Monday, August 25, 2008

Mengapa Pernikahan Bisa Amat Singkat?

ENGGAK nyangka ya kayaknya baru kemarin ada berita dia menikah besar-besaran, eh tahu-tahu sudah cerai,” kayak itu komentar seorang teman saat menyaksikan berita perceraian seorang artis di infotainment. Komentar-komentar kayak ini beberapa tahun belakangan sering kali terdengar.

Tak heran jika kemudian muncul stereotipe bahwa artis identik dgn kawin cerai. Parahnya, makin ke sini usia pernikahan sepertinya makin pendek saja. Belum satu tahun menikah, sudah saling menggugat cerai. Ternyata, fenomena ini juga ter di sekitar kita. Apa penyebab perkawinan singkat? & mengapa perempuan sekarang lebih berani memutuskan bercerai?

KURANG UANG
Beberapa faktor men penyebab perkawinan berusia pendek, menurut Adriana Ginanjar, psikolog dari Universitas Indonesia, di antaranya:
- Tidak terlalu kenal. Masa pacaran singkat bisa penyebab. Mereka tak saling mengenal hingga terkaget-kaget kayak itu kelemahan pasangannya terkuak setelah pesta pernikahan.

- Fokus hanya satu hal. Mereka hanya memerhatikan pasangan buat satu hal saja & tak melihat lagi hal lainnya. Misal, pasangannya kayak itu perhatian. Ia tak tahu bahwa selain perhatian, dibutuhkan tanggung jawab, penghargaan, & lainnya buat membina suatu perkawinan.

- Masalah keuangan. Uang adalah masalah sensitif karena menyangkut power & harga diri, Persoalan ini banyak memicu perceraian. Juga ikut campurnya keluarga dlm persoalan rumah tangga.

- Orang ketiga. Buat seuntukan orang, ketika pernikahan telah dinodai oleh orang ketiga, tak ada jalan lain harus ditempuh kecuali perceraian.


CERAI? SIAPA TAKUT!
Menurut Adriana, fenomena makin banyaknya perempuan berani mengambil keputusan cerai belakangan ini karena perempuan sekarang banyak bekerja hingga merasa mapan setips cara ekonomi. Sepuluh tahun lalu, perempuan akan berpikir seribu kali buat bercerai. Banyak perlu dipikirkan, dari soal anak-anak sampai lingkungan sosial.

“Mungkin benar kalau dibilang orang sekarang lebih individualistis. Lebih melihat kepentingan diri sendiri. Pernikahan kini bukan lagi mencari status atau menbisakan rasa aman, melainkan pencarian kebahagiaan,” ungkap Adriana. Ia juga menambahkan, kebanyakan perempuan sekarang menginginkan perkawinan bisa membawa kebahagiaan dlm waktu singkat. Orang sekarang kurang sabar & tabah menjalani perkawinan hingga ketika merasa tak bahagia dlm perkawinan, mereka mudah memutuskan cerai.

Alasan mereka bercerai cepat juga cukup menarik, yakni mumpung masih muda & anak masih kecil. Dulu, orang akan bercerai biasanya akan menunggu anak-anaknya cukup besar atau dirasa siap menerima perceraian. Sekarang, makin cepat malah mungkin dianggap makin baik. Kalau sudah ketahuan tak cocok mengapa harus menunggu 5-10 tahun lagi? Kayak itu pikir mereka. Makin kecil usia anak makin bagus karena dia belum tahu apa-apa & akan mudah beradaptasi dgn ayah baru dlm pernikahan berikutnya.

Setiap keputusan diambil terburu-buru pastinya tak akan berdampak baik. Kalau setiap kepentok persoalan dlm perkawinan Kita memilih berpisah, wah repot dong. Bukan hanya dua kali, Kita mungkin bakal mengalami pernikahan berkali-kali. dihal, pernikahan bukan kayak pakaian bisa Kita buka & menggantinya dgn baru sesuka hati.

Ada hal perlu dipikirkan sebelum Kita memutuskan bercerai, di antaranya kemungkinan buat mengulang kesalahan sama akan lebih besar. Misal, persoalan antara Kita & pasangan ; beda komunikasi. Kita merasa komunikasi Kita dgn dia tidak nyambung. Karena itu Kita memilih berpisah & mencari orang komunikasinya bisa nyambung dgn Anda.

Persoalannya, menurut Adriana, kecenderungannya perempuan tertarik di pria bertipe sama. Kemungkinan besar pasangan barunya akan setipe dgn pasangan lamanya. Bukan tidak mungkin masalah sama juga akan ter lagi. & jika tidak dibereskan, persoalan ini akan terus terjadi.

Belum lagi persoalan anak. Anak akan merasa tidak menbisa perhatian, berkonflik dgn mantan suami gara-gara urusan anak, & sebagainya. Berikutnya Kita akan menghadapi persoalan baru ketika akan menikah lagi. Siapa men korban? Lagi-lagi anak.

TUMBUH BERSAMA
Lantas apa harus dilakukan ketika perkawinan mengalami masalah agar tidak ter perceraian? Adriana memberi langkah-langkah berikut.
- Atasi Bersama. Jangan menganggap pernikahan bakal steril dari masalah. Ada baiknya sebelum menikah Kita menyiapkan diri kalau-kalau masalah itu ada. Namun, paling penting ; mengatasinya bersama-sama. Kalau ada ketidakcocokan & perbedaan, benahi bersama. Lakukan komunikasi. Lagi pula bukankah perbedaan malah akan membuat hubungan lebih kaya.

- Terima saja. Kalau komunikasinya tidak berhasil, terima saja hal itu sebagai kelemahan dia harus Kita terima apa adanya.

- Toleransi. Bukan hanya komunikasi penting, tapi juga toleransinya harus kencang. Toleransi di sini ; Kita bisa menerima hal-hal negatif dlm diri pasangan. Sadari bahwa ada hal-hal dlm dirinya memang harus Kita terima & ada bisa Kita ubah buat lebih baik.

- Fleksibilitas. Dlm suatu pernikahan, tak ada peraturan mati. Misal, dlm perjanjian sebelum menikah, bertugas mengurus keuangan ; Anda. Tapi di tengah jalan karena satu & lain hal itu tidak lagi memungkinkan hingga peraturan harus diubah. Nah, Kita harus bisa menerima itu. Biarkan aturan itu berkembang sejalan dgn pernikahan Anda. Hingga Kita & perkawinan sama-sama tumbuh.

- Waktu Berdua. Luangkan waktu buat melakukan hal-hal Kita & pasangan suka. Ciptakan romantisme. Ini perlu buat mempertahankan keintiman. Kalau komunikasi Kita & dia kurang sehat, sering kali bertengkar, lakukan kegiatan ini tanpa berkata-kata. Misal, menonton film sambil berpegangan tangan atau berpelukan. Dari sini bisa tercipta kedekatan emosi.

Jika kondisi bisa tercipta dgn baik, pernikahan singkat tidak perlu terjadi.

Sumber ; Kompas.com

0 comments: