan batang bawah, sehingga kambium keduanya bsa bertemu.
6. Ikat sambungan dgn tali plastik serapat mungkin.
7. Kerudungi setiap sambungan dgn kantung plastik. Setelah berumur 2-3 minggu, kerudung plastik bisa dibuka untuk melihat keberhasilan sambungan.
4) Pemeliharaan pembibitan
Pemeliharaan batang bawah meliputi
a) Pemupukan: dilakukan 1-2 bulan sekali dgn urea & TSP masing-masing 5 gram per tanaman ditugalkan (disebar mengelilingi) di sekitar tanaman.
b) Penyiangan: waktu penyiangan tergantung pada pertumbuhan gulma.
c) Pengairan: satu minggu sekali (apabila tak ada hujan)
d) Pemberantasan hama & penyakit: disemprotkan pestisida 2 kali tiap bulan dgn memperhatikan gejala serangan. Fungisida digunakan ; Antracol or Dithane, sedangkan insektisida ; Supracide or Decis.
Bersama dgn ini bisa pula diberikan pupuk daun, ditambah perekat Agristic.
5) Pemindahan Bibit
Bibit okulasi grafting (penempelan & sambungan) bisa dipindahkan ke lapang pada umur minimal 6 bulan setelah okulasi, dipotong hingga tingginya 80-100 cm & daunnya dirompes.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Persiapan diperlukan ; persiapan pengolahan tanah & pelaksanaan survai. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan paralatan & biaya diperlukan.
2) Pembukaan Lahan
Tanah diolah dgn cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa tanaman masih tertinggal.
3) Pembentukan Bedengan
Pada tanaman apel bedeng hampir tak diperlukan, tetapi cuma peninggian alu penanaman.
4) Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk menjaga keseimbangan pH tanah. Pengapuran cuma dilakukan apaapabila ph tanah kurang dr 6.
5) Pemupukan
Pupuk diberikan pada pengolahan lahan ; pupuk kandang sebanyak 20 kg per lubang tanam dicampur merata dgn tanah, setelah itu dibiarkan selama 2 minggu.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Tanaman apel bisa ditanam secara monokultur maupun intercroping. Intercroping cuma bisa dilakukan apaapabila tanah belum tertutup tajuk-tajuk daun or sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui beberapa penelitian intercroping pada tanaman apel bisa dilakukan dgn tanaman berhabitat
rendah, seperti cabai, bawang & lain-lain. Tanaman apel tak bisa ditanam pada jarak terlalu rapat karena akan menjadi sangat rimbun akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi
udara kurang, sinar matahari terhambat & meningkatkan pertumbuhan penyakit. Jarak tanam ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi & Prices Moble ; 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty & Anna bisa lebih pendek yaitu 2-3 x 2.5-3 m.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang tanam antara 50 x 50 x 50 cm sampai 1 x 1 x 1 m. Tanah atas & tanah bawah dipisahkan, masing-masing dicampur pupuk kandang sekurangkurangnya 20 kg. Setelah itu tanah dibiarkan selama ± 2 minggu, & menjelang tanam tanah galian dikembalikan sesuai asalnya.
3. Cara Penanaman
Penanaman apel dilakukan baik pada musim penghujan or kemarau (di sawah). Untuk lahan tegal dianjurkan pada musim hujan.
Cara penanaman bibit apel ; sebagai berikut:
a. Masukan tanah bagian bawah bibit kedlm lubang tanam.
b. Masukan bibit ditengah lubang sambil diatar perakarannya agar menyebar.
c. Masukan tanah bagian atas dlm lubang sampai sebatas akar & ditambah tanah galian lubang.
d. Apabila semua tanah telah masuk, tanah ditekan-tekan secara perlahan dgn tangan agar bibit tertanam kuat & lurus. Untuk menahan angin, bibit bisa ditahan pada ajir dgn ikatan longgar.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan & penyulaman
Penjarangan tanaman tak dilakukan, sedangkan penyulaman dilakukan pada tanaman mati or dimatikan kerena tak menghasilkan dgn cara menanam tanaman baru menggantikan tanaman lama. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan cuma apabila disekitar tanaman induk terbisa banyak gulma dianggap bisa mengganggu tanaman. Pada kebun ditanami apel dgn jarak tanam rapat (± 3x3 m), peniangan hampir tak perlu dilakukan karena tajuk daun menutupi permukaan tanah sehingga rumput-rumput tak bisa tumbuh.
3) Pembubunan
Penyiangan biasanya diikuti dgn pembubunan tanah. Pembubunan dimaksudkan untuk meninggikan kembali tanah disekitar tanaman agar tak tergenang air & juga untuk menggemburkan tanah. Pembubunan biasanya dilakukan setelah panen or bersamaan dgn pemupukan.
4) Perempalan/Pemangkasan
Bagian perlu dipangkas ; bibit baru ditanam setinggi 80 cm, tunas tumbuh di bawah 60 cm, tunas-tunas ujung beberapa ruas dr pucuk, 4-6 mata & bekas tangkai buah, knop tak subur, cabang berpenyakit & tak produkrif, cabang menyulitkan pelengkungan, ranting or daun menutupi buah. Pemangkasan dilakukan sejak umur 3 bulan sampai dibisa bentuk diinginkan(4-5 tahun).
5) Pemupukan
a) Pada musim hujan/tanah sawah
1. Bersamaan rompes daun (<>
7. HAMA & PENYAKIT
7.1. Hama
1) Kutu hijau (Aphis pomi Geer)
Ciri: kutu dewasa berwarna hijau kekuningan, antena pendek, panjang tubuh 1,8 mm, ada bersayap ada pula tidak; panjang sayap 1,7 mm berwarna hitam; perkembangbiakan sangat cepat, telur bisa menetas dlm 3-4 hari. Gejala: (1) nimfa maupun kutu dewasa menyerang dgn mengisap cairan selsel
daun secara berkelompok dipermukaan daun muda, terutama ujung tunas muda, tangkai cabang, bunga, & buah; (2) kutu menghasilkan embun madu akan melapisi permukaan daun & merangsang tumbuhnya jamur hitam (embun jelaga); daun berubah bentuk, mengkerut, leriting, terlambat berbunga, buah-buah muda gugur,bila tak mutu buahpun jelek. Pengendalian: (1) sanitasi kebun & pengaturan jarak tanam (jangan terlalu rapat); (2) dgn musuh alami coccinellidae lycosa; (3) dgn penyemprotan Supracide 40 EC (ba Metidation) dosis 2 cc/liter air or 1-1,6 liter; (4) Supracide 40 EC dlm 500-800 liter/ha air dgn interval penyemprotan 2 minggu sekali; (5) Convidor 200 SL (b.a. Imidakloprid) dosis 0,125-0,250 cc/liter air; (6) Convidor 200 SL dlm 600 liter/h air dgn interval penyemprotan 10 hari sekali (7) Convidor ini bisa mematikan sampai telur-telurnya; cara penyemprotan dr atas ke bawah. Penyemprotan dilakukan 1-2 minggu sebelum pembungaan & dilanjutkan 1-1,5 bulan setelah
bunga mekar sampai 15 hari sebelum panen.
2) Tungau, Spinder mite, cambuk merah (panonychus Ulmi)
Ciri: berwarna merah tua, & panjang 0,6 mm. Gejala: (1) tungau menyerang daun dgn menghisap cairan sel-sel daun; (2) pada serangan hebat menimbulkan bercak kuning, buram, cokelat, & mengering; (3) pada buah menyebabkan bercak keperak-perakan or coklat. Pengendalian: (1) dgn musah alami coccinellidae & lycosa; (2) penyemprotan Akarisida Omite 570 EC sebanyak 2 cc/liter air or 1 liter Akarisida Omite 570 EC dlm 500 liter air per hektar dgn interval 2 minggu.
3) Trips
Ciri: berukuran kecil dgn panjang 1mm; nimfa berwarna putih kekuningkuningan; dewasa berwarna cokelat kehitam-hitaman; bergerak cepat & apabila tersentuh akan segera terbang menghindar. Gejala: (1) menjerang daun, kuncup/tunas, & buah masih sangat muda; (2) pada daun tampak berbintikbintik
putih, kedua sisi daun menggulung ke atas & pertumbuhan tak normal; (3) daun pada ujung tunas mengering & gugur (4) pada daun meninggalkan bekas luka berwarna coklat abu-abu. Pengendalian: (1) secara mekanis dgn membuang telur-telur pada daun & menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidk
terlalu rapat; (2) penyemprotan dgn insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a. Methomyl) dgn dosis 2 cc/liter air or Lebaycid 550 EC (b.a. Fention) dgn dosis 2 cc/liter air pada sat tanaman sedang bertunas, berbunga, & pembentukan buah.
4) Ulat daun (Spodoptera litura)
Ciri: larva berwarna hijau dgn garis-garis abu-abu memanjang dr abdomen sampai kepala.pada lateral larva terbisa bercak hitam berbentuk lingkaran or setengah lingkaran, meletakkan telur secara berkelompok & ditutupi dgn rambut halus berwarna coklat muda. Gejala: menyerang daun, mengakibatkan lubang-lubang tak teratur hingga tulang-tulang daun. Pengendalian: (1) secara mekanis dgn membuang telur-telur pada daun; (2) penyemprotan dgn penyemprotan seperti Tamaron 200 LC (b.a Metamidofos) & Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos).
5) Serangga penghisap daun (Helopelthis Sp)
Ciri: Helopelthis Theivora dgn abdomen warna hitam & merah, sedang HelopelthisAntonii dgn abdomen warna merah & putih. Serabgga berukuran kecil. Penjang nimfa baru menetas 1mm & panjang serangga dewasa 6-8mm. Pada bagian thoraknya terbisa benjolan menyerupai jarum. Gejala : menyerang pada pagi, sore or pada saat keadaan berawan; menyerang daun muda, tunas & buah buah dgn cara menhisap cairan sel; daun terserang menjadi coklat & perkembanganya tak simetris; tunas terserang menjadi coklat, kering & akhirnya mati; serangan pada buah
menyebabkan buah menjadibercak-bercak coklat, nekrose, & apaapabila buah membesar, bagian bercak ini pecah menyebebkan kualitas buah menurun. Pengendalian : (1) secara mekanis dgn cara pengerondongan atap plastik/pembelongsongan buah. (2) Penyemprotan dgn insektisida seperti
Lannate 25 WP (b.a. Metomyl), Baycarb 500 EC (b.a. BPMC), dilakukan pada sore or pagi hari.
6) Ulat daun hitam (Dasychira Inclusa Walker)
Ciri: Larva mempunyai dua jambul dekat kepala berwarna hitam mengarah kearah samping kepala. Pada bagian ba& terbisa empat jambul adalah keumpulan seta berwarna coklat kehitam-hitaman. Disepanjang kedua sisi tubuh terbisa rambut berwarna ab-abu. Panjang larva 50 mm. Gejala : menyerang daun tua & muda; tanaman terserang tinggal tulang daundaunnya dgn kerusakan 30%; pada siang hari larva bersembunyi di balik daun. Pengendalian: (1) secara mekanis dgn membuang telur-telur biasanya diletakkan pada daun; (2) penyemprotan insektisida seperti : Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos) & Matador 25 EC.
7) Lalat buah (Rhagoletis Pomonella)
Ciri: larva tak berkaki, setelah menetas dr telur (10 hari) bisa segera memakan daging buah. Warna lalat hitam, kaki kekuningan & meletakkan telur pada buah. Gejala: bentuk buah menjadi jelek, tampak benjol-benjol. Pengendalian: (1) penyemprotan insektisida kontak seperti Lebacyd 550 EC; (2) membuat perangkat lalat jantan dgn menggunakan Methyl eugenol sebanyak 0,1 cc ditetesan pad kapas sudah ditetesi insektisida 2 cc. Kapas tersebutkapas tersebut dimasukkan ke botol plastik (bekas air mineral) digantungkan ketinggian 2 meter. Karena aroma mirip bau-bau dikeluarkan betina, maka jantan tertarik & menhisap kapas.
7.2. Penyakit
1) Penyakit embun tepung (Powdery Mildew)
Penyebab : Padosphaera leucotich Salm. Dgn stadia imperfeknya ; oidium Sp. Gejala: (1) pada daun atas akan tampak putih, tunas tak normal, kerdil & tak berbuah; (2) pada buah berwarna coklat, berkutil coklat. Pengendalian: (1) memotong tunas or bagian sakit & dibakar; (2) dgn menyemprotka fungisida Nimrod 250 EC 2,5-5 cc/10 liter air (500liter/Ha) or Afugan 300 EC 0,5-1 cc/liter air (pencegahan) & 1-1,5 cc/liter air setelah perompesan sampai tunas berumur 4-5 minggu dgn interval 5-7 hari.
2) Penyakit bercak daun (Marssonina coronaria J.J. Davis)
Gejala : pada daun umur 4-6 minggu setelah perompesan tampak bercak putih tak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dr daun tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur. Pengendalian: (1) jarak tanam tak terlalu rapat, bagian terserang dibuang & dibakar; (2) disemprot
fungisida Agrisan 60 WP 2 gram/liter air, dosis 1000-2000 gram/ha sejak 10 hari setelah rompes dgn interval 1 minggu sebanyak 10 aplikasi or Delseme MX 200 2 gram/liter air, Henlate 0,5 gram/liter air sejak umur 4 hari setelah rompes dgn interval 7 hari hingga 4 minggu.
3) Jamur upas (Cortisium salmonicolor Berk et Br)
Pengendalian: mengurangi kelembapan kebun, menghilangkan bagian tanaman sakit.
4) Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.)
Gejala : menyerang batang/cabang (busuk, warna coklat kehitaman, terkadang mengeluarkan cairan), & buah (becak kecil warna cokelat muda, busuk, mengelembung, berair & warna buah pucat. Pengendalian : (1) tak memanen buah terlalu masak; (2) mengurangi kelembapan kebun; (3) membuang bagian sakit; (4) pengerokkan batang sakit lalu diolesi fungisida Difolatan 4 F 100 cc/10 liter air or Copper sandoz; (5) disemprot Benomyl 0,5 gram/liter air, Antracol 70 WP 2 gram/liter air.
5) Busuk buah (Gloeosporium Sp.)
Gejala: bercak kecil cokelat & bintik-bintik hitam berubah menjadi orange. Pengendalian : tak memetik buah terlalu masak & pencelupan dgn Benomyl 0,5 gram/liter air untuk mencegah penyakit pada penyimpanan.
6) Busuk akar (Armilliaria Melea)
Gejala : menjerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dgn layu daun, gugur, & kulit akar membusuk. Pengendalian: dgn eradifikasi, yaitu membongkar/mencabut tanaman terserang beserta akar-akarnya, bekas lubang tak ditanami minimal 1 tahun.8. PANEN
8.1. Ciri & Umur Panen
Pada umumnya buah apel bisa dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas & iklim. Rome Beauty bisa dipetik pada umur sekitar 120-141 hari dr bunga mekar, Manalagi bisa dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar & Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim hujan & tempat lebih tinggi, umur buah lebih panjang. Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana buah mempunyai kemampuan untuk menjadi masak normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran buah tampak maksimal, aroma mulai terasa, warna buah akan tampak cerah segar & apabila ditekan terasa kres.
8.2. Cara Panen
Pemetikan apel dilakukan dgn cara memetik buah dgn tangan secara serempak untuk setiap kebun.
8.3. Periode Panen
Periode panen apel ; enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan telah dilakukan.
8.4. Prakiraan Produksi
Produksi buah apel sangat tergantung dgn varietas, secara umum produksi apel ; 6-15 kg/pohon.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Setelah dipetik, apel dikumpulkan pada tempat teduh & tak terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan apel tinggi kualitas & kuantitasnya. Pengumpulan dilakukan dgn hati-hati & jangan ditumpuk & dilempar-lempar, lalu dibawa dgn keranjang ke gudang untuk diseleksi.
9.2. Penyortiran & Penggolongan
Penyortiran dilakukan untuk memisahkan antara buah baik & bebas penyakit dgn buah jelek or berpenyakit, agar penyakit tak tertular keseluruh buah dipanen bisa menurunkan mutu produk. Penggolongan dilakukan untuk mengklasifikasikan produk berdasarkan jenis varietas, ukuran & kualitas buah.
9.3. Penyimpanan
Pada dasarnya apel bisa disimpan lebih lama dibanding dgn buahan lain, misal Rome Beauty 21-28 hari (umur petik 113-120 hari) or 7-14 hari (umur petik 127- 141 hari). Untuk penyimpanan lebih lama (4-7 bulan), harus disimpan pada suhu minus 6-0 derajat C dgn precooling 2,2 derajat C.
9.4. Pengemasan & Transportasi
Kemasan digunakan ; kardus dgn ukuran 48 x 33 x 37 cm dgn berat 35 kg buah apel. Dasar & diatas susunan apel perlu diberi potongan kertas & disusun miring (tangkai sejajar panjang kotak). Dasar kotak diisai 3-3 or 2-2 or berselang 3-2 saling menutup ruang antar buah.
10. ANALISIS EKONOMI CARA BUDIDAYA TANAMAN
10.1.Analisis Usaha Cara Budidaya
Perkiraan analisis Cara Budidaya apel skala 1 hektar selama masa tanam 6 tahun di daerah Jawa Timur tahun 1999.
a) Biaya produksi
1. Sewa lahan 10 tahun @ Rp. 1.000.000,- Rp. 10.000.000,-
2. Bibit 400 tanaman @ Rp. 3.500,- Rp. 1.400.000,-
3. Pupuk kandang
- Tahun ke-1, 67 m3 @ Rp. 15.000,- Rp. 1.005.000,-
- Tahun ke-2, 83 m3 Rp. 1.245.000,-
- Tahun ke-3, 100 m3 Rp. 1.500.000,-
- Tahun ke-4, 125 m3 Rp. 1.875.000,-
- Tahun ke-5, 150 m3 Rp. 2.250.000,-
- Tahun ke-6, 175 m3 Rp. 2.625.000,-
4. Pupuk Urea
- Tahun ke-1, 80 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 112.800,-
- Tahun ke-2, 100 kg Rp. 141.000,-
- Tahun ke-3, 145 kg Rp. 204.450,-
- Tahun ke-4, 152 kg Rp. 214.320,-
- Tahun ke-5, 222 kg Rp. 313.020,-
- Tahun ke-6, 333 kg Rp. 469.530,-
5. Pupuk SP 36
- Tahun ke-1, 65 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 133.575,-
- Tahun ke-2, 85 kg Rp. 174.675,-
- Tahun ke-3, 100 kg Rp. 205.500,-
- Tahun ke-4, 100 kg Rp. 205.500,-
- Tahun ke-5, 111 kg Rp. 228.105,-
- Tahun ke-6, 166 kg Rp. 341.130,-
6. Pupuk KCl
- Tahun ke-1, 26 kg @ Rp. 2.550,- Rp. 66.300,-
- Tahun ke-2, 50 kg Rp. 127.500,-
- Tahun ke-3, 73 kg Rp. 186.150,-
- Tahun ke-4, 152 kg Rp. 387.600,-
- Tahun ke-5, 333 kg Rp. 849.150,-
- Tahun ke-6, 500 kg Rp. 1.275.000,-
7. Pupuk daun
- Tahun ke-1, 3 liter @ Rp. 54.000,- Rp. 162.000,-
- Tahun ke-2, 6 liter Rp. 324.000,-
- Tahun ke-3, 8 liter Rp. 432.000,-
- Tahun ke-4, 10 liter Rp. 540.000,-
- Tahun ke-5, 10 liter Rp. 540.000,-
- Tahun ke-6, 10 liter Rp. 540.000,-
8. Obat & Pestisida (Antracol, Karathane,Nimrod, Dimecron, dll)
- Tahun ke-1 Rp. 3.000.000,-
- Tahun ke-2 Rp. 4.400.000,-
- Tahun ke-3 Rp. 4.840.000,-
- Tahun ke-4 Rp. 5.668.000,-
- Tahun ke-5 Rp. 8.400.000,-
- Tahun ke-6 Rp. 11.104.000,-
9. Peralatan
- Cangkul 20 buah @ Rp. 15.000,- Rp. 300.000,-
- Sprayer 3 buah @ Rp. 300.000,- Rp. 900.000,-
- Gunting Pangkas 5 buah @ Rp. 50.000,- Rp. 250.000,-
10. Tenaga kerja
- Tenaga tetap 1 orang Rp. 960.000,- Rp. 5.760.000,-
- Pengolahan lahan tahun ke-1 15 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 75.000,-
- Pengolahan lahan tahun ke-2-6, 40 HOK @ Rp. 200.000,- Rp. 1.000.000,-
- Buat lubang tanam 70 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 350.000,-
- Penanaman 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-
- Penyiangan 20 HOK/thn @ Rp. 100.000,- Rp. 600.000,-
- Pemupukan
- Tahun ke-1 & ke-2, 30 HOK @ Rp. 150.000,- Rp. 300.000,-
- Tahun ke-3 40 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 200.000,-
- Tahun ke-4, 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
- Tahun ke 5, 65 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 325.000,-
- Tahun ke-6, 75 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 375.000,-
- Pengendalian HPT
- Tahun ke-1, 24 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 120.000,-
- Tahun ke-2, 36 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 180.000,-
- Tahun ke-3, 48 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 240.000,-
- Penyemprotan Hama
- Tahun Ke-1, 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
- Tahun ke-2, 65 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 325.000,-
- Tahun ke-3, 60 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 300.000,-
- Penyemprotan penyakit
- Tahun ke-1, 20 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 100.000,-
- Tahun ke-2, 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-
- Tahun ke-3, 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-
- Penyabutan batang
- Tahun ke-2, 16 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 80.000,-
- Tahun ke-3, 20 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 100.000,-
- Tahun ke-4, 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-
- Tahun ke-5, 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
- Tahun ke-6, 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
- Pengairan
- Tahun ke-1, 2, 3: 30 HOK/tahun @ Rp. 150.000,- Rp. 450.000,-
- Tahun ke-4, 5, 6: 40 HOK @ Rp. 200.000,- Rp. 600.000,-
- Pemangkasan
- Tahun ke-2, 22 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 110.000,-
- Tahun ke-3, 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-
- Tahun ke-4, 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
- Tahun ke-5, 60 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 300.000,-
- Tahun ke-6, 60 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 300.000,-
Jumlah biaya produksi selama 6 tahun Rp. 83.125.305,-
2) Pendapatan (mulai produksi tahun ke-3)
1. Tahun ke-3: 2.900 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 14.500.000,-
2. Tahun ke-4: 3.825 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 19.125.000,-
3. Tahun ke-5: 4.990 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 24.950.000,-
4. Tahun ke-6: 6.760 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 33.800.000,-
Total pendapatan Rp. 92.375.000,-
3) Keuntungan dlm 6 tahun Rp. 9.249.695,-
4) Parameter kelayakan usaha
1. B/C ratio = 1,1
Menurut analisis Pudji Santoso dkk (1988) dlm Bambang Sularso menunjukan bahwa BEP usaha tani apel pada tanah sawah Rp. 33.916.000 & untuk tanah tegal Rp. 45.034.000 bisa dicapai pada skala minimum seluas 0,164 ha (sawah) & 0,39 ha (tegal). Hal ini berarti bahwa apabila petani menanam apel lebih dr skala minimum tersebut, petani telah mendapatkan keuntungan.
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Dr segi agribisnis, apel tergolong tanaman sangat komersial. Hal ini didukung oleh beberapa alasan yaitu:
1) Iklim: Apel adalah tanaman selektif. Artinya apel adalah tanaman cuma bisa tumbuh & berkembang dgn baik pada daerah-daerah tertentu iklimnya menunjang. Di dunia tanaman apel banyak diproduksi oleh negara-negara empat musim, sedangkan didaerah tropis cuma beberapa daerah berhasil misalnya Malang.
2) Pasar apel Indonesia; selama ini pasar apel Indonesia dipenuhi melalui impor dr negara-negara Eropa & Australia. Sejak bekembangnya apel di Indonesia pasar ini sedikit demi sedikit diambil alih oleh produksi dlm negeri. Hal ini bisa dilihat data BPS menunjukkan peningkatan produksi apel nasional 7.303.372 ton (1984) menjadi 9.046.276 ton (1988) or meningkat 17,5%. Target akhir ; pemenuhan konsumsi nasional & ekspor.
3) Faktor lain; yaitu pengembangan apel sebagai komoditi agrowisata & pengembangan makanan olahan dr apel seperti jenang apel & jelli apel.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh & cara pengemasan.
11.2.Diskripsi
…
11.3.Klasifikasi & Standar Mutu
Standar mutu selama ini berlaku:
a) Grade A = 15,9% (31-4 buah/kg)
b) Grade B = 45,2% (5-7 buah/kg)
c) Grade C = 29,6% (8-10 buah/kg)
d) Grade D = 7,0% (11-15 buah/kg)
11.4.Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dr jumlah kemasan seperti tampak di bawah ini. Dr setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dr bagian atas, tengah & bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.
a. Jumlah kemasan dlm partai (lot) sampai dgn 100, contoh diambil 5.
b. Jumlah kemasan dlm partai (lot) 101 sampai dgn 300, contoh diambil 7.
c. Jumlah kemasan dlm partai (lot) 301-500, contoh diambil 9.
d. Jumlah kemasan dlm partai (lot) 501-1000, contoh diambil 10.
e. Jumlah kemasan dlm partai (lot) lebih dr 1000, contoh diambil 15 (minimum).
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang berpengalaman or dilatih lebih dahulu & mempunyai ikatan dgn ba& hukum.
11.5.Pengemasan
Buah apel dikemas dgn peti kayu/bahan lain sesuai dgn berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label bertuliskan antara lain : nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.
Sumber :http://infopekalongan.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment