Monday, June 9, 2008

Cara Budidaya Alpukat

Buah Alpukat
1. SEJARAH SINGKAT
Tanaman alpukat adalah tanaman buah berupa pohon dgn nama alpuket Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) & lain-lain. Tanaman alpukat berasal dr dataran rendah/tinggi Amerika Tengah & diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dr Amerika Tengah & Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan & gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi.

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi lengkap tanaman alpukat ; sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
Varietas : Persea americana Mill
Berdasarkan sifat ekologis, tanaman alpukat terdiri dr 3 tipe keturunan/ras, yaitu :
1) Ras Meksiko
Berasal dr dataran tinggi Meksiko & Equador beriklim semi tropis dgn ketinggian antara 2.400-2.800 m dpl. Ras ini mempunyai daun & buahnya berbau adas. Masa berbunga sampai buah bsa dipanen lebih kurang 6 bulan. Buah kecil dgn berat 100-225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek,
kulitnya tipis & licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak paling tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu dingin.
2) Ras Guatemala
Berasal dr dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis dgn ketinggian sekitar 800-2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu dingin (toleransi sampai -4,5 derajat C). Daunnya tak berbau adas. Buah mempunyai ukuran cukup besar, berat berkisar antara 200-2.300 gram, kulit buah tebal, keras,
mudah rusak & kasar (berbintil-bintil). Masak buah antara 9-12 bulan sesudah berbunga. Bijinya relatif berukuran kecil & menempel erat dlm rongga, dgn kulit biji melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak sedang.
3) Ras Hindia Barat
Berasal dr dataran rendah Amerika Tengah & Amerika Selatan beriklim tropis, dgn ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat peka terhadap suhu rendah, dgn toleransi sampai minus 2 derajat C. Daunnya tak berbau adas, warna daunnya lebih terang dibandingkan dgn kedua ras lain. Buahnya berukuran besar dgn berat antara 400-2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah licin agak liat & tebal. Buah masak 6-9 bulan sesudah berbunga. Biji besar & sering lepas di dlm rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dr daging buahnya paling rendah.

Varietas-varietas alpukat di Indonesia bisa digolongkan menjadi dua, yaitu :
1) Varietas unggul
Sifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap hama & penyakit, buah seragam berbentuk oval & berukuran sedang, daging buah berkualitas baik & tak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji, serta kulit buahnya licin. Sampai dgn tanggal 14 Januari 1987, Menteri Pertanian telah menetapkan 2 varietas alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang & ijo bundar. Sifat-sifat kedua varietas tersebut antara lain :
a. Tinggi pohon: alpukat ijo panjang 5-8 m, alpukat ijo bundar 6-8 m.
b. Bentuk daun: alpukat ijo panjang bulat panjang dgn tepi rata, alpukat ijo bundar bulat panjang dgn tepi berombak.
c. Berbuah: alpukat ijo panjang terus-menerus, tergantung pada lokasi & kesuburan lahan, alpukat ijo bundar terus-menerus, tergantung pada lokasi & kesuburan lahan.
d. Berat buah: alpukat ijo panjang 0,3-0,5 kg, alpukat ijo bundar 0,3-0,4 kg
e. Bentuk buah: alpukat ijo panjang bentuk pear (pyriform), alpukat ijo bundar lonjong (oblong).
f. Rasa buah: alpukat ijo panjang enak, gurih, agak lunak, alpukat ijo bundar enak, gurih, agak kering.
g. Diameter buah: alpukat ijo panjang 6,5-10 cm (rata-rata 8 cm), alpukat ijo bundar 7,5 cm.
h. Panjang buah: alpukat ijo panjang 11,5-18 cm (rata-rata 14 cm), alpukat ijo bundar 9 cm.
i. Hasil: alpukat ijo panjang 40-80 kg /pohon/tahun (rata-rata 50 kg), alpukat ijo bundar 20-60 kg/pohon/tahun (rata-rata 30 kg).
2) Varietas lain
Varietas alpukat kelompok ini adalah plasma nutfah Instalasi Penelitian & Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa varietas alpukat terbisa di kebun percobaan Tlekung, Malang ; alpukat merah panjang, merah bundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla, furete, collinson, waldin, ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen & edranol.

3. MANFAAT TANAMAN
Bagian tanaman alpukat banyak dimanfaatkan ; buahnya sebagai
makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat biasa
dilakukan masyarakat Eropa ; digunakan sebagai bahan pangan diolah
dlm berbagai masakan. Manfaat lain dr daging buah alpukat ; untuk bahan
dasar kosmetik. Bagian lain bisa dimanfaatkan ; daunnya muda sebagai obat
tradisional (obat batu ginjal, rematik).

4. SENTRA PENANAMAN
Negara-negara penghasil alpukat dlm skala besar ; Amerika (Florida, California, Hawaii), Australia, Cuba, Argentina, & Afrika Selatan. Dr tahun ke tahun Amerika mempunyai kebun alpukat senantiasa meningkat. Di Indonesia, tanaman alpukat masih adalah tanaman pekarangan, belum
diCara Budidayakan dlm skala usahatani. Daerah penghasil alpukat ; Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan, & Nusa Tenggara.

5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Angin diperlukan oleh tanaman alpukat, terutama untuk proses penyerbukan. Namun demikian angin dgn kecepatan 62,4-73,6 km/jam bisa bisa mematahkan ranting & percabangan tanaman alpukat tergolong lunak, rapuh & mudah patah.
2) Curah hujan minimum untuk pertumbuhan ; 750-1000 mm/tahun. Ras Hindia Barat & persilangannya tumbuh dgn subur pada dataran rendah beriklim tropis dgn curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah dgn curah hujan kurang dr kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat masih bisa tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m.
3) Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40-80 %. Untuk ras Meksiko & Guatemala lebih tahan terhadap cuaca dingin & iklim kering, apabila dibandingkan dgn ras Hindia Barat.
4) Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 derajat C. Mengingat tanaman alpukat bisa tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tanaman alpukat bisa mentolerir suhu udara antara 15-30 derajat C or lebih. Besarnya suhu kardinal tanaman alpukat tergantung ras masing-masing,
antara lain ras Meksiko memiliki daya toleransi sampai –7 derajat C, Guatemala sampai -4,5 derajat C, & Hindia Barat sampai 2 derajat C.
5.2. Media Tanam
1) Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tak mudah tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air baik), subur & banyak mengandung bahan organik.
2) Jenis tanah baik untuk pertumbuhan alpukat ; jenis tanah lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) & lempung endapan (aluvial loam).
3) Keasaman tanah baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara pH sedikit asam sampai netral, (5,6-6,4). Apabila pH di bawah 5,5 tanaman akan menderita keracunan karena unsur Al, Mg, & Fe larut dlm jumlah cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe,
Mg, & Zn akan berkurang.
5.3. Ketinggian Tempat
Pada umumnya tanaman alpukat bisa tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur dgn hasil memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman alpukat ras Meksiko & Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dgn ketinggian 1000-2000 m dpl., sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl.

6. PEDOMAN CARA BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit baik antara lain berasal dari
a) Buah sudah cukup tua.
b) Buahnya tak jatuh hingga pecah.
c) Pengadaan bibit lebih dr satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian bersilang.
2) Penyiapan Bibit
Sampai saat ini bibit alpukat cuma bisa diperoleh secara generatif (melalui biji) & vegetatif (penyambungan pucuk/enten & penyambungan mata/okulasi). Dr ketiga cara itu, bibit diperoleh dr biji kurang menguntungkan karena tanaman lama berbuah (6-8 tahun) & ada kemungkinan buah dihasilkan berbeda dgn induknya. Sedangkan bibit hasil okulasi maupun enten lebih cepat berbuah (1-4 tahun) & buah didapatkannya mempunyai sifat sama dgn induknya.
3) Teknik Penyemaian Bibit
a) Penyambungan pucuk (enten)
Pohon pokok digunakan untuk enten ; tanaman sudah berumur 6-7 bulan/bisa juga sudah berumur 1 tahun, tanaman berasal dr biji berasal dr buah telah tua & masak, tinggi 30 cm/kurang, & penting jaringan pada pangkal batang belum berkayu. Sebagai cabang sambungannya digunakan ujung dahan masih muda & berdiameter lebih kurang 0,7 cm. Dahan tersebut dipotong miring sesuai dgn celah ada pada pohon pokok sepanjang lebih kurang 10 cm,
kemudian disisipkan ke dlm belahan di samping pohon pokok diikat/dibalut. Bahan baik untuk mengikat ; pita karet, plastik, rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan pada pohon pokok dilakukan serendah mungkin supaya tak bisa kuncup pada tanaman pokok. Enten-enten telah disambung diletakkan di tempat teduh, tak berangin, & lembab. Setiap hari tanaman disiram, & untuk mencegah serangan penyakit sebaiknya tanaman disemprot fungisida. Pada musim kering hama
tungau putih sering menyerang, untuk itu sebaiknya dicegah dgn semprotan kelthane. Bibit biasanya sudah bisa dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16 bulan, & pemindahannya dilakukan pada saat permulaan musim hujan.
b) Penyambungan mata (okulasi)
Pembuatan bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal berumur 8-10 bulan. Sebagai mata akan diokulasikan diambil dr dahan sehat, dgn umur 1 tahun, serta matanya akan tampak jelas. Waktu paling baik untuk menempel yaitu pada saat kulit batang semai mudah dilepaskan dari
kayunya. Caranya ; kulit pohon pokok disayat sepanjang 10 cm & lebarnya 8 mm. Kulit tersebut dilepaskan dr kayunya & ditarik ke bawah lalu dipotong 6 cm. Selanjutnya disayat sebuah mata dgn sedikit kayu dr cabang mata (enthout), kayu dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak mata. Kulit bermata dimasukkan di antara kulit & kayu telah disayat pada pohon pokok & ditutup lagi, dgn catatan mata jangan sampai tertutup. Akhirnya balut seluruhnya dgn pita plastik. Apabila dlm 3-5 hari matanya masih hijau, berarti penempelan berhasil.Selanjutnya 10-15 hari setelah penempelan, tali plastik dibuka. Batang pohon pokok dikerat melintang sedlm setengah diameternya, kira-kira 5-7,5 cm di atas okulasi, lalu dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata bisa lebih cepat. Setelah batang keluar dr mata mencapai tinggi 1 m, maka bagian pohon pokok dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi & lukanya diratakan, kemudian ditutup dgn parafin telah dicairkan. Pohon okulasi ini bisa dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-12 bulan & pemindahan paling baik ; pada saat permulaan musim hujan.
Dlm perbanyakan vegetatif perlu diperhatikan ; menjaga kelembaban udara agar tetap tinggi (+ 80%) & suhu udara di tempat penyambungan jangan terlalu tinggi (antara 15-25 derajat C). Selain itu juga jangan dilakukan pada musim hujan lebat serta terlalu banyak terkena sinar matahari langsung. Bibit berupa sambungan perlu disiram secara rutin & dipupuk 2 minggu sekali. Pemupukan bsa bersamaan dgn penyiraman, yaitu dgn melarutkan 1-1,5 gram urea/NPK ke dlm 1 liter air. Pupuk daun bsa juga diberikan dgn dosis sesuai anjuran dlm kemasan. Sedangkan pengendalian hama & penyakit dilakukan apabila perlu saja.
6.2. Pengolahan Media Tanam
Lahan untuk tanaman alpukat harus dikerjakan dgn baik; harus bersih dr pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta batu-batu mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dlm or ditraktor, lalu dicangkul halus 2-3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan saat musim kering sehingga penanaman nantinya bisa dilakukan pada awal or saat musim hujan.
6.3. Teknik Penanaman
1) Pola Penanaman
Pola penanaman alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antara varietasvarietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas tanaman alpukat tak bisa melakukan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo panjang memiliki tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dr beberapa varietas alpukat di Indonesia, yaitu tipe A & tipe B. Varietas tergolong tipe bunga A ; ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah bundar, waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft, & hass. Sedangkan tergolong tipe B ; collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon, nabal, ganter, & queen. Penyerbukan silang cuma terjadi antara kedua tipe bunga. Oleh karena itu, penanaman alpukat dlm suatu lahan harus dikombinasi antara varietas memiliki tipe bunga A & tipe bunga B sehingga bunga-bunganya saling menyerbuki satu sama lain.
2) Pembuatan Lubang Tanam
a) Tanah digali dgn ukuran panjang, lebar, & tinggi masing-masing 75 cm. Lubang tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.
b) Tanah bagian atas & bawah dipisahkan.
c) Lubang tanam ditutup kembali dgn posisi seperti semula. Tanah bagian atas dicampur dulu dgn 20 kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke dlm lubang.
d) Lubang tanam telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan mengingat letak lubang tanam.
3) Cara Penanaman
Waktu penanaman tepat ; pada awal musim hujan & tanah ada dlm lubang tanam tak lagi mengalami penurunan. Hal perlu diperhatikan ; tanah ada dlm lubang tanam harus lebih tinggi dr tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindr tergenangnya air apabila disirami or turun
hujan. Langkah-langkah penanaman ; sebagai berikut :
a) Lubang tanam telah ditutup, digali lagi dgn ukuran sebesar wadah bibit.
b) Bibit dikeluarkan dr keranjang or polibag dgn menyayatnya agar gumpalan tanah tetap utuh.
c) Bibit beserta tanah masih menggumpal dimasukkan dlm lubang setinggi leher batang, lalu ditimbun & diikatkan ke ajir.
d) Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindr sinar matahari secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibuat miring dgn bagian tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi sampai tumbuh tunas-tunas baru or lebih kurang 2-3 minggu.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyiangan
Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat itu banyak terbisa zat hara. Selain adalah saingan dlm memperoleh makanan, gulma juga adalah tempat bersarangnya hama & penyakit. Oleh karena itu, agar tanaman bisa tumbuh dgn baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi
(dicabut) secara rutin.
2) Penggemburan Tanah
Tanah setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat & udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tak bisa leluasa menyerap unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan dgn hati-hati agar akar tak putus.
3) Penyiraman
Bibit baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perlu dilakukan setiap hari. Waktu tepat untuk menyiram ; pagi/sore hari, & apabila hari hujan tak perlu disiram lagi.
4) Pemangkasan Tanaman
Pemangkasan cuma dilakukan pada cabang-cabang tumbuh terlalu rapat or ranting-ranting mati. Pemangkasan dilakukan secara hati-hati agar luka bekas pemangkasan terhindar dr infeksi penyakit & luka bekas pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.
5) Pemupukan
Dlm pemCara Budidayaan tanaman alpukat diperlukan program pemupukan baik & teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman alpukat, khususnya akarakar rambutnya, cuma sedikit & pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak sering dgn dosis kecil. Jumlah pupuk diberikan tergantung pada umur tanaman. Apabila program pemupukan tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P), & KCl (60% K) maka untuk tanaman berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea, TSP, dan
KCl masing-masing sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon & 0,2-0,83 kg/pohon. Untuk tanaman umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea, TSP, & KCl masing-masing sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, & 4 kg/pohon. Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dlm setahun. Mengingat tanaman alpukat cuma mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya pupuk diletakkan sedekat mungkin dgn akar. Caranya dgn menanamkan pupuk ke dlm lubang sedlm 30-40 cm, di mana lubang tersebut dibuat tepat di bawah tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman.

7. HAMA & PENYAKIT
7.1. Hama pada Daun
1) Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf)
Ciri: Panjang tubuh 6 cm, berwarna hitam bercak-bercak putih & dipenuhi rambut putih. Kepala & ekor berwarna merah menyala. Gejala: Daun-daun tak utuh & terbisa bekas gigitan. Pada serangan hebat, daun habis sama sekali tetapi tanaman tak akan mati, & tampak kepompong bergelantungan. Pengendalian : Menggunakan insektisida mengandung bahan aktif monokrotofos or Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dgn dosis 1-3 cc/liter or Azodrin 15 WSC dgn dosis 2-3 cc/liter.
2) Ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas L.)
Ciri: Sayap kupu-kupu bisa mencapai ukuran 25 cm dgn warna coklat kemerahan & segitiga tansparan. Ulat berwarna hijau tertutup tepung putih, panjang 15 cm & mempunyai duri berdaging. Pupa terbisa di dlm kepompong berwarna coklat. Gejala: Sama dgn gejala serangan ulat
kipat, tetapi kepompong tak bergelantungan melainkan terbisa di antara daun. Pengendalian: Sama dgn pemberantasan ulat kipat.
3) Aphis gossypii Glov/A. Cucumeris, A. cucurbitii/Aphis kapas.
Ciri: Warna tubuh hijau tua sampai hitam or kunig coklat. Hama ini mengeluarkan embun madu biasanya ditumbuhi cendawan jelaga sehingga daun menjadi hitam & semut berdatangan. Gejala: Pertumbuhan tanaman terganggu. Pada serangan hebat tanaman akan kerdil & terpilin.
Pengendalian: Disemprot dgn insektisida berbahan aktif asefat/dimetoat, misalnya Orthene 75 SP dgn dosis 0,5-0,8 gram/liter or Roxion 2 cc/liter.
4) Kutu dompolan putih (Pseudococcus citri Risso)/Planococcus citri Risso
Ciri: Bentuk tubuh elips, berwarna coklat kekuningan sampai merah oranye, tertutup tepung putih, ukuran tubuh 3 mm, mempunyai tonjolan di tepi tubuh dgn jumlah 14-18 pasang & terpanjang di bagian pantatnya. Gejala : Pertumbuhan tanaman terhambat & kurus. Tunas muda, daun, batang, tangkai
bunga, tangkai buah, & buah terserang akan tampak pucat, tertutup massa berwarna putih, & lama kelamaan kering. Pengendalian: Disemprot dgn insektisida mengandung bahan aktif formotion, monokrotofos, dimetoat, or karbaril. Misalnya anthion 30 EC dosis 1-1,5 liter/ha, Sevin 85 S dosis 0,2% dr konsentrasi fomula.
5) Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd)
Ciri: Tubuh tungau betina berwarna merah tua/merah kecoklatan, sedangkan tungau jantan hijau kekuningan/kemerahan. Terbisa beberapa bercak hitam, kaki & bagian mulut putih, ukuran tubuh 0,5 mm. Gejala: Permukaan daun berbintikbintik kuning kemudian akan berubah menjadi merah tua seperti karat. Dibawah permukaan daun akan tampak anyaman benang halus. Serangan hebat bisa menyebabkan daun menjadi layu & rontok. Pengendalian : Disemprot dgn akarisida Kelthan MF mengandung bahan aktif dikofoldan, dgn dosis 0,6-1 liter/ha.
7.2. Hama pada Buah
1) Lalat buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.)
Ciri : Ukuran tubuh 6 - 8 mm dgn bentangan sayap 5 - 7 mm. Bagian dada berwarna coklat tua bercak kuning/putih & bagian perut coklat muda dgn pita coklat tua. Stadium larva berwarna putih pada saat masih muda & kekuningan setelah dewasa, panjang tubuhnya 1 cm. Gejala: Tampak bintik hitam/bejolan pada permukaan buah, adalah tusukan hama sekaligus tempat untuk meletakkan telur. Bagian dlm buah berlubang & busuk karena dimakan larva. Pengendalian: Dgn umpan minyak citronella/umpan protein malation akan mematikan lalat memakannya. Penyemprotan insektisida bisa dilakukan antara lain dgn Hostathion 40 EC berbahan aktif triazofos dosis 2 cc/liter & tindakan paling baik ; memusnahkan semua buah terserang or membalik tanah agar larva terkena sinar matahari & mati.
2) Codot (Cynopterus sp)
Ciri : Tubuh seperti kelelawar tetapi ukurannya lebih kecil menyerang buahbuahan pada malam hari. Gejala: Terbisa bagian buah berlubang bekas gigitan. Buah terserang cuma telah tua, & bagian dimakan ; daging buahnya saja. Pengendalian: Menangkap codot menggunakan jala/menakut-nakutinya menggunakan kincir angin diberi peluit sehingga bisa menimbulkan suara.
7.3. Hama pada Cabang/Ranting
1) Kumbang bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth / Xylosandrus morigerus Bldf).
Ciri : Kumbang lebih menyukai tanaman kopi ini berwarna coklat tua & berukuran 1,5 mm. Larvanya berwarna putih & panjangnya 2 mm. Gejala : Terbisa lubang menyerupai terowongan pada cabang or ranting. Terowongan itu bisa semakin besar sehingga makanan tak bisa tersalurakan
ke daun, kemudian daun menjadi layu & akhirnya cabang or ranting tersebut mati. Pengendalian : Cabang/ranting terserang dipangkas & dibakar. Bisa juga disemprot insektisida berbahan aktif asefat or diazinon terkandung dlm Orthene 75 SP dgn dosis pemberian 0,5-0,8 gram/liter dan
Diazinon 60 EC dosis 1-2 cc/liter.
7.4. Penyakit disebabkan Jamur
1) Antraknosa
Penyebab : Jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) sacc. mempunyai miselium berwarna cokleat hijau sampai hitam kelabu & sporanya berwarna jingga. Gejala : Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman, kecuali akar. Bagian terinfeksi berwarna cokelat karat, kemudian daun, bunga,
buah/cabang tanaman terserang akan gugur. Pengendalian : Pemangkasan ranting & cabang mati. Penelitian buah dilakukan agak awal (sudah tua tapi belum matang). Bisa juga disemprot dgn fungisida berbahan aktif maneb seperti pada Velimex 80 WP. Fungisida ini diberikan 2 minggu sebelum pemetikan dgn dosis 2-2,5 gram/liter.
2) Bercak daun or bercak cokelat
Penyebab: cercospora purpurea Cke./dikenal juga dgn Pseudocercospora purpurea (Cke.) Derghton. Jamur ini berwarna gelap & menyukai tempat lembab. Gejala: bercak cokelat muda dgn tepi cokelat tua di permukaan daun or buah. Apabila cuaca lembab, bercak cokelat berubah menjadi bintik-bintik kelabu. Apabila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang bisa dimasuki organisme lain. Pengendalian : Penyemprotan fungisida Masalgin 50 WP mengandung benomyl, dgn dosis 1-2 gram/liter or bisa juga dgn mengoleskan bubur Bordeaux.
3) Busuk akar & kanker batang
Penyebab : Jamur Phytophthora hidup saprofit di tanah mengandung bahan organik, menyukai tanah basah dgn drainase jelek. Gejala : Apabila tanaman terserang akarnya maka pertumbuhannya menjadi terganggu, tunas mudanya jarang tumbuh. Akibat paling fatal ; kematian pohon. Apabila batang tanaman terserang maka akan akan tampak perubahan warna kulit pada pangkal batang. Pengendalian: drainase perlu diperbaiki, jangan sampai ada air menggenang/dgn membongkar tanaman terserang kemudian diganti dgn tanaman baru.
4) Busuk buah
Penyebab : Botryodiplodia theobromae pat. Jamur ini menyerang apaapabila ada luka pada permukaan buah. Gejala: Bagian pertama kali diserang ; ujung tangkai buah dgn tanda adanya bercak cokelat tak teratur, kemudian menjalar ke bagian buah. Pada kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolan kecil. Pengendalian: Oleskan bubur Bordeaux/ semprotkan fungisida Velimex 80 WP berbahan aktif Zineb, dgn dosis 2-2,5 gram/liter.

8. PANEN
8.1. Ciri & Umur Panen
Ciri-ciri buah sudah tua tetapi belum masak ; :
a) warna kulit tua tetapi belum menjadi cokelat/merah & tak mengkilap;
b) apabila buah diketuk dgn punggung kuku, menimbulkan bunyi nyaring;
c) apabila buah digo-go, akan terdengar goncangan biji.
Penetapan tingkat ketuaan buah tersebut memerlukan pengalaman tersendiri. Sebaiknya perlu diamati waktu bunga mekar sampai enam bulan kemudian, karena buah alpukat biasanya tua setelah 6-7 bulan dr saat bunga mekar. Untuk memastikannya, perlu dipetik beberapa buah sebagai contoh. Apabila buah-buah contoh tersebut masak dgn baik, tandanya buah tersebut telah tua & siap dipanen.
8.2. Cara Panen
Umumnya memanen buah alpukat dilakukan secara manual, yaitu dipetik menggunakan tangan. Apaapabila kondisi fisik pohon tak memungkinkan untuk dipanjat, maka panen bisa dibantu dgn menggunakan alat/galah diberi tangguk kain/goni pada ujungnya/tangga. Saat dipanen, buah harus dipetik/dipotong
bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah memar, luka/infeksi pada bagian dekat tangkai buah.
8.3. Periode Panen
Biasanya alpukat mengalami musim berbunga pada awal musim hujan, & musim berbuah lebatnya biasanya pada bulan Desember, Januari, & Februari. Di Indonesia keadaan alamnya cocok untuk pertanaman alpukat, musim panen bisa terjadi setiap bulan.
8.4. Prakiraan Produksi
Produksi buah alpukat pada pohon-pohon tumbuh & berbuah baik bisa mencapai 70-80 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata bisa diharapkan dr setiap pohon berkisar 50 kg.

9. PASCAPANEN

9.1. Pencucian
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran menempel sehingga mempermudah penggolongan/penyortiran. Cara pencucian tergantung pada kotoran menempel.
9.2. Penyortiran
Penyortiran buah dilakukan sejak masih berada di tingkat petani, dgn tujuan memilih buah baik & memenuhi syarat, buah diharapkan ; memiliki ciri sebagai berikut :
1. Tak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.
2. Cukup tua tapi belum matang.
3. Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar dlm 1 kg terdiri dr 3 buah or berbobot maksimal 400 g.
4. Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak ; berbentuk lonceng. Buah banyak diminta importir untuk konsumen luar negeri ; buah alpukat dagingnya berwarna kuning mentega tanpa serat. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan dlm negeri, semua syarat tadi tak terlalu diperhitungkan.
9.3. Pemeraman & Penyimpanan
Alpukat baru bisa dikonsumsi apabila sudah masak. Untuk mencapai tingkat kemasan ini diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah petik (apabila buah dipetik pada saat sudah cukup ketuaannya). Apabila tenggang waktu tersebut akan dipercepat, maka buah harus diperam terlebih dulu. Untuk keperluan ekspor, tak perlu dilakukan pemeraman karena tenggang waktu ini disesuaikan dgn lamanya perjalanan untuk sampai di
tempat tujuan.
Cara pemeraman alpukat masih sangat sederhana. Pada umumnya cuma dgn memasukkan buah ke dlm karung goni, kemudian ujungnya diikat rapat. Setelah itu karung diletakkan di tempat kering & bersih. Karena alpukat mempunyai umur simpan cuma sampai sekitar 7 hari (sejak petik sampai siap dikonsumsi), maka apabila ingin memperlambat umur simpan tersebut bisa dilakukan dgn menyimpannya dlm ruangan bersuhu 5 derajat C. Dgn cara tersebut, umur penyimpanan bisa diperlambat samapai 30-40 hari.
9.4. Pengemasan & Pengangkutan
Kemasan ; wadah/tempat digunakan untuk mengemas suatu komoditas. Kemasan untuk pasar lokal berbeda dgn untuk diekspor. Untuk pemasaran di dlm negeri, buah alpukat dikemas dlm karung-karung plastik/keranjang, lalu diangkut dgn menggunakan truk. Sedangkan kemasan untuk ekspor berbeda lagi, yaitu umumnya menggunakan kotak karton berkapasitas 5 kg buah alpukat. Sebelum dimasukkan ke dlm kotak karton, alpukat dibungkus kertas tissue, kemudian diatur sususannya dgn diselingi penyekat terbuat dr potongan karton.

10. ANALISIS EKONOMI CARA BUDIDAYA TANAMAN
10.1 Analisis Usaha Cara Budidaya
Perkiraan analisis Cara Budidaya tanaman alpukat dgn luas lahan 1 hektar selama 10 tahun di daerah Jawa Barat pada tahun 1999.
1) Biaya produksi
1. Bibit okulasi: 121 batang @ Rp.10.000,- Rp. 1.210.000,-
2. Pupuk
- Pupuk kandang 3 ton@ Rp. 150.000,-/ton Rp. 450.000,-
- Urea
Tahun ke-1-4, 1.936 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 2.904.000,-
Tahun ke-5-10, 9.801 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 14.701.500,-
- TSP
Tahun ke-1-4, 1.936 kg @ Rp. 1.600,- Rp. 3.097.600,-
Tahun ke-5-10, 9.317 kg @ Rp.1.600,- Rp. 14.907.200,-
- KCl
Tahun ke-1-4, 1.694 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 2.795.100,-
Tahun ke-5-10, 11.616 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 19.166.400,-
4. Pestisida & fungisida Rp. 240.000,-
5. Peralatan
- Cangkul Rp. 70.000,-
- Sprayer Rp. 250.000,-
6. Tenaga kerja
- Pembajakan lahan & pupuk dasar (borongan) Rp. 400.000,-
- Penyiraman 15 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 105.000,-
- Pemangkasan 4 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 28.000,-
- Pembuatan lubang tanam 15 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 105.000,-
- Penanaman 7 HOK @ RP. 7.000,- Rp. 49.500,-
- Penyiangan 20 HOK/tahun @ Rp. 7.000,- Rp. 1.400.000,-
- Pemupukan 10 HOK/tahun @ Rp. 7.000,- Rp. 700.000,-
- Perlindungan tanaman 4HOK/tahun @ Rp. 7.000,- Rp. 280.000,-
7. Panen & pascapanen
Tahun ke-4, 18 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 126.000,-
Tahun ke-5, 22 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 154.000,-
Tahun ke-6, 35 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 245.000,-
Tahun ke-7, 48 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 336.000,-
Tahun ke-8, 48 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 336.000,-
Tahun ke-9, 48 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 336.000,-
Tahun ke-10, 48HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 336.000,-
Jumlah biaya produksi dlm 10 tahun Rp. 64.841.300,-
2) Pendapatan
1. Tahun ke-4, 3.300 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 11.550.000,-
2. Tahun ke-5, 6.500 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 22.750.000,-
3. Tahun ke-6, 9.800 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 34.300.000,-
4. Tahun ke-7, 12.000 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 42.000.000,-
5. Tahun ke-8, 12.200 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 42.700.000,-
6. Tahun ke-9, 12.500 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 43.750.000,-
7. Tahun ke-10, 12.500 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 43.750.000,-
Jumlah pendapatan dlm 10 tahun Rp.240.800.000,-
3) Keuntungan dlm 10 tahun Rp.175.958.700,-
Tanaman alpukat berasal dr bibit okulasi or sambung akan mulai berbuah pada umur 4 tahun dgn produksi 3.300 kg/ha. Produksi ini akan terus bertambah hingga mencapai kestabilan pada tahun ke-7 (panen keempat) dgn jumlah produksi rata-rata 12.000 kg/ha. Keuntungan baru bisa diperoleh pada panen kedua (tahun ke-5) & akan stabil pada panen keempat (tahun ke-7). Namun analisis tersebut belum termasuk biaya sewa tanah.
10.2 Gambaran Peluang Agribisnis
Walaupun keuntungan bertanam alpukat di Indonesia belum begitu bsa dirasakan karena pengelolaannya tak intensif, namun karena permintaannya naik maka pertanaman alpukat dr tahun ke tahun mengalami kenaikan. Prospek ke depan bisnis alpukat semakin cerah sehubungan dgn semakin terbukanya peluang pasar. Tetapi sanya masih banyak wilayah adalah sentra produksi belum tergali, sehingga kesulitan mendapatkan buah masih tetap dirasakan oleh para pedagang, baik di pasar lokal maupun eksportir. Alpukat adalah salah satu jenis buah bergizi tinggi semakin banyak
diminati. Hal ini tampak dr banyaknya permintaan alpukat di pasaran. Sebagai contoh, seorang grosir membutuhkan alpukat 12-20 ton/minggu untuk pedagang pengecer di Bogor.
Selain di pasar lokal, pasar luar negeri pun berhasil ditembusnya. Mula-mula cuma Singapura & Belanda, kemudian menyusul Saudi Arabia, Perancis, & Brunei Darussalam. Impor Perancis pada tahun 1989 sebanyak 3.790 kg dgn nilai 379 US$, & pada tahun 1990 meningkat menjadi 5.749 kg dgn nilai 10.876 US$. Situasi harga di tingkat petani memang relatif bervariasi dibandingkan dgn di
tingkat pengecer. Harga setiap kilogram di tingkat petani di daerah Garut pada tahun 1991 berkisar antara Rp 200,- sampai Rp 600,-. Seangkan di tingkat pengecer biasanya lebih stabil, & harga bsa mencapai Rp 700,- sampai Rp 1.750,-/kg. Adanya perbedaan harga cukup besar tersebut antara lain disebabkan karena di tingkat pengecer risiko kerusakannya lebih tinggi.

11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh & cara pengemasan.
11.2.Diskripsi
Alpukat adaalah buah tanaman apaokat (Persea Americana MILL) dlm keadaan cukup tua, utuh, segar & bersih.
11.3.Klasifikasi & Standar Mutu
Alpokat digolongkan dlm 3 macam ukuran berdasarkan berat, yaitu:
a) Alpokat besar : 451-550 gram/buah
b) Alpokat sedang : 351-450 gram/buah
c) Alpokat kecil : 250-350 gram/buah
Sedangkan syarat mutu ; sebagai berikut:
a) Kesamaan sifat varietas: mutu I seragam; mutu II seragam; cara pengujian organoleptik
b) Tingkat ketuaan: mutu I tua tapi tak terlalu matang; mutu II tua tapi tak terlalu matang; cara pengijian organoleptik
c) Bentuk: mutu I normal; mutu II kurang normal; cara pengujian organoleptik
d) Kekerasan: mutu I keras; mutu II keras; cara pengujian Organoleptik
e) Ukuran: mutu I seragam; mutu II kurang seragam; cara pengujian SP-SMP-309-1981
f) Kerusakan (bobot/bobot): mutu I maks 5%; mutu II 10%; cara pengujian SP-SMP-310-1981
g) Busuk (bobot/bobot): mutu I maks 1%; mutu II 2%; cara pengujian SP-SMP-311-1981
h) Kotoran: mutu I bebas; mutu II bebas; cara pengujian organoleptik
11.4.Pengambilan Contoh
Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dr bagian atas, tengah & bawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan kerusakan, kemudian dibagi 4 & dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa.
a) Jumlah kemasan dlm partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh diambil 5.
b) Jumlah kemasan dlm partai: 101 sampai 300, minimum jumlah contoh diambil 7.
c) Jumlah kemasan dlm partai: 301 sampai 500, minimum jumlah contoh diambil 9.
d) Jumlah kemasan dlm partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah contoh diambil 10.
e) Jumlah kemasan dlm partai: lebih dr 1000, minimum jumlah contoh diambil 15.
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang berpengalaman/dilatih lebih dahulu & mempunyai ikatan dgn suatu ba& hukum.
11.5.Pengemasan
Buah alpukat disajikan dlm bentuk utuh & segar, dikemas dlm keranjang bambu/bahan lain sesuai dengan/tanpa bahan penyekat, ditutup dgn anyaman bambu/bahan lain, kemudian diikat dgn tali bambu/bahan lain. Isi kemasan tak melebihi permukaan kemasan dgn berat bersih maksimum 20 kg. Di bagian luar kemasan diberi label bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, daerah asal, nama/kode perusahaan/eksportir, berat bersih, hasil Indonesia & tempat/negara tujuan.

Sumber :http://infopekalongan.com

0 comments: