Tuesday, June 24, 2008

Cara Budidaya Burung Puyuh


CARA BUDIDAYA BURUNG PUYUH

1. SEJARAH SINGKAT
Puyuh adalah jenis burung tak bisa terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek & bisa diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, adalah bangsa burung (liar) pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. & terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, & diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandangkandang ternak ada di Indonesia.
2. SENTRA PETERNAKAN
Sentra Peternakan burung puyuh banyak terbisa di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur & Jawa Tengah
3. J E N I S
kelas : Aves (Bangsa Burung)
Ordo : Galiformes
Sub Ordo : Phasianoidae
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae
Genus : Coturnix
Species : Coturnix-coturnix Japonica
4. MANFAAT

1)

Telur & dagingnya mempunyai nilai gizi & rasa lezat
2) Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan or perabot rumah tangga lainnya
3) Kotorannya sebagai pupuk kandang ataupun kompos baik bisa digunakan sebagai pupuk tanaman
5. PERSYARATAN LOKASI

1)

Lokasi jauh dr keramaian & pemukiman penduduk
2) Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak & jalur-jalur pemasaran
3) Lokasi terpilih bebas dr wabah penyakit
4) Bukan adalah daerah sering banjir
5) Adalah daerah selalu mendapatkan sirkulasi udara baik.
6. PEDOMAN TEKNIS CARA BUDIDAYA
Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) & feeding (makanan ternak/pakan)
6.1. Penyiapan Sarana & Peralatan
  1. Perkandangan
    Dlm sistem perkandangan perlu diperhatikan ; temperatur kandang ideal or normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi bisa masuk kedlm kandang.

    Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) & sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1 m2 bisa diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m2 sampai masa bertelur.

    Adapun kandang biasa digunakan dlm Cara Budidaya burung puyuh adalah:
    a. Kandang untuk induk pembibitan
    Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas & kemampuan menghasilkan telur berkualitas. Besar or ukuran kandang akan digunakan harus sesuai dgn jumlah puyuh akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasamembutuhkan luas kandang 200 m2.
    b. Kandang untuk induk petelur
    Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, & keperluan peralatan sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bsa juga sama.
    c. Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)
    Kandang ini adalah kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dgn dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung & menbisa panas sesuai dgn kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas.
    Biasanya ukuran sering digunakan ; lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, & tinggi kaki 50 cm. (cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).
    d. Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) & layer (lebih dr 6 minggu)
    Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dgn kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.

  2. Peralatan
    Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur & tempat obat-obatan.
6.2. Peyiapan Bibit
perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, ; memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) & pengelolaan usaha peternakan.

Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dgn tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
a. Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina sehat or bebas dr kerier penyakit.
b. Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan & puyuh petelur afkiran.
c. Untuk pembibitan or produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina baik produksi telurnya & puyuh jantan sehat siap membuahi puyuh betina agar bisa menjamin telur tetas baik.
6.3. Pemeliharaan
  1. Sanitasi & Tindakan Preventif
    Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang & vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.

  2. Pengontrolan Penyakit
    Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat & apaapabila ada tanda-tanda kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dgn petunjuk dokter hewan or dinas peternakan setempat or petunjuk dr Poultry Shoup.

  3. Pemberian Pakan
    Ransum (pakan) bisa diberikan untuk puyuh terdiri dr beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah & tepung. Karena puyuh suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dgn mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi & siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum cuma satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan terus-menerus.

  4. Pemberian Vaksinasi & Obat
    Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dgn dosis separo dr dosis untuk ayam. Vaksin bisa diberikan melalui tetes mata (intra okuler) or air minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan apaapabila puyuh tampak gejala-gejala sakit dgn meminta bantuan petunjuk dr PPL setempat ataupun dr toko peternakan (Poultry Shoup), ada di dekat Anda beternak puyuh.
7. HAMA & PENYAKIT
7.1. Penyakit

1.

Radang usus (Quail enteritis)
Penyebab: bakteri anerobik membentuk spora & menyerang usus, sehingga timbul peradangan pada usus.
Gejala: puyuh akan tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berk membentuk spora & menyerang usus, sehingga timbul peradangan pada usus.
Gejala: puyuh akan tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair & mengandung asam urat.
Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh sehat dr telah terinfeksi.

2. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tak menentu & lumpuh.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan & peralatan tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
3. Berak putih (Pullorum)
Penyebab: Kuman Salmonella pullorum & adalah penyakit menular.
Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut & sayap lemah menggantung.
Pengendalian: sama dgn pengendalian penyakit tetelo.
4. Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah & mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dgn Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dlm air minum or sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox
5. Cacar Unggas (Fowl Pox)
Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dr semua umur & jenis kelamin.
Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit tak berbulu, seperti pial, kaki, mulut & farink apaapabila dilepaskan akan
mengeluarkan darah.
Pengendalian: vaksin dipteria & mengisolasi kandang or puyuh terinfksi.
6. Quail Bronchitis
Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) bersifat sangat menular.
Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk & bersi, mata & hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala & leher agak terpuntir.
Pengendalian: pemberian pakan bergizi dgn sanitasi memadai.
7. Aspergillosis
Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus.
Gejala: Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.
Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang & lingkungan sekitarnya.
8. Cacingan
Penyebab: sanitasi buruk.
Gejala: puyuh akan tampak kurus, lesu & lemah.
Pengendalian: menjaga kebersihan kandang & pemberian pakan terjaga kebersihannya.
8. P A N E N
8.1. Hasil Utama
Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, menjadi hasil utamanya ; produksi telurnya dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.
8.2. Hasil Tambahan
Sedangkan adalah hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran, tinja & bulu puyuh.
9. PASCA PANEN
---
10. ANALISIS EKONOMI CARA BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Cara Budidaya

1) Investasi

a. kandang ukuran 9 x 0,6 x 1,9 m
(1 jalur + tempat makan & minum)

Rp. 2.320.000,-
b. kandang besar Rp. 1.450.000,-

2) Biaya pemeliharaan (untuk umur 0-2 bulan)
a. ay Old Quail (DOQ) x Rp 798 (Harga DOQ) Rp. 1.596.000,-
b. Obat (Vitamin + Vaksin) Rp. 145.000,-
c. Pakan (selama 60 hari)
Jumlah biaya produksi
Keadaan puyuh:
-
Jumlah anak 2000 ekor (jantan & betina)
-
Resiko mati 5%, sisa 1900
-
Resiko kelamin 15% jantan, 85% betina (285 jantan, 1615 betina)
-
Setelah 2 bulan harga puyuh bibit Rp 3.625,- betina & Rp 725 jantan
-
Penjualan puyuh bibit umur 2 bulan
Minus
Rp. 2.981.200,-
Rp. 4.722.200,-

Rp. 4.408.000,-
Rp. -314.200,-

3) Biaya pemeliharaan (0-4 bulan)
- 200 DOQ x Rp 798,- Rp. 159.600,-
- Obat (vitamin & Vaksinasi) Rp. 290.000,-
- Pakan (sampai dgn umur 3 minggu) Rp. 2.459.925,-
Pakan (s/d minggu ke 4) betina 1615 ekor & 71 ekor jantan (25% jantan layak bibit) Rp. 5.264.051,-
Jumlah biaya produksi Rp. 8.173.576,-

Keadaan puyuh:
- Mulai umur 1,5 bulan puyuh bertelur setiap hari rata-rata 85%, jumlah telur 1373 butir
- Hasil telur 75 hari x 1373 x Rp 75,- Rp. 7.723.125,-
- Puyuh betina bibit 1615 ekor @ Rp 3.625,- Rp. 5.854.375,-
- Puyuh jantan bibit 75 ekor @ Rp 798,- Rp. 59.850,-
- Puyuh jantan afkiran 214 ekor @ Rp 725,- Rp. 155.150,-


4) Keuntungan dr hasil penjualan Rp. 5.618.924,-

5) Biaya pemeliharaan (sampai umur 8 bulan)
a. Biaya untuk umur 4-8 bulan Rp. 1.625.137,-

6) Pendapatan
a. Hasil telur (0,5 bulan) 195 x 1373 x Rp 75,- Rp. 20.080.125,-
b. Hasil puyuh afkir 1615 ekor @ Rp 798,- Rp. 1.288.770,-
c. Hasil jantan afkir 71 ekor @ Rp 725,- Rp. 51.475,-
d. Hasil jantan afkir (2 bln) 214 ekor @ Rp 725,- Rp. 155.150,-

7) Keuntungan beternak puyuh petelur & afkiran jual Rp. 10.950.113,-

Jadi peternak lebih banyak menjumlah keuntungan apabila beternak puyuh petelur, baru kemudian puyuh afkirannya di jual daripada menjual puyuh bibit. Analisa usaha dihitung berdasarkan harga-harga berlaku pada tahun 1999.
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
---
11. DAFTAR PUSTAKA
1. Beternak burung puyuh, 1981. Nugroho, Drh. Mayen 1 bk. Dosen umum Ternak Unggas Fakultas Kedokteran Hewan & Peternakan, Universitas Udayana.
2. Puyuh, Tatalaksana Cara Budidaya secara komersil, 1992. Elly Listyowati, Ir. Kinanti Rospitasari, Penebar Swadaya, Jakarta.
3. Memelihara burung puyuh, 1985. Muhammad Rasyaf, Ir. Penerbit Kanisius (Anggota KAPPI), Yogyakarta.
4. Beternak burung puyuh & Pemeliharaan secara komersil, tahun 1985. Wahyuning Dyah Evitadewi dkk. Penerbit Aneka Ilmu Semarang
12. KONTAK HUBUNGAN
1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2. Kantor Menteri Negara Riset & Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan & Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id
Sumber :
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

0 comments: