Sunday, December 7, 2008

Anggrek

A. ASPEK LINGKUNGAN
Secara alami anggrek (Famili Orchidaceae) hidup epifit pada pohon & ranting-ranting tanaman lain, namun dalam pertumbuhannya anggrek bisa ditumbuhkan dalam pot diisi media tertentu. Ada beberapa faktor mempengaruhi pertumbuhan tanaman, seperti faktor lingkungan, antara lain sinar matahari, kelembaban & temperatur serta pemeliharaan seperti : pemupukan, penyiraman serta pengendalian OPT.

Pada umumnya anggrek-anggrek diCara Budidayakan memerlukan temperatur 28 + 2 C dgntemperatur minimum 15 C. Anggrek tanah pada umumnya lebih tahan panas dr pada anggrek pot. Tetapi temperatur tinggi bisa menyebabkan dehidrasi bisa menghambat pertumbuhan tanaman.

Kelembaban nisbi (RH) diperlukan untuk anggrek berkisar antara 60–85%. Fungsi kelembaban tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindr penguapan terlalu tinggi. Pada malam hari kelembaban dijaga agar tak terlalu tinggi, karena bisa mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda. Olh karena seperti itudiusahakan agar media dalam pot jangan terlampau basah. Sedangkan kelembaban sangat rendah pada siang hari bisa diatasi dgncara pemberian semprotan kabut (mist) di sekitar tempat pertanaman dgnbantuan sprayer.

Berdasarakan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua tipe yaitu, simpodial & monopodial. Anggrek tipe simpodial ; anggrek tak memiliki batang utama, bunga ke luar dr ujung batang & berbunga kembali dr anak tanaman tumbuh. Kecuali pada anggrek jenis Dendrobium sp. bisa mengeluarkan tangkai bunga baru di sisi-sisi batangnya. Contoh dr anggrek tipe simpodial antara lain : Dendrobium sp., Cattleya sp., Oncidium sp. & Cymbidium sp. Anggrek tipe simpodial pada umumnya bersifat epifit.


Anggrek tipe monopodial ; anggrek dicirikan olh titik tumbuh terbisa di ujung batang, pertumbuhannnya lurus ke atas pada satu batang. Bunga ke luar dr sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial antara lain : Vanda sp., Arachnis sp., Renanthera sp., Phalaenopsis sp., & Aranthera sp.

Habitat tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :
• Anggrek epifit, yaseperti ituanggrek tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya & membutuhkan naungan dr cahaya matahari, misalnya Cattleya sp. memerlukan cahaya +40%, Dendrobium sp. 50–60%, Phalaenopsis sp. + 30 %, & Oncidium sp. 60 – 75 %.

• Anggrek terestrial, yaseperti ituanggrek tumbuh di tanah & membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera sp., Renanthera sp., Vanda sp. & Arachnis sp. Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari 70 – 100 %, dgnsuhu siang berkisar antara 19 – 380C, & malam hari 18–210C. Sedangkan untuk anggrek jenis Vanda sp. berdaun lebar memerlukan sedikit naungan.

• Anggrek litofit, yaseperti ituanggrek tumbuh pada batu-batuan, & tahan terhadap cahaya matahari penuh, misalnya Dendrobium phalaenopsis.

• Anggrek saprofit, yaseperti ituanggrek tumbuh pada media mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya matahari, misalnya Goodyera sp.
Cara Budidaya Tanaman Anggrek

B. PERSILANGAN
Persilangan ditujukan untuk mendapatkan varietas baru dgnwarna & bentuk menarik, mahkota bunga kompak & bertekstur tebal hingga bisa tahan lama sebagai bunga potong, jumlah kuntum banyak & tak ada kuntum bunga gugur dni akibat kelainan genetis serta produksi bunga tinggi. Olh karena seperti ituuntuk mendapatkan hasil diharapkan, sebaiknya & seharusnya pedoman persilangan perlu dikuasai, antara lain :

• Persilangan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah penyiraman. Kuntum bunga dipilih masih segar atau setelah membuka penuh.

• Sebagai induk betina dipilih mempunyai bunga kuat, tak cepat layu atau gugur.

• Mengetahui sifat-sifat kedua induk tanaman akan disilangkan, agar memberikan hasil diharapkan, misalnya sifat dominasi akan terlihat atau muncul pada turunannya seperti : warna, bentuk, & lain-lain.

• Bunga tak terserang OPT terutama pada polen & stigma.

• Setiap mendapatkan varietas baru baik, sebaiknya didaftarkan pada “Royal Horticultural Society” di London, dgnmengisi formulir pendaftaran anggrek hibrida dgnbeberapa persyaratan lainnya.
Langkah-langkah dilakukan dalam melakukan penyerbukan (polinasi) ; sebagai berikut :

• Sediakan sehelai kertas putih & sebatang lidi kecil atau tusuk gigi atau sejenisnya bersih.

• Cap polinia terbisa pada ujung column dibuka, dimana akan terlihat di dalamnya polinia berwarna kuning.

• Ujung lidi/tusuk gigi dibasahi dgncairan ada di dalam lubang putih atau dgnsedikit air.

• Polinia diambil dgnhati-hati. Pegang kertas putih sebagai wadah di bawah bunga untuk menghindr bila polinia jatuh pada waktu diambil.

• Polinia kemudian dimasukkan ke dalam stigma (kepala putik).

• Beri label diikatkan pada tangkai kuntum (pedicel) bunga berisi catatan tentang tanggal penyerbukan & nama bunga diambil polinianya.
Beberapa hari kemudian bunga telah diserbuki akan layu. Apabila penyerbukan berhasil, & bila tak ada OPT, maka bakal buah tersebut akan terus berkembang menjadi buah. Buah anggrek ada masak setelah tiga bulan sampai enam bulan atau lebih. Buah masak akan merekah dgndicirikan adanya perubahan warna buah dr hijau menjadi hijau kekuning-kuningan.
Dalam memilih biji anggrek akan disemaikan dalam botol perlu diperhatikan sebagai berikut :

• Biji berwarna keputih-putihan & kosong ; biji kurang baik.
• Biji baik yaseperti itu bulat penuh berisi, berwarna kuning atau kecoklat-coklatan
Cara Budidaya Tanaman Anggrek

C. PEMBIBITAN
Perbanyakan tanaman anggrek pada umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu, konvensional & dgnmetoda kultur in vitro. Perbanyakan tanaman dilakukan secara konvensional ; sebagai berikut :

• Perbanyakan vegetatif malalui pemecahan/pemisahan rumpun seperti Dendrobium sp., Oncidium sp., Cattleya sp., & Cymbidium sp.; pemotongan anak tanaman ke luar dr batang seperti Dendrobium sp.; pemotongan anak tanaman ke luar dr akar & tangkai bunga seperti Phalaenopsis sp., selanjutnya ditanam ke media sama seperti pakis, mos serabut kelapa, arang, serutan kayu, disertai campuran pecahan genting atau batu bata. Perbanyakan secara vegetatif ni akan menghasilkan anak tanaman mempunyai sifat genetik sama dgninduknya. Namun perbanyakan konvensional secara vegetatif ni tak praktis & tak menguntungkan untuk tanaman bunga potong, karena jumlah anakan diperolh dgncara-cara ni sangat terbatas.

• Perbanyakan generatif yaseperti itudgnbiji. Biji anggrek sangat kecil & tak mempunyai endosperm (cadangan makanan), hingga perkecambahan di alam sangat sulit tanpa bantuan jamur bersimbiosis dgnbiji tersebut.
Untuk menghasilkan bunga dalam jumlah banyak & seragam diperlukan tanaman dalam jumlah banyak pula. Olh karena seperti itupeningkatan produksi bunga pada tanaman anggrek hanya bisa dicapai dgnusaha perbanyakan tanaman efisien. Pada saat ni metode kultur in vitro adalah salah satu cara mulai banyak digunakan dalam perbanyakan klon atau vegetatif tanaman anggrek. Kultur in vitro pertama kali dicoba olh Haberlandt pada tahun 1902, karena adanya sifat tanaman disebut totipotensi dicetuskan olh kedua orang sarjana Jerman Schwann & Schleiden pada tahun 1830.

Metode kultur in vitro yaseperti itumenumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif (seperti : akar, daun, batang, mata tunas) & jaringan-jaringan generatif (seperti : ovule, embrio & biji) pada media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik (bebas mikroorganisme).

Secara generatif, benih tanaman diperolh melalui biji hasil persilangan secara genetis biji-biji tersebut bersifat heterozigot. Hingga benih-benih dihasilkan mempunyai sifat tak mantap & beragam. Dgncara ni untuk mendapatkan tanaman sama dgninduknya sangatlah sulit, karena persilangan anggrek telah berkembang demikian luasnya. Namun dgncara ni akan diperolh varietas baru.

Secara vegetatif yaseperti itumenumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif atau kultur jaringan seperti akar, daun, batang atau mata tunas pada media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik. Dgnmetode ni bisa diharapkan perbanyakan tanaman bisa dilakukan secara cepat & berjumlah banyak, serta sama dgninduknya.
Cara Budidaya Tanaman Anggrek

E. PENGAMATAN & PENGENDALIAN OPT
1. Hama
a. Tungau Merah Tennuipalvus orchidarum Parf.
Ordo : Acarina
Famili : Tetranychidae
1) Tanaman Inang :
Jenis-jenis bisa diserang hama ni ; Phalaenopsis sp., Dendrobium sp., Orchidium sp., Vanda sp. & Granatophyllium sp., kapas, kacang-kacangan, jeruk, & gulma terutama golongan dikotil.
2) Gejala Serangan :
Tungau sangat cepat berkembang biak & dalam waktu singkat bisa menyebabkan kerusakan secara mendadak. Bagian tanaman diserang antara lain tangkai daun & bunga. Tangkai diserang akan berwarna seperti perunggu. Pada permukaan atas daun terbisa titik/bercak berwarna kuning atau coklat, kemudian meluas & seluruh daun menjadi kuning.
Pada permukaan bawah berwarna putih perak & bagian atas berwarna kuning semu. Pada tingkat serangan lanjut daun akan berbercak coklat & berubah menjadi hitam kemudian gugur. Pada daun Phalaenopsis sp. mula-mula berwarna putih keperakan kemudian menjadi kuning. Hama ni bisa berjangkit baik pada musim hujan maupun musim kemarau, namun umumnya serangan meningkat pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan serangan berkurang karena terbawa air. Kerusakan bisa terjadi mulai dr pembibitan.
3) Biologi :
Tungau berwarna merah, berukuran sangat kecil yaseperti itu0,2 mm hingga sukar untuk dilihat dgnmata telanjang. Tungau bisa dijumpai pada daun, pelepah daun & bagian-bagian tersembunyi lainnya. Telur tungau berwarna merah, bulat & diletakkan membujur pada permukaan atas daun.
b. Kumbang Gajah Orchidophilus aterrimus (= Acythopeus) aterrimus Wat.
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae
1) Tanaman Inang :
Jenis anggrek diserang ; anggrek epifit antara lain Arachnis sp., Cattleya sp., Coelogyne sp., Cypripedium sp., Dendrobium sp., Cymbidium sp., Paphiopedilum sp., Phalaenopsis sp., Renanthera sp., & Vanda sp.
2) Gejala Serangan :
Kumbang bertelur pada daun atau lubang batang tanaman. Kerusakan terjadi karena larvanya menggerek daun & memakan jaringan di bagian dalam batang hingga mengakibatkan aliran air & hara dr akar terputus serta daun-daun menjadi kuning & layu. Kerusakan pada daun menyebabkan daun berlubang-lubang. Larva juga menggerek batang umbi, pucuk & batang untuk membentuk kepompong, sedangkan kumbang dewasa memakan epdermis/permukaan daun muda, jaringan/tangkai bunga & pucuk/kuntum hingga bisa mengakibatkan kematian bagian tanaman dirusak. Serangan pada titik tumbuh bisa mematikan tanaman. Pada pembibitan Phalaenopsis sp. bisa terserang berat hama ini. Seangan kumbang gajah bisa terjadi sepanjang tahun, tetapi paling banyak terjadi pada musim hujan, terutama pada awal musim hujan tiba.
3) Biologi :
Kumbang berwarna hitam kotor/tak mengkilap dgnukuran bervariasi 3,5-7 mm termasuk moncong. Kumbang bertelur pada daun atau lubang pada batang tanaman. Larva menggerek ke jaringan batang atau masuk ke pucuk/kuncup & tangkai sampai menjadi pupa.
Fase larva (ulat), pupa (kepompong) sampai dewasa (kumbang) berlangsung dalam pseudobulb. Larva baru menetas menggerek pseudobulb, makan & tinggal di dalam pseudobulb tersebut. Pupa terbungkus olh sisa makanan & terletak di rongga bekas gerekan di dalam pseudobulb.
c. Kumbang Penggerek Omobaris calanthes Mshl.
Ordo : Colepotera
Famili : Curculionidae
1) Tanaman Inang :
Jenis anggrek diserang terutama ; anggrek tanah terutama jenis Calanthe sp. & Phajus sp.
2) Gejala Serangan :
Berbeda dgnkumbang gajah, larva kumbang ni menggerek masuk ke jaringan akar/umbi, pucuk & tangkai bunga hingga dinding gerekan menjadi hitam. Sedangkan kumbang bisa dijumpai di bagian tengah tanaman di antara daun bawah. Serangga membuat sejumlah lubang, seringkali berbaris di daun & juga tunas utama masih terlipat kemudian bisa patah & mati. Pada tahap awal seringkali merusak akar tanaman & pada saat bunga masih kuncup. Serangan berat menyebabkan tanaman terlihat merana & bisa mematikan tanaman anggrek secara keseluruhan.
3) Biologi :
Pertumbuhan larva bisa mencapai panjang 5 mm.
d. Kumbang Penggerek Akar Diaxenes phalaenopsidis Fish.
Ordo : Coleoptera
Famili : Cerambycidae
1) Tanaman Inang :
Larva maupun kumbang ni bisa menyerang tanaman anggrek Renanthera sp., Vanda sp., Dendrobium sdp., Oncidium sp. & lebih khusus anggrek Phalaenopsis sp.
2) Gejala Serangan :
Larva menggerek akar hingga akar mengering & bisa mengakibatkan kematian. Larva juga menyerang bunga. Kerusakan diakibatkan olh hama ni akan sangat berat jika tak segera dikendalikan.
3) Biologi :
Telur berwarna hijau terang dgnpanjang 2,4 mm & diletakkan di bawah kutikula akar. Larva berwarna kuning & membentuk pupa dalam suatu kokon berserabut/berserat padat. Kumbang bisa hidup sampai 3 bulan & daur hidup mencapai 50-60 hari. Pada siang hari kumbang ni bersembunyi & pada malam hari memakan daun bagian atas & meninggalkan potongan/bekas gerekan tak beraturan di permukaan.
e. Kumbang Penggerek Oulema (= Lema) pectoralis Baly.
Ordo : Coleoptera
Famili : Chrysomelidae
1) Tanaman Inang :
Arachnis sp., Grammatophyllum sp., Vanda sp., Phalaenopsis sp., Calanthes sp. & kadang-kadang menyerang Dendrobium sp.
2) Gejala Serangan :
Larva membuat lubang pada daun, akar, kuntum bunga & bunga. Serangga dewasa juga bisa memakan daun.
3) Biologi :
Kumbang berwarna hijau kekuningan. Tubuhnya diselubungi busa berwarna hijau tua. Larvanya membuat lubang pada daun, akar, kuntum bunga & bunganya. Kumbang mempunyai tipe criocerin sepanjang punggung & pronotum sempit. Serangga dr famili ni berasosiasi dgnrumput-rumputan & monokotiledon lain. Larva semula berwarna abu-abu, dgnmeningkatnya umur, akan berubah menjadi kuning. Tubuh larva senantiasa tertutup olh kotorannya sendiri. Telur diletakkan terpisah-pisah pada bunga & petiola. Telur berwarna kuning kehijauan dgnpanjang 1,25 mm. Larva baru menetas membawa kulit telur di punggungnya. Daur hidup mencapai 30 hari.
f. Kutu Perisai Parlatoria proteus Curt.
Ordo : Hemiptera
Famili : Diaspididae
1) Tanaman Inang :
Kutu ibi tersebar luas & terutama dijumpai pada tanaman anggrek Dendrobium sp., Renanthera sp., Vanda sp. & jenis-jenis anggrek tanah, & palem.
2) Gejala Serangan :
Tanaman terserang berwarna kuning merana, kadang-kadang daun berguguran.
3) Biologi :
Kutu mempunyai perisai berwarna coklat merah berukuran + 1,5 mm, kutu dewasa berwarna gelap berbentuk bulat, pipih, melekat pada bagian tanaman terserang. Telurnya diletakkan di bawah perisai/tempurung, hingga tak terlihat dr atas. Larva tak bertungkai, berbentuk bulat. Kutu dewasa betina tak bersayap sedangkan jantan bersayap.
g. Pengorok Daun Gonophora xanthomela ( = Agonita spathoglottis)
Ordo : Coleoptera
Famili : Chrysomelidae
1) Tanaman Inang :
Hama ni menyerang jenis-jenis anggrek Phalaenopsis amabilis, Vanda tricolor, V. coerulea, Arundina sp. & Aspathoglottis sp.
2) Gejala Serangan
Larva mengorok bagian dalam daun & meninggalkan bagian epidermis hingga daun tampak transparan. Serangan berat terjadi pada musim hujan.
3) Biologi :
Kumbang berukuran 6 mm, terbisa tanda hitam & oranye. Telur diletakkan pada permukaan bawah daun & ditutupi kotoran.
h. Ulat Bunga Chliaria othona
Ordo : Lepidoptera
Famili : Lycaenidae
1) Tanaman Inang :
Ulat ni menyerang jenis-jenis anggrek Dendrobium sp., Phalaenopsis sp., Arundina sp., Phajus sp.
2) Gejala Serangan :
Ulat memakan bunga atau pucuk anggrek. Setelah menetas dr telur segera masuk & merusak ke dalam pucuk sampai ke bunga.
3) Biologi :
Ulat berbentuk pipih. Larva baru menetas dr telur masuk ke dalam pucuk sampai bunga. Stadia pupa terjadi di daun & umbi-umbian dalam lapisan anyaman & pupa berbalut lapisan sutera.
i. Pemakan Daun Negeta chlorocrota Hps.
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
1) Tanaman Inang :
Kerusakan paling banyak pada Dendrobium sp., & Arachnis sp.. & serangga juga dijumpai pada Phalaenopsis sp. & aneka anggrek liar.
2) Gejala Serangan :
Larva memakan daun muda & meninggalkan potongan-potongan daun putih & transparan. Kerusakan disebabkan olh instar selanjutnya pada daun lebih tua. Pucuk-pucuk muda juga diserang. Pada populasi tinggi larva menggerogoti daun, potongan oval dr daun tertinggal di atas & digunakan untuk membentuk tempat pupa.
3) Biologi :
Ulat adalah semi penggulung daun anggrek. Ulat instar lanjut berwarna hijau pudar dgngaris gelap membujur & empat tanda di punggung. Seta (bulu) panjang tumbuh dr kecil & hitam. Panang larva + 35 mm. Ngengat muda tak terbang sangat jauh. Telur berduri & dijumpai di daun, pucuk & bunga. Di Bogor siklus hidup mencapai 38 hari.
j. Kutu Putih Pseudococcus sp.
Ordo : Hemiptera
Famili : Pseudococcidae
1) Tanaman Inang :
Hama ni tersebar luas & adalah hama penting pada tanaman buah-buahan & tanaman hias.
2) Gejala Serangan :
Pada Dendrobium sp., kutu menyerang ujung akar, bagian daun sebelah bawah & batang. Bagian tanaman terserang akan berwarna kuning & akhirnya mati karena hama ni mengisap cairan sel.
Pada Phalaenopsis sp., kutu menyerang ketiak daun di sekitar titik tumbuhnya, hingga menyebabkan tanaman mati.
3) Biologi :
Seluruh tubuh tertutup olh lilin termasuk tonjolan pendek terbisa pada tubuhnya. Kutu berwarna coklat kemerahan, panjang 2 mm, & memproduksi embun madu hingga menarik bagi semut untuk berkumpul. Kutu memperbanyak diri melalui atau tanpa perkawinan (partenogenesis). Perkembangan satu generasi memerlukan waktu selama 36 hari.
k. Siput Setengah Telanjang (Slug) Parmarion pupillaris
Phyllum : Mollusca
1) Tanaman Inang :
Bersifat polifag, selain menyerang anggrek juga pada kol, sawi, tomat, kentang, tembakau, karet & ubi jalar.
2) Gejala Serangan :
Siput memakan daun & membuat lubang-lubang tak beraturan. Seringkali ditandai dgnadanya bekas lendir sedikit mengkilat & kotoran. Akar & tunas anakan juga diserang. Seringkali merusak pesemaian atau tanaman baru saja tumbuh. Siput juga makan bahan organik telah membusuk atauun tanaman masih hidup.
3) Biologi :
Siput tak memiliki cangkok, berukuran panjang 5 cm, berwarna coklat kekuningan atau coklat keabuan. Rumah pada punggungnya kerdil & sedikit menonjol. Siput tak beruas, badannya lunak, bolh mengeluarkan lendir, berkembang biak secara hermaprodit namun sering juga terliha mereka mengadakan perkawinan dgnsesama. Siput menyukai kelembaban. Telur diletakkan pada tempat-tempat lembab. Siput biasanya pada waktu siang hari bersembunyi di tempat teduh & aktif mencari makan pada malam hari. Alat untuk makan berbentuk seperti lidah kasar seperti parut disebut radula.
l. Siput Telanjang Vaginula bleekeri atau Filicaulis bleekeri
Phyllum : Mollusca
1) Tanaman Inang :
Selain menyerang anggrek, juga merusak pesemaian sayuran seperti kol, sawi, tomat & tembakau.
2) Gejala Serangan :
Gejala serangan mirip Parmarion. Siput menyerang tanaman pada waktu malam hari. Bagian tanaman diserang ; daun & pucuk-pucuknya.
3) Biologi :
Bentuk siput seperti lintah, berwarna coklat keabuan, pada punggungnya terbisa bercak-bercak coklat tua tak teratur & ada sepasang garis memanang, panjang tubuh + 5 cm.
m. Bekicot Achatina fulica atau A. variegata
Phyllum : Mollusca
1) Tanaman Inang :
Bekicot selain merusak tanaman anggrek, juga tanaman bunga bakung, bunga dahlia, pepaya, tomat.
2) Gejala Serangan :
Bekicot banyak merusak seluruh bagian tanaman dgnmemakan daun & bagian tanaman lain. Selain seperti itujuga makan tanaman telah mati.
3) Biologi :
Bekicot mempunyai cangkok (rumah), dgnukuran panjang + 10-13 cm. Pada waktu siang hari bekicot ni sering istirahat pada batang pepaya, pisang & dinding rumah. Pada waktu malam hari mencari makanan. Siang hari mencari tempat perlindungan di lubang tanah, kaleng atau bambu. Bila diganggu mereka akan menarik kepalanya ke dalam rumahnya. Kadang-kadang bisa mengeluarkan suara. Pada waktu musim kemarau panjang & udara panas, kepala & seluruh ba& dimasukkan dalam rumah & lubangnya ditutup dgnsuatu lapisan membran tebal hingga ia bisa bertahan hidup selama musim kemarau + 6 bulan. Bila musim hujan tiba dalam beberapa jam mereka bisa segera mengakhiri masa istirahatnya & mulai mencari makanan. Bekicot baru saja menetas bolh tahan tak makan selama 1 bulan. Bekicot besar bolh tahan terendam air tawar selama 12 jam, tetapi kalau air mengandung garam bekicot akan mati dgnpelan-pelan. Telurnya berwarna kuning dgndiameter + 5 mm, biasanya terbisa dalam kelompok telur jumlahnya 100-500 butir gumpalan telur diameternya bolh sampai + 5 cm. Biasanya terletak di bawah batu, tanaman atau dalam tanah gembur. Telur ni akan menetas dalam 10-14 hari.
n. Tungau Jingga Anggrek Pseudoleptus vandergooti (Oud)
Ordo : Acarina
Famili : Tertranychidae
1) Tanaman Inang :
Anggrek Dendrobium sp. sangat peka terhadap serangan tungau jingga.
2) Gejala Serangan :
Serangan hama ni mengakibatkan daun & jaringan batang berubah warna.
3) Biologi :
Tungau berukuran 0,3 mm, hidup berkoloni pada daun-daun mati.
o. Thrips Anggrek Dichromothrips (= Eugniothrips) smithi (Zimm)
Ordo : Thysanoptera
Sub Ordo : Terebrantia
1) Tanaman Inang :
Thrips anggrek dr P. Jawa ditemukan pula di Taiwan. Thrips mengakibatkan kerusakan serius pada pembibitan anggrek Arachnis sp., Cattleya sp., Dendrobium sp., Renanthera sp., & Vanda sp.
2) Gejala Serangan :
Serangan hama ni mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat, bunga berguguran, daun berubah bentuk & berwarna keperakan. Pada musim kemarau serangan thrips bisa mengakibatkan penurunan produksi bunga.
3) Biologi :
Hama ni sangat kecil, & berwarna abu-abu, ada juga berwarna kecoklatan. Panjangnya kira-kira 1-1½ mm. Trips mempunyai tiga pasang kaki, & berba& ramping.
p. Kepik Anggrek Mertila malayensis Dist.
Ordo : Hemiptera
Famili : Miridae
1) Tanaman Inang :
Kepik ni memiliki daerah penyebaran meliputi wilayah Asia Selatan & Timur. Kepik bisa ditemukan pada anggrek Phalaenopsis sp., Bulbophyllum sp., Renanthera sp., Vanda sp.
2) Gejala Serangan :
Serangan kepik menimbulkan gejala bintik-bintik putih kuning pada permukaan atas & bawah daun anggrek. Kadang-kadang titik-titik tersebut sangat rapat hingga adalah bercak putih. Tanaman terserang lama-lama menjadi gundul.
3) Biologi :
Kepik berwarna merah kehitaman. Telur diletakkan di daun, & nimfa baru menetas berwarna merah mirip dgntungau. Serangga biasanya hidup berkelompok, jika diganggu maka akan melarikan diri dgncepat. Di Salatiga siklus hidup sekitar 4 minggu, & serangga dewasa bisa hidup selama 2 bulan.
q. Kutu Daun Anggrek Cerataphis oxhidiarum (West)
Ordo : Homoptera
Famili : Aphidoidea
1) Tanaman Inang :
Kutu ni tersebar luas & terutama dijumpai pada tanaman anggrek Dendrobium sp., Renanthera sp., Vanda sp. & jenis-jenis anggrek tanah.
2) Gejala Serangan :
Kutu daun menempel pada daun, & menyebabkan daun terserang berubah menjadi kuning, kemudian coklat, akhirnya mati.
3) Biologi :
Spesies kutu daun ni berwarna coklat gelap sampai hitam. Pada waktu masih muda, serangga berwarna hijau. Penyebaran meliputi di daerah tropis.
r. Kutu Tempurung Aspidiotus sp.
Ordo : Homoptera
Famili : Diaspididae
1) Tanaman Inang :
Di daerah Bogor kutu tempurung ditemukan pada anggrek Renanthera sp. & Vanda sp., kelapa, kelapa sawit, pisang, mangga, alpukat, jambu biji, kakao, karet, keluwih, jahe & the.
2) Gejala Serangan :
Serangga ni mengisap cairan daun di bagian permukaan bawah hingga meninggalkan bercak-bercak & menyebabkan daun berwarna kuning kecoklatan. Kutu mengisap cairan daun, hingga makin lama cairan daun habis & jaringan di sekelilingnya terjadi nekrosis. Pada serangan berat seluruh daun menjadi kering & kemudian rontok.
3) Biologi :
Serangga dewasa berwarna merah coklat gelap berukuran panjang 1,5 mm. Kutu betina bisa menghasilkan telur 20-30 butir. Telur diletakkan di dalam perisai di bawah badannya. Nimfa baru menetas akan ke luar dr perisai, berkelompok di permukaan bawah daun. Periode telur sampai dewasa mencapai 1,5-2 bulan. Aktivitas puncak terjadi pada musim kering.
s. Siput Kecil Lamellaxis (= Opeas) gracilis (Hutt.) & Subulina octona Brug.
Phyllum : Mollusca
1) Tanaman Inang :
Di daerah Deli (Sumatera) sering ditemukan pada bedgnpembibitan tembakau, & di daerah lain di Indonesia ditemukan menyerang sayuran di rumah kaca.
2) Gejala Serangan :
Siput ni tinggal pada tanaman anggrek di antara media tumbuh dalam pot & menyerang bagian akar. Malam hari siput naik ke permukaan pot & menyerang bagian daun. Serangan berat terjadi pada musim hujan.
3) Biologi :
Tempurung hama panjangnya 11 mm & berwarna kuning terang. Kedua spesies hama ni di alam sering bercampur.
2. Penyakit
a. Busuk Hitam Phytopthora spp.
1) Tanaman Inang :
Penyakit ni terutama dijumpai pada anggrek Cattleya sp., Phalaenopsis sp., Dendrobium sp., Epidendrum sp. & Oncidium sp.
2) Gejala Serangan :
Infeksinya tampak dgnadanya noda-noda hitam menjalar dr bagian tengah tanaman hingga ke daun. Dalam waktu relatif singkat seluruh daun sudah berjatuhan. Cendawan ni menyerang pucuk tanaman & titik tumbuh. Bagian pangkal pucuk daun terlihat basah & bila ditarik mudah terlepas. Bila menyerang titik tumbuh, pertumbuhan akan terhenti. Penyebaran penyakit ni sangat cepat bila keadaan lingkungan lembab.
Pada Cattleya penyakit bisa timbul pada daun, umbi semu, akar rimpang & kuncup bunga. Penyakit ni juga bisa timbul pada pesemaian sebagai penyakit busuk rebah. Pada daun terjadi bercak besar, berwarna ungu tua, coklat keunguan, atau hitam. Bercak dikelilingi halo kekuningan. Dr daun penyakit berkembang ke umbi semu, akar rimpang, bahkan mungkin ke seluruh tanaman. Jika penyakit mula-mula timbul pada umbi semu, maka umbi ni akan menjadi hitam ungu, & semua terletak di atasnya akan layu. Seringkali daun menjadi rapuh dgngoan sedikit saja daun akan terlepas sedikit di atas umbi semu. Infeksi terjadi pada permukaan tanah bisa menyebabkan busuk kaki.
Pada Vanda, mula-mula pada pangkal daun terjadi bercak hitam kecoklatan tak teratur, dgncepat meluas ke seluruh permukaan daun & pada daun-daun sekitarnya. Pada umumnya penyakit timbul di daerah pucuk tanaman. Pada bagian ni daun-daun berwarna hitam coklat kebasah-basahan & mudah sekali gugur. Kadang-kadang penyakit juga timbul pada batang & daerah perakaran.
3) Morfologi/Epidemiologi :
Cendawan membentuk sporangium, mudah terlepas, bulat telur atau jorong, pangkalnya membulat, mempunyai tangkai pendek & hialin. Spora Phytophthora bisa dipencarkan olh angin, & percikan air.
Akar rimpang bisa bisa terinfeksi karena patogen terbawa olh pisau dipakai untuk memotong (memisahkan tanaman). Penyakit juga berkembang olh kelembaban tinggi, karena air membantu pembentukan, pemencaran, & perkecambahan spora.
b. Antraknosa. Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc. (Stadium Sempurna : Glomerella cingulata)
1) Tanaman Inang :
Penyakit ni dijumpai pada anggrek jenis Dendrobium sp., Arachnis sp., Ascocendo sp., Phalaenopsis sp., Vanda sp. & Oncidium sp.
2) Gejala Serangan :
Pada daun atau umbi semu mula-mula timbul bercak bulat, mengendap, berwarna kuning atau hijau muda. Akhirnya bercak menjadi coklat & mempunyai bintik-bintik hitam terdiri dr tubuh buah (aservulus) cendawan. Pada umumnya bintik-bintik ni teratur pada lingkaran-lingkaran terpusat. Dalam keadaan lembab tubuh buah mengeluarkan massa spora (konidium) berwarna merah jambu atau jingga. Daun terserang akan gugur akhirnya umbi akan gundul.
Pada bunga, penyakit menyebabkan terjadinya bercak-bercak coklat kecil bisa membesar & bersatu hingga bisa meliputi seluruh bunga.
Cendawan bisa mempertahankan diri dgnhidup secara saprofitik pada sisa tanaman sakit. Pada cuaca menguntungkan (lembab), cendawan membentuk konidium apabila terbentuk dalam massa lekat, konidium dipencarkan olh percikan air hujan/air siraman, mungkin juga olh serangga.
Cendawan ; parasit lemah, hanya bisa mengadakan infeksi pada tanaman keadaannya lemah, terutama melalui luka-luka, termasuk luka karena terbakar matahari. Terjadinya penyakit juga dibantu olh pemberian pupuk nitrogen terlalu banyak.
3) Morfologi/Epidemiologi :
C. gloeosporioides berbentuk aservulus pada bagian mati (nekrosis) berbatas tegas, biasanya berseta, kadang-kadang berseta sangat jarang atau tak sama sekali. Aservulus berbentuk bulat, memanjang atau tak teratur, garis tengahnya bisa mencapai 500 µm. Seta mempunyai panjang bervariasi, jarang lebih dr 200 µm, dgnlebar 4-8 µm, bersekat 1-4, berwarna coklat, pangkalnya agak membengkak, mengecil ke ujung, pada ujungnya kadang-kadang berbentuk konidium. Konidium berbentuk tabung, ujungnya tumpul, pangkalnya sempit terpancung, hialin, tak bersekat, berinti 1,9-24 x 3,6 µm. Konidiofor berbentuk tabung, tak bersekat, hialin atau coklat pucat.
C. gloeosporioides tersebar luas, sebagai parasit lemah pada bermacam-macam tumbuhan inang, bahkan ada hanya hidup sebagai saprofit. Cendawan bisa mempertahankan diri dgnhidup secara saprofitis pada bermacam-macam sisa tanaman sakit. Pada cuaca menguntungkan jamur membentuk konidium. Karena terbentuk dalam massa lekat, konidium dipencarkan olh percikan air, & mungkin olh serangga. Pembentukan konidium dibentuk olh cuaca lembab, sedang pemencaran konidium dibantu olh percikan air hujan maupun siraman.
c. Layu Sklerotium rolfsii Sacc. (Stadium Sempurna : Corticium rolfsii Curzi)
1) Tanaman Inang :
Selain menyerang anggrek, penyakit ni diketahui menyerang pada tanaman pertanian lainnya. Pada anggrek terutama menyerang jenis-jenis terestrial, seperti Vanda sp., Arachnis sp. & sebagainya.
2) Gejala Serangan :
Tanaman terserang menguning & layu. Infeksi terjadi pada bagian-bagian dekat dgntanah. Bagian ni membusuk, & pada permukaannya terbisa miselium cendawan berwarna putih, teratur seperti bulu. Miselium ni membentuk sklerotium, semula berwarna putih, kelak berkembang menjadi butir-butir berwarna coklat mirip dgnbiji sawi.
Pada Phalaenopsis penyakit menyebabkan busuk akar & pangkal daun. Jaringan menjadi berwarna kuning krem, berair, segera berubah menjadi coklat lunak karena adanya bakteri & cendawan tanah.
Sklerotium bentuknya hampir bulat dgnpangkal agak datar, mempunyai kulit luar, kulit dalam & teras.
Di daerah tropis S. rolfsii tak membentuk spora. Cendawan bisa bertahan lama dgnhidup secara saprofitik, & dalam bentuk sklerotium tahan terhadap keadaan kurang baik.
S. rolfsii umumnya terbisa dalam tanah. Cendawan terutama terpencar bersama-sama dgntanah atau bahan organik pembawanya. Sklerotium bisa terpencar karena terbawa olh air mengalir.
S. rolfsii terutama berkembang dalam cuaca lembab. Cendawan bisa menginfeksi tanaman anggrek melalui luka ataupun tidak, bila melalui luka infeksi akan berlangsung lebih cepat. Di Indonesia Oncidium sp. & Phalaenopsis sp. sangat rentan terhadap S. rolfsii, Cattleya sp. agak tahan, sedangkan Dendrobium sp. sangat tahan.
3) Morfologi/Epidemiologi :
S. rolfsii ; cendawan kosmopolit, bisa menyerang bermacam-macam tumbuhan, terutama masih muda. Cendawan seperti itumempunyai miselium terdiri dr benang-benang berwarna putih, tersusun seperti bulu atau kipas. Cendawan tak membentuk spora. Untuk pemencaran & mempertahankan diri cendawan membentuk sejumlah sklerotium semula berwarna putih kelak menjadi coklat dgngaris tengah kurang lebih 1 mm. Butir-butir ni mudah sekali terlepas & terangkut olh air.
Sklerotium mempunyai kulit kuat hingga tahan terhadap suhu tinggi & kekeringan. Di dalam tanah sklerotium bisa bertahan selama 6-7 tahun. Dalam cuaca kering sklerotium akan mengeriput, tetapi justru akan berkecambah dgncepat jika kembali berada dalam lingkungan lembab.
d. Layu Fusarium oxysporum
1) Tanaman Inang :
Penyakit layu Fusarium bisa dijumpai pada anggrek jenis Cattleya sp., Dendrobium sp. & Oncidium sp. Selain seperti itujuga menyerang kubis, caisin, petsai, cabai, pepaya, krisan, kelapa sawit, lada, kentang, pisang & jahe.
2) Gejala serangan :
Patogen menginfeksi tanaman melalui akar atau masuk melalui luka pada akar rimpang baru saja dipotong, menyebabkan batang & daun berkerut. Bagian atas tanah tampak merana seperti kekurangan air, menguning, dgndaun-daun keriput, umbi semu menjadi kurus, kadang-kadang agak terpilin. Perakaran busuk, pembusukan pada akar bisa meluas ke atas, sampai ke pangkal batang.
Jika akar rimpang dipotong akan tampak bahwa epidermis & hipodermis berwarna ungu, sedang phloem & xylem berwarna ungu merah jambu muda. Akhirnya seluruh akar rimpang menjadi berwarna ungu.
3) Epidemiologi :
Patogen bisa bertahan secara alami di dalam media tumbuh & pada akar-akar tanaman sakit. Apabila terbisa tanaman peka, melalui akar luka bisa segera menimbukan infeksi. Penyakit ni mudah menular melalui benih, & alat pertanian dipakai.
e. Bercak Daun Cercospora spp.
1) Tanaman inang :
Semua jenis anggrek terserang olh penyakit ini, terutama ditanam di tempat terbuka, seperti Vanda sp., Arachnis sp., Aranda sp., Aeridachnis sp. & sebagainya.
2) Gejala serangan :
Penyakit timbul hanya apabila keadaan lingkungan lembab. Mula-mula pada sisi bawah daun masih muda timbul bercak kecil berwarna coklat. Bercak-bercak bisa berkembang melebar & memanjang, & bisa bersatu membentuk bercak besar. Pada pusat bercak berwarna coklat keputihan, cendawan membentuk kumpulan-kumpulan konidiofor dgnkonidium, bila dilihat dgnkaca pembesar (loupe) tampak seperti bintik-bintik hitam kelabu. Pusat bercak akhirnya mengering & bisa menjadi berlubang. Gejala ni lebih banyak terbisa pada daun-daun tua.
3) Morfologi/Epidemiologi :
Konidium cendawan ni berbentuk gada panjang bersekat 3-12. Konidiofor pendek, bersekat 1-3, cendawan bisa terbawa olh benih & bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama satu musim. Cuaca panas & basah membantu perkembangan penyakit. Penyakit bisa timbul pada tanaman muda, meskipun cenderung lebih banyak pada tanaman tua.
f. Bercak Coklat Ralstonia (Pseudomonas) cattleyae (Pav.) Savul
1) Tanaman Inang :
Penyakit terutama menyerang Phalaenopsis sp. & Catleya sp.
2) Gejala serangan :
Penyakit ni terutama merugikan Phalaenopsis sp. Bagian tanaman terserang yaseperti itudaun & titik tumbuh. Penyakit sangat cepat menjalar, & pada daun terserang terjadi bercak lunak, kebasah-basahan & berwarna kecoklatan atau hitam. Penyakit meluas dgncepat. Jika penyakit mencapai titik tumbuh, tanaman akan mati. Bagian sakit mengeluarkan lendir (eksudat), bisa menularkan penyakit ke tanaman lain, melalui penyiraman.
Pada daun Cattleya sp. penyakit tampak sebagai bercak-bercak mengendap, hitam & kebasah-basahan. Pada umumnya penyakit hanya terbatas pada satu atau dua daun, & tak mematikan tanaman.
3) Epidemiologi :
Massa bakteri sering muncul di permukaan jaringan tanaman sakit. Penyakit ni berkembang pada kondisi lingkungan basah & suhu tinggi. Penyakit bisa menular melalui alat-alat pertanian, air, media tumbuh & benih terinfeksi.
g. Busuk Lunak Erwinia spp.
1) Tanaman Inang :
Penyakit ni bisa menyerang semua jenis anggrek bahkan tanaman lain lunak jaringannya.
2) Gejala Serangan :
Penyakit ni menyerang tanaman anakan dalam kompot. Daun-daun anakan terlihat berair & warna daun berubah kecoklatan. Pada pseudobulb atau bagian lunak lainnya terjadi pembusukan disertai bau tak enak. Bakteri ni menimbulkan pembusukan pada jaringan lunak & pada jaringan bekas digigit serangga.
3) Morfologi/Epidemiologi :
Sel bakteri berbentuk batang, tak mempunyai kapsul, & tak berspora. Bakteri bergerak dgnmenggunakan flagela terbisa di sekeliling sel bakteri.
Bakteri patogen mudah terbawa olh serangga, air, media tumbuh & sisa tanaman terinfeksi, serta alat-alat pertanian. Suhu optimal untuk perkembangan bakteri ; 27 C. Pada kondisi suhu rendah & kelembaban rendah bakteri terhambat pertumbuhannya.
h. Rebah Bibit Pythium ultinum, Phytohpthora cactorum & Rhizoctonia solani.
1) Tanaman Inang :
Penyakit ni dijumpai pada tanaman muda dalam kompot pada anggrek jenis Cymbidium sp., Dendrobium sp., Oncidium sp. & sebagainya.
2) Gejala Serangan :
Pada tanaman muda ditandai dgngejala damping off, yaseperti itutanaman mati & roboh. Bagian pangkal tanaman membusuk, hingga tak kuat berdiri tegak. Penyakit berkembang ke atas ke bagian-bagian lunak lainnya.
3) Epidemiologi :
Patogen tersebut terpencar malalui air. R. solani bertahan lama di dalam tanah (media tumbuh).
i. Bercak Daun Pestalotia sp.
1) Tanaman Inang :
Penyakit ni dijumpai pada anggrek jenis Vanda sp., Arachnis sp., Dendrobium sp. & Oncidium sp.
2) Gejala Serangan
Pada daun-daun tua dijumpai bercak dgntitik-titik hitam di bagian tengahnya. Mula-mula bercak berwarna kuning agak coklat.
3) Epidemiologi :
Patogen memencar dgnspora terjadi apabila ada perubahan mendadak dr keadaan basah kemudian kering & disertai angin.
j. Bercak Botryodiplodia sp.
1) Tanaman Inang :
Penyakit ni dijumpai pada anggrek jenis Vanda sp. & Arachnis sp.
2) Gejala Serangan :
Pada anggrek Vanda sp. penyakit ditandai dgnbercak memanjang berwarna coklat sampai hitam. Gejala terjadi baik di daun maupun batangnya. Bercak tak terbatas pada bagian-bagian tua saja tetapi mudapun terserang.
3) Epidemiologi :
Penyakit memencar dgnsporanya berada di dalam ba& buahnya. Spora memencar bila terjadi perubahan cuaca mendadak dr basah ke kering.
k. Bercak Bunga Botrytis cenerea
1) Tanaman Inang :
Penyakit ni terutama menyerang bunga pada anggrek jenis Phalaenopsis sp. & Cattleya sp..
2) Gejala Serangan :
Pada mahkota bunga mula-mula terbisa bintik-bintik hitam. Bila penyakit telah berkembang lebih lanjut dgnbintik sangat banyak, bunga akan busuk & menghitam.
3) Epidemiologi :
Penyakit ni berkembang bila kelembaban sangat tinggi. Pemencaran penyakit dilakukan dgnsporanya sangat mudah diterbangkan angin.
l. Karat Uredo sp.
1) Tanaman Inang :
Penyakit karat dijumpai pada Oncidium sp. & jenis-jenis lainnya.
2) Gejala Serangan :
Pada permukaan daun terbisa pustul berwarna kuning. Setiap pustul dikelilingi olh jaringan daun klorotik. Serangan hebat menyebabkan daun mengering.
3) Epidemiologi :
Spora patogen mudah melekat pada kaki serangga & olh tiupan angin. Kondisi lingkungan lembab sangat membantu perkembangan penyakit.
m. Virus Mosaik Cymbidium (Cymbidium mosaic virus= CyMV)
Virus mosaik cymbidium dikenal juga dgnnama “Cymbidium black streak virus” atau “Orchid mosaic virus”.
1) Tanaman Inang :
Virus ni dijumpai pada 8 genera, yaseperti ituAranthera sp., Calanthe sp., Cattleya sp.,Cymbidium sp., Gromatophyllum sp., Phalaenopsis sp., Oncidium sp., & Vanda sp.
2) Gejala Serangan :
Pada Cymbidium sp. gejala mosaik akan tampak lebih jelas pada daun-daun muda berupa garis-garis klorotik memanjang searah serat daun. Bunga pada tanaman Cattleya sp. terinfeksi biasanya memperlihatkan gejala bercak-bercak coklat nekrosis pada petal & sepalnya. Bunga biasanya berukuran lebih kecil & mudah rontok dibandingkan dgnbunga tanaman sehat.
3) Morfologi/Epidemiologi :
Partikel CyMV berbentuk filamen memanjang berukuran 13 x 475 nm. Virus ni menular secara mekanik melalui cairan atau ekstrak bagian tanaman sakit, tetapi tak menular melalui biji ataupun serangga vektor.
n. Virus Mosaik Tembakau Strain Orchid (Tobacco Mosaic Virus-Orchid = TMV-O)
Virus ni dikenal juga dgnnama virus bercak bercincin odontoglossum (odontoglossum ringspot virus = ORSV).
i. Tanaman Inang :
Jenis-jenis anggrek lain bisa terserang virus ni mencakup Dendrobium sp., Epidendrum sp., Vanda sp., Cattleya sp., Oncidium sp. Cymbidium sp. & Phalaenopsis sp.
ii. Gejala Serangan :
Pada beberapa jenis anggrek seperti Cattleya sp., gejala infeksi virus ni bervariasi, yaseperti ituberupa garis-garis klorotik, bercak-bercak klorotik sampai nekrotik atau bercak-bercak berbentuk cincin. Pada Oncidium sp. bercak-bercak nekrotik berwarna hitam tampak nyata pada permukaan bawah daun. Di lapang persentase tanaman anggrek Oncidium sp. terinfeksi virus ni bisa mencapai 100 %. Gejala pada bunga, misalnya pada anggrek Cattleya sp., berupa mosaik pada sepal & petal. Bagian tepi bagian bunga ni biasanya bergelombang.
iii. Morfologi/Epidemiologi :
Partikel virus berbentuk batang berukuran 18 x 300 nm. TMV-O mudah ditularkan secara mekanik melalui ekstrak bagian tanaman sakit, tetapi tak menular melalui serangga vektor ataupun biji.
3. Pengendalian OPT Anggrek
a. Fisik
Media tumbuh disucihamakan dgnuap air panas agar tanaman bebas dr OPT bisa ditularkan melalui media tumbuh. Untuk menghindr penularan virus, usaha sanitasi harus dilakukan meliputi sterilisasi alat-alat potong. Setelah dicuci bersih alat-alat potong dipanaskan dalam oven pada suhu 149 C selama 1 jam.
b. Mekanis
Pengendalian secara mekanis dilakukan bilamana serangga hama dijumpai dalam jumlah terbatas. Misalnya pada pagi & sore hari kumbang gajah bisa dijepit dgnjari tangan & dimatikan. Demikian pula kutu tempurung pada daun anggrek bisa didorong dgnkuku, tetapi harus dilakukan secara hati-hati lalu dimatikan. Keong besar atau kecil dgnmudah bisa ditangkap pada malam hari & dimusnahkan. Dgnmembersihkan sampah & gulma, maka keong tak mempunyai kesempatan untuk bersarang & bersembunyi.
Pengendalian secara mekanis juga dilakukan pada bagian tanaman menunjukkan gejala serangan penyakit, yaseperti itudgnmemotong & memusnahkan bagian tanaman terserang.
c. Kultur Teknis
Pemeliharaan tanaman baik bisa meningkatkan kesehatan tanaman, hingga tanaman bisa tumbuh lebih subur. Penyiraman, pemupukan & penambahan atau penggantian media tumbuh bisa meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tak langsung pemeliharaan berkelanjutan bisa memantau keadaan tanaman dr serangan OPT secara dini.
Penyiraman dilakukan apabila diperlukan & dilakukan pagi hari hingga siang harinya sudah cukup kering. Pelihara tanaman dr serangan atau kehadiran serangga bisa menjadi pembawa atau pemindah penyakit. Udara dalam pertanaman sebaiknya dijaga agar tak terlalu lembab, hingga penyakit tak mudah berkembang.
Tanaman baru atau diketahui menderita penyakit diisolasi selama 2-3 bulan, sampai diketahui bahwa tanaman tersebut betul-betul sehat. Tanaman akan diCara Budidayakan sebaiknya juga berasal dr induk telah diketahui bebas penyakit.
d. Kimiawi
Untuk pengendalian OPT anggrek bisa dipilih jenis pestisida tepat sesuai dgnorganisme pengganggu tumbuhan akan dikendalikan. Formulasi pestisida bisa berupa cairan (emulsi), tepung (dust) pasta ataupun granula. Konsentrasi & dosis penggunaan biasanya dicantumkan pada tiap kemasan. Jenis-jenis pestisida bisa digunakan untuk mengendalikan OPT pada tanaman anggrek tercantum dalam Lampiran 1. Sebagai pencegahan, pot atau wadah lainnya, alat-alat seperti pisau & gunting stek, sebaiknya setiap kali memakai alat-alat tersebut, disucihamakan dgnformalin 2 % atau desinfektan lainnya.
e. Hayati
Dilakukan dgnmenggunakan :
• Predator tungau : Phytoseiulus persimilis Athias Heniot & Typhodiromus sp. (Phytoseiidae)
• Predator kutu daun : kumbang koksi (Coccinelidae), lalat Syrpidae, & laba-laba Lycosa sp.
• Predator kutu putih : Scymnus apiciflavus.
• Predator bekicot Achatina fulica : Gonaxis sp., Euglandina sp., Lamprophorus sp., & bakteri Aeromonas liquefacicus.
• Parasitoid Thrips : Famili Eulophidae
• Parasitoid kutu daun : Aphidius sp. & Encarsia sp.
• Parasitoid pengorok daun Gonophora xanthomela : Achrysocharis promecothecae (Eulophidae).
• Pemanfaatan agens antagonis Trichoderma sp., Gliocladium sp. & Pseudomonas fluorescens untuk penyakit layu Fusarium sp. & Ralstonia (Pseudomonas ) solanacearum.
Cara Budidaya Tanaman Anggrek
F. PANEN & PASCA PANEN
Keistimewaan tanaman anggrek terletak pada penampilannya saat konsumsi, hingga usaha untuk mempertahankan mutu penampilan selama mungkin menjadi tujuan utama penanganan pasca panen & pasca produksi. Untuk melaksanakan upaya tersebut perlu dipahami berbagai faktor bisa mempengaruhi mutu pasca panen atau pasca produksi tanaman anggrek. Faktor mempengaruhi mutu pasca panen anggrek bunga potong ; tingkat ketuaan bunga, suhu, pasokan air & makanan, etilen & kerusakan mekanis & penyakit. Sedangkan mempengaruhi anggrek pot antara lain kultivar, stadia pertumbuhan, cahaya, medium, pemupukan, temperatur & lama pengangkutan.
1. Bunga Anggrek Potong
a. Ketuaan Bunga
Selama ni bunga anggrek dipanen setelah 75%-80% bunga telah mekar terutama pada anggrek Dendrobium sp. Adakalanya pada jenis anggrek tertentu, seperti Cattleya sp., bunga dipanen 3 sampai 4 hari setelah mekar, karena bunga dipotong prematur akan gagal untuk mekar. Saat pemanenan perlu diperhatikan penularan penyakit virus dr satu pohon ke pohon lain. Sebaiknya alat pemotong hendaknya disterilkan lebih dulu sebelum digunakan lagi pada pohon berikutnya.
b. Temperatur
Bunga potong Cymbidium sp. & Paphiopedilum sp. bisa bertahan selama 3 minggu pada temperatur 330–350 F (10 C) & 6 sampai 7 minggu bila tetap di pohon. Jenis Cymbidium sp., Cattleya sp., Vanda sp., Paphiopedilum sp. & Phalaenopsis sp. umumnya bolh bertahan sampai 2 minggu kalau disimpan pada suhu 5–70 C, sedangkan Dendrobium sp. potong cukup disimpan pada temperatur 10–130 C.
c. Pasokan Air & Hara
Bunga anggrek potong peka terhadap kekeringan. Air hilang setelah bunga dipanen harus segera diimbangi dgnlarutan perendam mengandung air & senyawa lain diperlukan. Penggunaan berbagai senyawa kimia pengawet dilarutkan dalam air dianjurkan untuk memperpanjang kesegaran bunga potong.
d. Etilen & Kerusakan Mekanis
Usahakan untuk menjauhkan bunga anggrek potong dr sumber/tempat kebocoran gas, asap, pemeraman buah & kumpulan bunga sudah rusak & layu. Ruangan untuk penanganan pasca panen (sortasi/grading & pengemasan) hendaknya berventilasi baik. Kepekaan terhadap gas etilen bisa dikurangi dgnpemberian suhu dingin, baik setelah panen maupun setelah pengiriman. Bunga potong harus segera dikeluarkan dr wadah pengemasnya & diletakkan pada ruangan dingin bersuhu cocok untuk bunga anggrek.
e. Penyakit
Bunga anggrek potong peka terhadap penyakit, tak saja karena berpetal agak rapuh, tetapi juga terdapatnya cairan madu bergizi sangat baik untuk pertumbuhan patogen. Kerusakan akibat penyakit ni bisa dihindr dgnmanagemen kebersihan baik di rumah kaca maupun di kebun, pengendalian temperatur, & minimalisasi terjadinya kondensasi pada bunga potong.
2. Tanaman Anggrek Pot Berbunga Indah
a. Kultivar
Berbagai karakter morfologi, seperti warna bunga, jumlah kuntum bunga & waktu berbunga telah digunakan untuk mengevaluasi kultivar baru industri bunga. Kriteria tersebut adalah faktor-faktor penting dalam menciptakan kultivar baru. Pada masa akan datang kriteria toleransi terhadap kondisi pengangkutan, tingkat cahaya interior rendah, etilen & pendinginan perlu pula dimasukkan ke dalam penilaian.
b. Stadia Pertumbuhan
Stadia pertumbuhan (umur) tanaman pot anggrek berbunga indah pada saat dipasarkan adalah faktor utama mempengaruhi penampilan tanaman tersebut di dalam ruangan. Perlu diperhatikan bahwa stadia tepat untuk pemasaran tergantung dr waktu diperlukan untuk memperolh tanaman. Umumnya tanaman dgnbanyak bunga mekar lebih sulit dalam pengangkutan, lebih peka terhadap etilen & lebih mudah rusak dr pada tanaman diangkut dalam stadia bunganya masih kuncup atau persentase bunga mekar masih rendah.
c. Temperatur
Temperatur perlu diturunkan selama siklus 2–3 minggu terakhir untuk memperkuat warna bunga & meningkatkan kandungan karbohidrat tanaman, hingga bisa mengakibatkan ketahanan simpan. Semua tanaman pot berbunga indah akan lebih tahan pada temperatur lebih rendah & kisarannya sangat tergantung pada jenis tanaman. Selanjutnya tanaman berbunga ditempatkan pada temperatur 270 C atau lebih tinggi, umumnya mempunyai warna bunga lebih pudar, batang/tangkai lebih tinggi, daun cepat menguning & rontok.
d. Media
Media berstruktur remah mudah dibasahi kembali olh konsumen atau penata ruang sangat penting untuk menghasilkan penampilan optimum dr tanaman berbunga indah di dalam ruangan. Sejumlah gel polimer bisa digunakan untuk mempertahankan kelembaban media & mencegah tanaman dalam ruangan menjadi kering. Irigasi dgnmenggunakan wetting agent pada saat pemasaran berguna untuk memudahkan pembasahan kembali media.
e. Pemupukan
Nisbah N : K dianjurkan 1 : 1 sampai 3 minggu sebelum pembungaan, diubah menjadi 0,5 : 1. Nisbah ni mencegah masalah keracunan amonia & meningkatkan masa simpan.
f. Kepekaan Terhadap Etilen
Tanaman pot anggrek berbunga indah peka terhadap etilen. Gejala ditimbulkan ; kerontokan daun, kuncup & bunga, & kelayuan bunga, epinasti, peningkatan kerentaan terhadap mikroba & aborsi bunga / kuncup.
Salah satu cara efektif untuk mengurangi kepekaan terhadap etilen, yaseperti itudgnmenurunkan temperatur selama pengangkutan. Cara lain digunakan secara komersial ; dgnpenyemprotan daun menggunakan senyawa antagonis terhadap etilen, hingga bisa menekan produksi etilen dalam bunga, serta mengurangi pengaruh buruk etilen.
g. Pengairan
Kurangnya penyiraman tanaman berbunga indah serta membiarkannya layu akan menurunkan umur peragaan. Sebaliknya kelebihan air akan menyebabkan rusaknya akar, hingga tanaman cepat rusak. Sebaiknya tanaman diairi tiap hari atau tiap dua hari sekali, tergantung pada tingkat cahaya, temperatur & kelembaban, juga ukuran & media tumbuh. Pengairan dilakukan terhadap media tanpa membasahi bunga & daun.
h. Cahaya
Cahaya optimum diperlukan olh tiap tanaman harus dipertahankan untuk menghasilkan tanaman mempunyai masa penampilan lebih baik, jumlah bunga maksimum, pembentukan daun sempurna, warna bunga indah, & tinggi tanaman memadai. Umumnya tanaman pot berbunga indah akan membentuk bunga dalam jumlah maksimum dgnwarna indah pada kondisi ruang bercahaya tinggi, meskipun cahaya matahari langsung dihindari.

0 comments: