Monday, December 1, 2008

Cara Budidaya Alpukat

1. SEJARAH SINGKAT

Tanaman alpukat adalah tanaman buah berupa pohon dgnnama alpuket Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) & lain-lain. Tanaman alpukat berasal dr dataran rendah/tinggi Amerika Tengah & diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dr Amerika Tengah & Amerika Serikat untuk memperolh varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan & gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi.

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi lengkap tanaman alpukat ; sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
Varietas : Persea americana Mill
Berdasarkan sifat ekologis, tanaman alpukat terdiri dr 3 tipe keturunan/ras, yaseperti itu:


1) Ras Meksiko

Berasal dr dataran tinggi Meksiko & Equador beriklim semi tropis dgnketinggian antara 2.400-2.800 m dpl. Ras ni mempunyai daun & buahnya berbau adas. Masa berbunga sampai buah bolh dipanen lebih kurang 6 bulan. Buah kecil dgnberat 100-225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek,
kulitnya tipis & licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak paling tinggi. Ras ni tahan terhadap suhu dingin.

2) Ras Guatemala

Berasal dr dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis dgnketinggian sekitar 800-2.400 m dpl. Ras ni kurang tahan terhadap suhu dingin (toleransi sampai -4,5 derajat C). Daunnya tak berbau adas. Buah mempunyai ukuran cukup besar, berat berkisar antara 200-2.300 gram, kulit buah tebal, keras,
mudah rusak & kasar (berbintil-bintil). Masak buah antara 9-12 bulan sesudah berbunga. Bijinya relatif berukuran kecil & menempel erat dalam rongga, dgnkulit biji melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak sedang.

3) Ras Hindia Barat

Berasal dr dataran rendah Amerika Tengah & Amerika Selatan beriklim tropis, dgnketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ni sangat peka terhadap suhu rendah, dgntoleransi sampai minus 2 derajat C. Daunnya tak berbau adas, warna daunnya lebih terang dibandingkan dgnkedua ras lain. Buahnya berukuran besar dgnberat antara 400-2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah licin agak liat & tebal. Buah masak 6-9 bulan sesudah berbunga. Biji besar & sering lepas di dalam rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dr daging buahnya paling rendah.

Varietas-varietas alpukat di Indonesia bisa digolongkan menjadi dua, yaseperti itu:

1) Varietas unggul

Sifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap hama & penyakit, buah seragam berbentuk oval & berukuran sedang, daging buah berkualitas baik & tak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji, serta kulit buahnya licin. Sampai dgntanggal 14 Januari 1987, Menteri Pertanian telah menetapkan 2 varietas alpukat unggul, yaseperti itualpukat ijo panjang & ijo bundar. Sifat-sifat kedua varietas tersebut antara lain :

a. Tinggi pohon: alpukat ijo panjang 5-8 m, alpukat ijo bundar 6-8 m.
b. Bentuk daun: alpukat ijo panjang bulat panjang dgntepi rata, alpukat ijo bundar bulat panjang dgntepi berombak.
c. Berbuah: alpukat ijo panjang terus-menerus, tergantung pada lokasi & kesuburan lahan, alpukat ijo bundar terus-menerus, tergantung pada lokasi & kesuburan lahan.
d. Berat buah: alpukat ijo panjang 0,3-0,5 kg, alpukat ijo bundar 0,3-0,4 kg
e. Bentuk buah: alpukat ijo panjang bentuk pear (pyriform), alpukat ijo bundar lonjong (oblong).
f. Rasa buah: alpukat ijo panjang enak, gurih, agak lunak, alpukat ijo bundar enak, gurih, agak kering.
g. Diameter buah: alpukat ijo panjang 6,5-10 cm (rata-rata 8 cm), alpukat ijo bundar 7,5 cm.
h. Panjang buah: alpukat ijo panjang 11,5-18 cm (rata-rata 14 cm), alpukat ijo bundar 9 cm.
i. Hasil: alpukat ijo panjang 40-80 kg /pohon/tahun (rata-rata 50 kg), alpukat ijo bundar 20-60 kg/pohon/tahun (rata-rata 30 kg).

2) Varietas lain

Varietas alpukat kelompok ni adalah plasma nutfah Instalasi Penelitian & Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa varietas alpukat terbisa di kebun percobaan Tlekung, Malang ; alpukat merah panjang, merah bundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla, furete, collinson, waldin, ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen & edranol.

3. MANFAAT TANAMAN

Bagian tanaman alpukat banyak dimanfaatkan ; buahnya sebagai
makanan buah segar. Selain seperti itupemanfaatan daging buah alpukat biasa
dilakukan masyarakat Eropa ; digunakan sebagai bahan pangan diolah
dalam berbagai masakan. Manfaat lain dr daging buah alpukat ; untuk bahan
dasar kosmetik. Bagian lain bisa dimanfaatkan ; daunnya muda sebagai obat tradisional (obat batu ginjal, rematik).

4. SENTRA PENANAMAN
Negara-negara penghasil alpukat dalam skala besar ; Amerika (Florida, California, Hawaii), Australia, Cuba, Argentina, & Afrika Selatan. Dr tahun ke tahun Amerika mempunyai kebun alpukat senantiasa meningkat. Di Indonesia, tanaman alpukat masih adalah tanaman pekarangan, belum
diCara Budidayakan dalam skala usahatani. Daerah penghasil alpukat ; Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan, & Nusa Tenggara.

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

1) Angin diperlukan olh tanaman alpukat, terutama untuk proses penyerbukan. Namun demikian angin dgnkecepatan 62,4-73,6 km/jam bisa bisa mematahkan ranting & percabangan tanaman alpukat tergolong lunak, rapuh & mudah patah.

2) Curah hujan minimum untuk pertumbuhan ; 750-1000 mm/tahun. Ras Hindia Barat & persilangannya tumbuh dgnsubur pada dataran rendah beriklim tropis dgncurah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah dgncurah hujan kurang dr kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat masih bisa tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m.

3) Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40-80 %. Untuk ras Meksiko & Guatemala lebih tahan terhadap cuaca dingin & iklim kering, bila dibandingkan dgnras Hindia Barat.

4) Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 derajat C. Mengingat tanaman alpukat bisa tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tanaman alpukat bisa mentolerir suhu udara antara 15-30 derajat C atau lebih. Besarnya suhu kardinal tanaman alpukat tergantung ras masing-masing, antara lain ras Meksiko memiliki daya toleransi sampai –7 derajat C, Guatemala sampai -4,5 derajat C, & Hindia Barat sampai 2 derajat C.

5.2. Media Tanam

1) Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tak mudah tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air baik), subur & banyak mengandung bahan organik.
2) Jenis tanah baik untuk pertumbuhan alpukat ; jenis tanah lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) & lempung endapan (aluvial loam).

3) Keasaman tanah baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara pH sedikit asam sampai netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan menderita keracunan karena unsur Al, Mg, & Fe larut dalam jumlah cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe, Mg, & Zn akan berkurang.

5.3. Ketinggian Tempat

Pada umumnya tanaman alpukat bisa tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yaseperti itu5-1500 m dpl. Namun tanaman ni akan tumbuh subur dgnhasil memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman alpukat ras Meksiko & Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dgnketinggian 1000-2000 m dpl., sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl.

6. PEDOMAN CARA BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Bibit

Bibit baik antara lain berasal dari:

a) Buah sudah cukup tua.
b) Buahnya tak jatuh hingga pecah.
c) Pengadaan bibit lebih dr satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian bersilang.

2) Penyiapan Bibit

Sampai saat ni bibit alpukat hanya bisa diperolh secara generatif (melalui biji) & vegetatif (penyambungan pucuk/enten & penyambungan mata/okulasi). Dr ketiga cara itu, bibit diperolh dr biji kurang menguntungkan karena tanaman lama berbuah (6-8 tahun) & ada kemungkinan buah dihasilkan berbeda dgninduknya. Sedangkan bibit hasil okulasi maupun enten lebih cepat berbuah (1-4 tahun) & buah didapatkannya mempunyai sifat sama dgninduknya.

3) Teknik Penyemaian Bibit

a) Penyambungan pucuk (enten)
Pohon pokok digunakan untuk enten ; tanaman sudah berumur 6-7 bulan/bisa juga sudah berumur 1 tahun, tanaman berasal dr biji berasal dr buah telah tua & masak, tinggi 30 cm/kurang, & penting jaringan pada pangkal batang belum berkayu. Sebagai cabang sambungannya digunakan ujung dahan masih muda & berdiameter lebih kurang 0,7 cm. Dahan tersebut dipotong miring sesuai dgncelah ada pada pohon pokok sepanjang lebih kurang 10 cm,
kemudian disisipkan ke dalam belahan di samping pohon pokok diikat/dibalut. Bahan baik untuk mengikat ; pita karet, plastik, rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan pada pohon pokok dilakukan serendah mungkin supaya tak bisa kuncup pada tanaman pokok. Enten-enten telah disambung diletakkan di tempat teduh, tak berangin, & lembab. Setiap hari tanaman disiram, & untuk mencegah serangan penyakit sebaiknya tanaman disemprot fungisida. Pada musim kering hama
tungau putih sering menyerang, untuk seperti itusebaiknya dicegah dgnsemprotan kelthane. Bibit biasanya sudah bisa dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16 bulan, & pemindahannya dilakukan pada saat permulaan musim hujan.

b) Penyambungan mata (okulasi)
Pembuatan bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal berumur 8-10 bulan. Sebagai mata akan diokulasikan diambil dr dahan sehat, dgnumur 1 tahun, serta matanya tampak jelas. Waktu paling baik untuk menempel yaseperti itupada saat kulit batang semai mudah dilepaskan dari
kayunya. Caranya ; kulit pohon pokok disayat sepanjang 10 cm & lebarnya 8 mm. Kulit tersebut dilepaskan dr kayunya & ditarik ke bawah lalu dipotong 6 cm. Selanjutnya disayat sebuah mata dgnsedikit kayu dr cabang mata (enthout), kayu dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak mata. Kulit bermata dimasukkan di antara kulit & kayu telah disayat pada pohon pokok & ditutup lagi, dgncatatan mata jangan sampai tertutup. Akhirnya balut seluruhnya dgnpita plastik. Bila dalam 3-5 hari matanya masih hijau, berarti penempelan berhasil.Selanjutnya 10-15 hari setelah penempelan, tali plastik dibuka. Batang pohon pokok dikerat melintang sedalam setengah diameternya, kira-kira 5-7,5 cm di atas okulasi, lalu dilengkungkan hingga pertumbuhan mata bisa lebih cepat. Setelah batang keluar dr mata mencapai tinggi 1 m, maka bagian pohon pokok dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi & lukanya diratakan, kemudian ditutup dgnparafin telah dicairkan. Pohon okulasi ni bisa dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-12 bulan & pemindahan paling baik ; pada saat permulaan musim hujan.
Dalam perbanyakan vegetatif perlu diperhatikan ; menjaga kelembaban udara agar tetap tinggi (+ 80%) & suhu udara di tempat penyambungan jangan terlalu tinggi (antara 15-25 derajat C). Selain seperti itujuga jangan dilakukan pada musim hujan lebat serta terlalu banyak terkena sinar matahari langsung. Bibit berupa sambungan perlu disiram secara rutin & dipupuk 2 minggu sekali. Pemupukan bolh bersamaan dgnpenyiraman, yaseperti itudgnmelarutkan 1-1,5 gram urea/NPK ke dalam 1 liter air. Pupuk daun bolh juga diberikan dgndosis sesuai anjuran dalam kemasan. Sedangkan pengendalian hama & penyakit dilakukan bila perlu saja.

6.2. Pengolahan Media Tanam

Lahan untuk tanaman alpukat harus dikerjakan dgnbaik; harus bersih dr pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta batu-batu mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dalam atau ditraktor, lalu dicangkul halus 2-3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan saat musim kering hingga penanaman nantinya bisa dilakukan pada awal atau saat musim hujan.

6.3. Teknik Penanaman

1) Pola Penanaman

Pola penanaman alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antara varietasvarietasnya. Hal ni mengingat bahwa kebanyakan varietas tanaman alpukat tak bisa melakukan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo panjang memiliki tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dr beberapa varietas alpukat di Indonesia, yaseperti itutipe A & tipe B. Varietas tergolong tipe bunga A ; ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah bundar, waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft, & hass. Sedangkan tergolong tipe B ; collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon, nabal, ganter, & queen. Penyerbukan silang hanya terjadi antara kedua tipe bunga. Olh karena itu, penanaman alpukat dalam suatu lahan harus dikombinasi antara varietas memiliki tipe bunga A & tipe bunga B hingga bunga-bunganya saling menyerbuki satu sama lain.

2) Pembuatan Lubang Tanam

a) Tanah digali dgnukuran panjang, lebar, & tinggi masing-masing 75 cm. Lubang tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.
b) Tanah bagian atas & bawah dipisahkan.
c) Lubang tanam ditutup kembali dgnposisi seperti semula. Tanah bagian atas dicampur dulu dgn20 kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke dalam lubang.
d) Lubang tanam telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan mengingat letak lubang tanam.

3) Cara Penanaman

Waktu penanaman tepat ; pada awal musim hujan & tanah ada dalam lubang tanam tak lagi mengalami penurunan. Hal perlu diperhatikan ; tanah ada dalam lubang tanam harus lebih tinggi dr tanah sekitarnya. Hal ni untuk menghindr tergenangnya air bila disirami atau turun
hujan. Langkah-langkah penanaman ; sebagai berikut :

a) Lubang tanam telah ditutup, digali lagi dgnukuran sebesar wadah bibit.
b) Bibit dikeluarkan dr keranjang atau polibag dgnmenyayatnya agar gumpalan tanah tetap utuh.
c) Bibit beserta tanah masih menggumpal dimasukkan dalam lubang setinggi leher batang, lalu ditimbun & diikatkan ke ajir.
d) Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindr sinar matahari secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibuat miring dgnbagian tinggi di sebelah timur. Peneduh ni berfungsi sampai tumbuh tunas-tunas baru atau lebih kurang 2-3 minggu.
6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penyiangan

Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat seperti itubanyak terbisa zat hara. Selain adalah saingan dalam memperolh makanan, gulma juga adalah tempat bersarangnya hama & penyakit. Olh karena itu, agar tanaman bisa tumbuh dgnbaik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi
(dicabut) secara rutin.

2) Penggemburan Tanah

Tanah setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat & udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tak bisa leluasa menyerap unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan dgnhati-hati agar akar tak putus.

3) Penyiraman

Bibit baru ditanam memerlukan banyak air, hingga penyiraman perlu dilakukan setiap hari. Waktu tepat untuk menyiram ; pagi/sore hari, & bila hari hujan tak perlu disiram lagi.

4) Pemangkasan Tanaman

Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang tumbuh terlalu rapat atau ranting-ranting mati. Pemangkasan dilakukan secara hati-hati agar luka bekas pemangkasan terhindar dr infeksi penyakit & luka bekas pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.

5) Pemupukan

Dalam pemCara Budidayaan tanaman alpukat diperlukan program pemupukan baik & teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman alpukat, khususnya akarakar rambutnya, hanya sedikit & pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak sering dgndosis kecil. Jumlah pupuk diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila program pemupukan tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P), & KCl (60% K) maka untuk tanaman berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea, TSP, dan
KCl masing-masing sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon & 0,2-0,83 kg/pohon. Untuk tanaman umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea, TSP, & KCl masing-masing sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, & 4 kg/pohon. Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dalam setahun. Mengingat tanaman alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya pupuk diletakkan sedekat mungkin dgnakar. Caranya dgnmenanamkan pupuk ke dalam lubang sedalam 30-40 cm, di mana lubang tersebut dibuat tepat di bawah tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman.

7. HAMA & PENYAKIT

7.1. Hama pada Daun

1) Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf)

Ciri: Panjang tubuh 6 cm, berwarna hitam bercak-bercak putih & dipenuhi rambut putih. Kepala & ekor berwarna merah menyala. Gejala: Daun-daun tak utuh & terbisa bekas gigitan. Pada serangan hebat, daun habis sama sekali tetapi tanaman tak akan mati, & terlihat kepompong bergelantungan. Pengendalian : Menggunakan insektisida mengandung bahan aktif monokrotofos atau Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dgndosis 1-3 cc/liter atau Azodrin 15 WSC dgndosis 2-3 cc/liter.

2) Ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas L.)

Ciri: Sayap kupu-kupu bisa mencapai ukuran 25 cm dgnwarna coklat kemerahan & segitiga tansparan. Ulat berwarna hijau tertutup tepung putih, panjang 15 cm & mempunyai duri berdaging. Pupa terbisa di dalam kepompong berwarna coklat. Gejala: Sama dgngejala serangan ulat
kipat, tetapi kepompong tak bergelantungan melainkan terbisa di antara daun. Pengendalian: Sama dgnpemberantasan ulat kipat.

3) Aphis gossypii Glov/A. Cucumeris, A. cucurbitii/Aphis kapas.

Ciri: Warna tubuh hijau tua sampai hitam atau kunig coklat. Hama ni mengeluarkan embun madu biasanya ditumbuhi cendawan jelaga hingga daun menjadi hitam & semut berdatangan. Gejala: Pertumbuhan tanaman terganggu. Pada serangan hebat tanaman akan kerdil & terpilin.
Pengendalian: Disemprot dgninsektisida berbahan aktif asefat/dimetoat.

4) Kutu dompolan putih (Pseudococcus citri Risso)/Planococcus citri Risso

Ciri: Bentuk tubuh elips, berwarna coklat kekuningan sampai merah oranye, tertutup tepung putih, ukuran tubuh 3 mm, mempunyai tonjolan di tepi tubuh dgnjumlah 14-18 pasang & terpanjang di bagian pantatnya. Gejala : Pertumbuhan tanaman terhambat & kurus. Tunas muda, daun, batang, tangkai
bunga, tangkai buah, & buah terserang akan terlihat pucat, tertutup massa berwarna putih, & lama kelamaan kering. Pengendalian: Disemprot dgninsektisida mengandung bahan aktif formotion, monokrotofos, dimetoat, atau karbaril.

5) Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd)

Ciri: Tubuh tungau betina berwarna merah tua/merah kecoklatan, sedangkan tungau jantan hijau kekuningan/kemerahan. Terbisa beberapa bercak hitam, kaki & bagian mulut putih, ukuran tubuh 0,5 mm. Gejala: Permukaan daun berbintikbintik kuning kemudian akan berubah menjadi merah tua seperti karat. Dibawah permukaan daun tampak anyaman benang halus. Serangan hebat bisa menyebabkan daun menjadi layu & rontok. Pengendalian : Disemprot dgnakarisida Kelthan MF mengandung bahan aktif dikofoldan, dgndosis 0,6-1 liter/ha.

7.2. Hama pada Buah

1) Lalat buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.)

Ciri : Ukuran tubuh 6 - 8 mm dgnbentangan sayap 5 - 7 mm. Bagian dada berwarna coklat tua bercak kuning/putih & bagian perut coklat muda dgnpita coklat tua. Stadium larva berwarna putih pada saat masih muda & kekuningan setelah dewasa, panjang tubuhnya 1 cm. Gejala: Terlihat bintik hitam/bejolan pada permukaan buah, adalah tusukan hama sekaligus tempat untuk meletakkan telur. Bagian dalam buah berlubang & busuk karena dimakan larva. Pengendalian: Dgnumpan minyak citronella/umpan protein malation akan mematikan lalat memakannya. Penyemprotan insektisida bisa dilakukan antara lain dgnHostathion 40 EC berbahan aktif triazofos dosis 2 cc/liter & tindakan paling baik ; memusnahkan semua buah terserang atau membalik tanah agar larva terkena sinar matahari & mati.

2) Codot (Cynopterus sp)

Ciri : Tubuh seperti kelelawar tetapi ukurannya lebih kecil menyerang buahbuahan pada malam hari. Gejala: Terbisa bagian buah berlubang bekas gigitan. Buah terserang hanya telah tua, & bagian dimakan ; daging buahnya saja. Pengendalian: Menangkap codot menggunakan jala/menakut-nakutinya menggunakan kincir angin diberi peluit hingga bisa menimbulkan suara.

7.3. Hama pada Cabang/Ranting

1) Kumbang bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth / Xylosandrus morigerus Bldf).
Ciri : Kumbang lebih menyukai tanaman kopi ni berwarna coklat tua & berukuran 1,5 mm. Larvanya berwarna putih & panjangnya 2 mm. Gejala : Terbisa lubang menyerupai terowongan pada cabang atau ranting. Terowongan seperti itubisa semakin besar hingga makanan tak bisa tersalurakan
ke daun, kemudian daun menjadi layu & akhirnya cabang atau ranting tersebut mati. Pengendalian : Cabang/ranting terserang dipangkas & dibakar. Bisa juga disemprot insektisida berbahan aktif asefat atau diazinon terkandung dalam Orthene 75 SP dgndosis pemberian 0,5-0,8 gram/liter & Diazinon 60 EC dosis 1-2 cc/liter.

7.4. Penyakit disebabkan Jamur

1) Antraknosa

Penyebab : Jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) sacc. mempunyai miselium berwarna cokleat hijau sampai hitam kelabu & sporanya berwarna jingga. Gejala : Penyakit ni menyerang semua bagian tanaman, kecuali akar. Bagian terinfeksi berwarna cokelat karat, kemudian daun, bunga,
buah/cabang tanaman terserang akan gugur. Pengendalian : Pemangkasan ranting & cabang mati. Penelitian buah dilakukan agak awal (sudah tua tapi belum matang). Bisa juga disemprot dgnfungisida berbahan aktif maneb seperti pada Velimex 80 WP. Fungisida ni diberikan 2 minggu sebelum pemetikan dgndosis 2-2,5 gram/liter.

2) Bercak daun atau bercak cokelat

Penyebab: cercospora purpurea Cke./dikenal juga dgnPseudocercospora purpurea (Cke.) Derghton. Jamur ni berwarna gelap & menyukai tempat lembab. Gejala: bercak cokelat muda dgntepi cokelat tua di permukaan daun atau buah. Bila cuaca lembab, bercak cokelat berubah menjadi bintik-bintik kelabu. Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang bisa dimasuki organisme lain. Pengendalian : Penyemprotan fungisida Masalgin 50 WP mengandung benomyl, dgndosis 1-2 gram/liter atau bisa juga dgnmengoleskan bubur Bordeaux.

3) Busuk akar & kanker batang

Penyebab : Jamur Phytophthora hidup saprofit di tanah mengandung bahan organik, menyukai tanah basah dgndrainase jelek. Gejala : Bila tanaman terserang akarnya maka pertumbuhannya menjadi terganggu, tunas mudanya jarang tumbuh. Akibat paling fatal ; kematian pohon. Bila batang tanaman terserang maka akan tampak perubahan warna kulit pada pangkal batang. Pengendalian: drainase perlu diperbaiki, jangan sampai ada air menggenang/dgnmembongkar tanaman terserang kemudian diganti dgntanaman baru.

4) Busuk buah

Penyebab : Botryodiplodia theobromae pat. Jamur ni menyerang apabila ada luka pada permukaan buah. Gejala: Bagian pertama kali diserang ; ujung tangkai buah dgntanda adanya bercak cokelat tak teratur, kemudian menjalar ke bagian buah. Pada kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolan kecil. Pengendalian: Oleskan bubur Bordeaux/ semprotkan fungisida Velimex 80 WP berbahan aktif Zineb, dgndosis 2-2,5 gram/liter.

8. PANEN

8.1. Ciri & Umur Panen

Ciri-ciri buah sudah tua tetapi belum masak ; :
a) warna kulit tua tetapi belum menjadi cokelat/merah & tak mengkilap;
b) bila buah diketuk dgnpunggung kuku, menimbulkan bunyi nyaring;
c) bila buah digo-go, akan terdengar goncangan biji.
Penetapan tingkat ketuaan buah tersebut memerlukan pengalaman tersendiri. Sebaiknya perlu diamati waktu bunga mekar sampai enam bulan kemudian, karena buah alpukat biasanya tua setelah 6-7 bulan dr saat bunga mekar. Untuk memastikannya, perlu dipetik beberapa buah sebagai contoh. Bila buah-buah contoh tersebut masak dgnbaik, tandanya buah tersebut telah tua & siap dipanen.

8.2. Cara Panen

Umumnya memanen buah alpukat dilakukan secara manual, yaseperti itudipetik menggunakan tangan. Apabila kondisi fisik pohon tak memungkinkan untuk dipanjat, maka panen bisa dibantu dgnmenggunakan alat/galah diberi tangguk kain/goni pada ujungnya/tangga. Saat dipanen, buah harus dipetik/dipotong
bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah memar, luka/infeksi pada bagian dekat tangkai buah.

8.3. Periode Panen

Biasanya alpukat mengalami musim berbunga pada awal musim hujan, & musim berbuah lebatnya biasanya pada bulan Desember, Januari, & Februari. Di Indonesia keadaan alamnya cocok untuk pertanaman alpukat, musim panen bisa terjadi setiap bulan.

8.4. Prakiraan Produksi

Produksi buah alpukat pada pohon-pohon tumbuh & berbuah baik bisa mencapai 70-80 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata bisa diharapkan dr setiap pohon berkisar 50 kg.

9. PASCAPANEN

9.1. Pencucian

Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran menempel hingga mempermudah penggolongan/penyortiran. Cara pencucian tergantung pada kotoran menempel.

9.2. Penyortiran

Penyortiran buah dilakukan sejak masih berada di tingkat petani, dgntujuan memilih buah baik & memenuhi syarat, buah diharapkan ; memiliki ciri sebagai berikut :

1. Tak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.
2. Cukup tua tapi belum matang.
3. Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar dalam 1 kg terdiri dr 3 buah atau berbobot maksimal 400 g.
4. Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak ; berbentuk lonceng. Buah banyak diminta importir untuk konsumen luar negeri ; buah alpukat dagingnya berwarna kuning mentega tanpa serat. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, semua syarat tadi tak terlalu diperhitungkan.

9.3. Pemeraman & Penyimpanan

Alpukat baru bisa dikonsumsi bila sudah masak. Untuk mencapai tingkat kemasan ni diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah petik (bila buah dipetik pada saat sudah cukup ketuaannya). Bila tenggang waktu tersebut akan dipercepat, maka buah harus diperam terlebih dulu. Untuk keperluan ekspor, tak perlu dilakukan pemeraman karena tenggang waktu ni disesuaikan dgnlamanya perjalanan untuk sampai di tempat tujuan.
Cara pemeraman alpukat masih sangat sederhana. Pada umumnya hanya dgnmemasukkan buah ke dalam karung goni, kemudian ujungnya diikat rapat. Setelah seperti itukarung diletakkan di tempat kering & bersih. Karena alpukat mempunyai umur simpan hanya sampai sekitar 7 hari (sejak petik sampai siap dikonsumsi), maka bila ingin memperlambat umur simpan tersebut bisa dilakukan dgnmenyimpannya dalam ruangan bersuhu 5 derajat C. Dgncara tersebut, umur penyimpanan bisa diperlambat samapai 30-40 hari.

0 comments: