Thursday, December 18, 2008

Macam-macam jenis Hama Tanaman & Cara Pengendalian

HAMA TANAMAN

1. MORFOLOGI UMUM HAMA

Untuk mengenal berbagai jenis binatang bisa berperan sebagai hama, maka sebagai langkah awal dalam kuliah dasar - dasar Perlintan akan dipelajari bentuk atau morfologi, khususnya morfologi luar (external morphology) binatang penyebab hama. Namun demikian, tak semua sifat morfologi tersebut akan dipelajari & dipelajari hanya terbatas pada morfologi “penciri” dr masing-masing golongan. Hal ni bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan identifikasi atau mengenali jenis - jenis hama dijumpai di lapangan.

Dunia binatang (Animal Kingdom) terbagi menjadi beberapa golongan besar masing-masing disebut Filum. Dr masing-masing filum tersebut bisa dibedakan lagi menjadi golongan - golongan lebih kecil disebut Klas. Dr Klas ni kemudian digolongkan lagi menjadi Ordo (Bangsa) kemudian Famili (suku), Genus (Marga) & Spesies (jenis).


Beberapa filum anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman ; Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang bertulang belakang), & Arthropoda (serangga, tunggau, & lain - lain). Dalam uraian berikut akan dibicarakan secara singkat tentang sifat-sifat morfologi luar anggota filum tersebut.

A. FILUM ASCHELMINTHES

Anggota filum Aschelminthes banyak dikenal berperan sebagai hama tanaman (bersifat parasit) ; anggota klas Nematoda. Namun, tak semua anggota klas Nematoda bertindak sebagai hama, sebab ada di antaranya berperan sebagai nematoda saprofag serta sebagai nematoda predator (pemangsa), disebut terakhir ni tak akan dibicarakan dalam uraian - uraian selanjutnya.

Secara umum ciri - ciri anggota klas Nematoda tersebut antara lain ; :

* Tubuh tak bersegmen (tak beruas)

* Bilateral simetris (setungkup) & tak memiliki alat gerak

* Tubuh terbungkus olh kutikula & bersifat transparan.

Untuk pembicaraan selanjutnya, anggota klas nematoda bersifat saprofag digolongkan ke dalam nematoda non parasit & untuk kelompok nematoda berperan sebagai hama tanaman dimasukkan ke dalam golongan nematoda parasit.

Ditinjau dr susunannya, maka bentuk stylet bisa dibedakan menjadi dua tipe, yaseperti itutipe stomatostylet & odonostylet. Tipe stomatostylet tersusun atas bagian - bagian conus (ujung), silindris (bagian tengah) & knop stylet (bagian pangkal). Tipe stylet ni dijumpai pada nematoda parasit dr ordo Tylenchida.

Tipe odonostylet dijumpai pada nematoda parasit dr ordo Dorylaimida, styletnya tersusun atas conus & silindris saja. Beberapa contoh dr nematoda parasit ni antara lain ; :

* Meloidogyne sp. juga dikenal sebagai nematoda “puru akar” pada tanaman tomat, lombok, tembakau & lain - lain.

* Hirrschmanieella oryzae (vBrdH) pada akar tanaman padi sawah.

* Pratylenchus coffae (Zimm) pada akar tanaman kopi.

B. FILUM MOLLUSCA

Dr filum Mollusca ni anggotanya berperan sebagai hama ; dr klas Gastropoda salah satu jenisnya ; Achatina fulica Bowd atau bekicot, Pomacea ensularis canaliculata (keong emas). Binatang tersebut memiliki tubuh lunak & dilindungi olh cangkok (shell) keras. Pada bagian anterior dijumpai dua pasang antene masing-masing ujungnya terbisa mata. Pada ujung anterior sebelah bawah terbisa alat mulut dilengkapi dgngigi parut (radula). Lubang genetalia terbisa pada bagian samping sebelah kanan, sedang anus & lubang pernafasan terbisa di bagian tepi mantel tubuh dekat dgncangkok/shell.

Bekicot atau siput bersifat hermaprodit, hingga setiap individu bisa menghasilkan sejumlah telur fertil. Bekicot aktif pada malam hari serta hidup baik pada kelembaban tinggi. Pada siang hari biasanya bersembunyi pada tempat-tempat terlindung atau pada dinding-dinding bangunan, pohon atau tempat lain tersembunyi.

C. FILUM CHORDATA

Anggota Filum Chordata umum dijumpai sebagai hama tanaman ; dr klas Mammalia (Binatang menyusui). Namun, tak semua binatang anggota klas Mammalia bertindak sebagai hama melainkan hanya beberapa jenis (spesies) saja benar - benar adalah hama tanaman. Jenis - jenis tersebut antara lain bangsa kera (Primates), babi (Ungulata), beruang (Carnivora), musang (Carnivora) serta bangsa binatang pengerat (ordo rodentina). Anggota ordo Rodentina ni memiliki peranan penting sebagai perusak tanaman, hingga secara khusus perlu dibicarakan tersendiri, meliputi keluarga bajing & tikus.

1. Keluarga Bajing (fam. Sciuridae)

Ada dua jenis penting, yaseperti ituCallossciurus notatus Bodd. & C. nigrovittatus keduanya dikenal dgnnama “bajing”. Jenis pertama dijumpai pada daerah - daerah di Indonesia dgnketinggian sampai 9000 m di atas permukaan laut. Sedang jenis C. nigrovittatus bisa dijumpai di Jawa, Kalimantan, & Sumatera pada daerha dgnketinggian sampai 1500 m.

Jenis bajing ni umumnya banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman kelapa namun beberapa jenis tanaman buah kadang - kadang juga diserangnya. Gejala serangan hama bajing pada buah kelapa tampak terbentuknya lubang cukup lebar & tak teratur dekat dgnujung buah, sedang jika menyerang tikus maka lubang terbentuk lebih kecil serta tampak lebih teratur / rapi.

2. Keluarga tikus (fam. Muridae)

Ada beberapa jenis diketahui banyak menimbulkan kerusakan antara lain, tikus rumah (Rattus - rattus diardi Jent); tikus pohon (Rattus - rattus tiomanicus Muller), serta tikus sawah (Rattus-rattus argentiver_Rob.&Kl).

Tikus rumah dikenal pula sebagai tikus hitam karena warna bulunya hitam keabu - abuan atau hitam kecoklatan. Panjang tubuh sampai ke kepala antara 11 - 20 cm & panjang ekor biasanya lebih panjang daripada panjang tubuh + kepala. Jumlah puting susunya ada 10 buah.

Tikus pohon memiliki ukuran tubuh hampir sama dgntikus rumah. Bulu tubuh bagian ventral putih bersih atau kadang - kadang agak keabu-abuan. Panjang ekor biasanya lebih panjang daripada panjang tubuh + kepala. Jumlah putting susunya ada 10 buah.

Tikus sawah memiliki ciri - ciri tubuh antara lain bulu - bulu tubuh bagian ventral berwarna keabu-abuan atau biru keperakan. Panjang ekor biasanya sama atau lebih pendek daripada panjang tubuh + kepala. Pada pertumbuhan penuh panjang tubuhnya antara 16 - 22 cm serta jumlah puting susu ada 12 buah.

D. FILUM ARTHOPODA

Adalah filum terbesar di antara filum - filum lain karena lebih dr 75 % dr binatang-binatanag telah dikenal adalah anggota dr filum ini. Karena itu, sebagian besar dr jenis-jenis hama tanaman juga termasuk dalam filum Arthropoda.

Anggota dr filum Arthropoda mempunyai peranan penting sebagai hama tanaman ; klas Arachnida (tunggau) & klas Insecta atau Hexapoda (serangga).

1. Klas Arachnida

Tanda - tanda morfologi khas dr anggota klas Arachnida ni adalah:

- Tubuh terbagi atas dua daerah (region), yaseperti itucephalothorax (gabungan caput & thorax) & abdomen.

- Tak memiliki antene & mata facet.

- Kaki empat pasang & beruas - ruas.

Dalam klas Arachnida ini, anggotanya banyak berperan sebagai hama ; dr ordo Acarina atau juga sering disebut mites (tunggau).

Morfologi dr mites ni antara lain, segmentasi tubuh tak jelas & dilengkapi dgnbulu - bulu (rambut) kaku & cephhalothorax dijumpai adanya empat pasang kaki.

Alat mulut tipe penusuk & pengisap memiliki bagian - bagian satu pasang chelicerae (masing - masing terdidi dr tiga segmen) & satu pasang pedipaalpus. Chelicerae tersebut membentuk alat seperti jarum sebagai penusuk.

Beberapa jenis hama dr ordo Acarina antara lain ; :

- Tetranychus cinnabarinus Doisd. atau hama tunggau merah / jingga pada daun ketela pohon.

- Brevipalpus obovatus Donn. (tunggau daun teh).

- Tenuipalpus orchidarum Parf. (tunggau merah pada anggrek).

2. Klas Insekta (Hexapoda / serangga)

Anggota beberapa ordo dr klas Insekta dikenal sebagai penyebab hama tanaman, namun ada beberapa bertindak sebagai musuh alami hama (parasitoid & predator) serta sebagai serangga penyerbuk.

Secara umum morfologi anggota klas Insekta ni adalah:

- Tubuh terdiri atas ruas - ruas (segmen) & terbagi dalam tiga daerah, yaseperti itu caput, thorax & abdomen.

- Kaki tiga pasang, pada thorax.

- Antene satu pasang.

- Biasanya bersayap dua pasang, namun ada hanya sepasang atau bahkan tak bersayap sama sekali.

Memahami pengetahuan morfologi serangga tersebut sangatlah penting, karena anggota serangga pada tiap - tiap ordo biasanya memiliki sifat morfologi khas secara sederhana bisa digunakan untuk mengenali atau menentukan kelompok serangga tersebut. Sifat morfologi tersebut juga menkut morfologi serangga stadia muda, karena bentuk-bentuk serangga muda tersebut juga memiliki ciri khas juga bisa digunakan dalam identifikasi.
Bentuk-bentuk serta ciri serangga stadia muda tersebut secara khusus kakan dibicarakan pada uraian tentang Metamorfose serangga, sedang uraian singkat tentang morfologi “penciri” pada beberapa ordo penting klas Insekta akan diberikan pada uraian selanjutnya.

Berdasarkan sifat morfologinya, maka larva & pupa serangga bisa dikelompokkan sebagai berikut :

1. Tipe larva

a. Polipoda, tipe larva ni memiliki ciri antara lain tubuh berbentuk silindris, kepala berkembang baik serta dilengkapi dgnkaki abdominal & kaki thorakal. Tipe larva ni dijumpai pada larva ngengat / kupu (Lepidoptera)

b. Oligopoda, tipe larva ni bisa dikelompokkan menjadi : Campodeiform & Scarabaeiform,

c. Apodus (Apodous), tipe larva ni memiliki ba& memanjang & tak memiliki kaki. Kepala ada berkembang baik ada tidak. Tipe larva ni dijumpai pada anggota ordo Diptera & familia Curculionidae (Coleoptera).

2. Tipe pupa

Perbedaan bentuk pupa didasarkan pada kedudukan alat tambahan (appendages), seperti calon sayap, calon kaki, antene & lainnya. Tipe pupa dikelompokkan menjadi tiga tipe :

a. Tipe obtecta, yakni pupa memiliki alat tambahan (calon) melekat pada tubuh pupa. Kadang-kadang pupa terbungkus cocon dibentuk dr liur & bulu dr larva.

b. Tipe eksarat, yakni pupa memiliki alat tambahan bebas (tak melekat pada tubuh pupa ) & tak terbungkus olh cocon.

c. Tipe coartacta, yakni pupa mirip dgntipe eksarat, tetapi eksuviar tak mengelupas (membungkus tubuh pupa). Eksuviae mengeras & membentuk rongga untuk membungkus tubuh pupa & disebut puparium.

Tipe pupa obtecta dijumpai pada anggota ordo Lepidoptera, pupa eksarat pada ordo Hymenoptera & Coleoptera, sedang pupa coartacta pada ordo Diptera.

A. Morfologi Beberapa Ordo Serangga Penting

a. Ordo Orthoptera (bangsa belalang)

Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya bertindak sebagai predator pada serangga lain.

Anggota dr ordo ni umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dgnvena - vena menebal / mengeras & disebut tegmina. Sayap belakang membranus & melebar dgnvena-vena teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.

Alat - alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terbisa pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terbisa suatu membran alat pendengar disebut tympanum. Spiralukum adalah alat pernafasan luar terbisa pada tiap - tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus & alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen).

Ada mulutnya bertipe penggigit & penguyah memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dgnmasing - masing terbisa palpus maxillarisnya, & labium dgnpalpus labialisnya.

Metamorfose sederhana (paurometabola) dgnperkembangan melalui tiga stadia yaseperti itutelur ---> nimfa ---> dewasa (imago). Bentuk nimfa & dewasa terutama dibedakan pada bentuk & ukuran sayap serta ukuran tubuhnya.

Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ni ; :

- Kecoa (Periplaneta sp.)

- Belalang sembah / mantis (Otomantis sp.)

- Belalang kayu (Valanga nigricornis Drum.)

b. Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding

Ordo ni memiliki anggota sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada bersifat predator mingisap cairan tubuh serangga lain.

Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada tak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) & pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus & sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet & occeli.

Tipe alat mulut pencucuk pengisap terdiri atas moncong (rostum) & dilengkapi dgnalat pencucuk & pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas - ruas memanjang membungkus stylet. Pada alat mulut ni terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan & saluran ludah.

Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) dalam perkembangannya melalui stadia : telur ---> nimfa ---> dewasa. Bnetuk nimfa memiliki sayap belum sempurna & ukuran tubuh lebih kecil dr dewasanya.

Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ni ; :

- Walang sangit (Leptorixa oratorius Thumb.)

- Kepik hijau (Nezara viridula L)

- Bapak pucung (Dysdercus cingulatus F)

c. Ordo Homoptera (wereng, kutu & sebagainya)

Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi mirip dgnordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan & tempat pemunculan rostumnya.

Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur homogen, bolh keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus.

Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap & rostumnya muncul dr bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dgnanggota Hemiptera.

Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) perkembangannya melalui stadia : telur ---> nimfa ---> dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya bisa bertindak sebagai hama tanaman.

Serangga anggota ordo Homoptera ni meliputi kelompok wereng & kutu-kutuan, seperti :

- Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.)

- Kutu putih daun kelapa (Aleurodicus destructor Mask.)

- Kutu loncat lamtoro (Heteropsylla sp.).

d. Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)

Anggota - anggotanya ada bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain.

Sayap terdiri dr dua pasang. Sayap depan mengeras & menebal serta tak memiliki vena sayap & disebut elytra.
Apabila istirahat, elytra seolah - olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus & jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan.

Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dgnbaik. Pada beberapa jenis, khususnya dr suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong terbentuk di depan kepala.

Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) perkembangannya melalui stadia : telur ---> larva ---> kepompong (pupa) ---> dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa tak berkaki (apoda). Kepompong tak memerlukan pakan dr luar (istirahat) & bertipe bebas / libera.

Beberapa contoh anggotanya ; :

- Kumbang badak (Oryctes rhinoceros L)

- Kumbang janur kelapa (Brontispa longissima Gestr)

- Kumbang buas (predator) Coccinella sp.

e. Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)

Dr ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja berpotensi sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar.

Sayap terdiri dr dua pasang, membranus & tertutup olh sisik - sisik berwarna - warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung disebut proboscis, palpus maxillaris & mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna.

Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) perkembangannya melalui stadia : telur ---> larva ---> kepompong ---> dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta.

Beberapa jenisnya antara lain :

- Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas Wlk)

- Kupu gajah (Attacus atlas L)

- Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura)
f. Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)

Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator & parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada & disebut halter. Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene & mata facet.

Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap.

Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dr tiga bagian yaseperti itu:

- bagian pangkal berbentuk kerucut disebut rostum

- bagian tengah berbentuk silindris disebut haustellum

- bagian ujung berupa spon disebut labellum atau oral disc.

Metamorfosenya sempurna (holometabola) perkembangannya melalui stadia : telur ---> larva ---> kepompong ---> dewasa. Larva tak berkaki (apoda_ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula bertindak sebagai hama, parasitoid & predator. Pupa bertipe coartacta.

Beberapa contoh anggotanya ; :

- lalat buah (Dacus spp.)

- lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota F)

- lalat rumah (Musca domesticaLinn.)

- lalat parasitoid (Diatraeophaga striatalis).

g. Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut)

Kebanyakan dr anggotanya bertindak sebagai predator / parasitoid pada serangga lain & sebagian lain sebagai penyerbuk.

Sayap terdiri dr dua pasang & membranus. Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet & occelli.

Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya.

Metamorfose sempurna (Holometabola) melalui stadia : telur-> larva--> kepompong ---> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman.

Beberapa contoh anggotanya antara lain ; :

- Trichogramma sp. (parasit telur penggerek tebu / padi).

- Apanteles artonae Rohw. (tabuhan parasit ulat Artona).

- Tetratichus brontispae Ferr. (parasit kumbang Brontispa).

h. Ordo Odonata (bangsa capung / kinjeng)

Memiliki anggota cukup besar & mudah dikenal. Sayap dua pasang & bersifat membranus. Pada capung besar dijumpai vena - vena jelas & pada kepala dijumpai adanya mata facet besar.

Metamorfose tak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang & hidup di dalam air.

Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil termasuk hama, seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang padi.

RANGKUMAN

Mengenal sifat - sifat morfologi luar dr binatang penyebab hama adalah hal penting untuk mempermudah mengenali jenis - jenis hama ada di lapangan. Ada beberapa filum dalam dunia binatang sebagian dr anggotanya berpotensi menjadi hama tanaman, yakni Filum Aschelminthes, Mollusca, Chordata & Athropoda.

Dalam filum Aschelminthes, anggota klas nematoda banyak berperan sebagai hama tanaman, misalnya anggota dr ordo Tylenchida, “Giantsnail”, Achatina fulica adalah salah satu anggota filum Mollusca diketahui sering merusak berbegai jenis tanaman, baik tahunan maupun tanaman semusim.

Anggota ordo Rodentia, yakni tikus & bajing adalah anggota filum Chordata menjadi hama penting pada beberapa jenis tanaman. Anggota filum Chordata lain juga berpotensi menjadi hama tanaman ; kera (Primates) & babi (Ungulata).

Arthropoda adalah filum terbesar dalam jumlah anggotanya, hingga sebagian besar jenis hama tanaman adalah anggota filum ini. Namun demikian, anggota filum ni khususnya dalam klas Arachida sebagian besar bertindak sebagai musuh alami hama, sedang dr klas Insekta sebagian dr anggotanya menjadi hama penting pada berbagai jenis tanaman & lain ada pula berperan sebagai musuh alami hama.

2. CARA MERUSAK & GEJALA KERUSAKAN

Pembicaraan mengenai cara merusak & gejala merusak diakibatkan olh serangan hama khususnya dr serangga tak bisa lepas dr pembicaraan mengenai morfologi alat mulut serangga hama. Dgntipe alat mulut tertentu, serangga hama dalam merusak tanaman akan mengakibatkan gejala kerusakan khas pada tanaman diserangnya. Karena itu, dgnmempelajari berbagai tipe gejala ataupun tanda serangan akan bisa membantu dalam mengenali jenis - jenis hama penyebab dijumpai di lapangan. Bahkan lebih jauh dr seperti itubisa pula digunakan untuk menduga cara hidup ataupun untuk menaksir populasi hama bersangkutan.

Berdasarkan pada cara merusak & gejala kerusakan ditimbulkannya, maka hama-hama penyebab kerusakan pada tanaman bisa digolongkan menjadi beberapa tipe, yaseperti ituhama penyebab gejala puru (gall), hama pemakan, hama penggerek, hama pengisap, hama penggulung, hama penyebab busuk buah, & hama pengorok (miner)

RANGKUMAN

Jenis - jenis serangga bisa dikelompokkan berdasarkan tipe alat mulutnya. Dgntipe alat mulut tertentu, perusakan tanaman olh serangga akan meninggalkan gejala kerusakan khas pada tanaman. Olh karena itu, dgnmempelajari berbagai tipe gejala serangan akan memepermudah untuk mengetahui jenis hama penyebab kerusakan dijumpai di lapangan. Gejala kerusakan dalam bentuk intensitas serangan hama bisa juga digunakan untuk menduga tingkat populasi hama di lapangan.

Berdasarkan cara merusak & tipe gejala, ada tujuh tipe yaseperti ituhama penyebab puru (gall), hama pemakan, hama penggerek, hama pengisap, hama penggulung, hama penyebab busuk buah & hama penggorok (miner).

3. TAKTIK PENGENDALIAN

Pada dasarnya, pengendalian hama adalah setiap usaha atau tindakan manusia baik secara langsung maupun tak langsung untuk mengusir, menghindr & membunuh spesies hama agar populasinya tak mencapai aras secara ekonomi merugikan. Pengendalian hama tak dimaksudkan untuk meenghilangkan spesies hama sampai tuntas, melainkan hanya menekan populasinya sampai pada aras tertentu ynag secara ekonomi tak merugikan. Olh karena itu, taktik pengendalian apapun diterapkan dalam pengendalian hama haruslah tetap bisa dipertanggungjawabkan secara ekonomi & secara ekologi.

Falsafah pengendalian hama harus digunakan ; Pengelolaan / Pengendalian hama Terpadu (PHT) dalam implementasinya tak hanya mengandalkan satu taktik pengendalian saja. Taktik pengendalian akan diuraikan berikut ni mengacu pada buku karangan Metcalf (1975) & Matsumura (1980) terdiri dr :

1. Pengendalian secara mekanik
2. Pengendalian secara fisik
3. Pengendalian hayati
4. Pengendalian dgnvarietas tahan
5. Pengendalian hama dgncara bercocok tanam
6. Pengendalian hama dgnsanitasi & eradikasi
7. Pengendalian kimiawi

A. PENGENDALIAN MEKANIK

Pengendalian mekanik mencakup usaha untuk menghilangkan secara langsung hama serangga menyerang tanaman. Pengendalian mekanis ni biasanya bersifat manual.

Mengambil hama sedang menyerang dgntangan secara langsung atau dgnmelibakan tenaga manusia telah banyak dilakukan olh banyak negara pada permulaan abad ini. Cara pengendalian hama ni sampai sekarang masih banyak dilakukan di daerah - daerah upah tenaga kerjanya masih relatif murah.

Contoh pengendalian mekanis dilakukan di Australia ; mengambil ulat-ulat atau siput secara langsung sedang menyerang tanaman kubis. Pengendalian mekanis juga telah lama dilakukan di Indonesia terutama terhadap ulat pucuk daun tembakau olh Helicoverpa sp. Untuk mengendalikan hama ni para petani pada pagi hari turun ke sawah untuk mengambil & mengumpulkan ulat - ulat berada di pucuk tembakau. Ulat telah terkumpul seperti itukemudian dibakar atau dimusnahkan. Rogesan sering dipraktekkan olh petani tebu (di Jawa) untuk mencari ulat penggerek pucuk tebu (Scirpophaga nivella) dgnmengiris sedikit demi sedikit pucuk tebu menunjukkan tanda serangan. Lelesan dilakukan olh petani kopi untuk menyortir buah kopi dr lapangan terserang olh bubuk kopi (Hypotheneemus hampei)

B. PENGENDALIAN FISIK

Pengendalian ni dilakukan dgncara mengatur faktor - faktor fisik bisa mempengaruhi perkembangan hama, hingga memberi kondisi tertentu menyebabkan hama sukar untuk hidup.

Bahan - bahan simpanan sering diperlakukan denagn pemanasan (pengeringan) atau pendinginan. Cara ni dimaksudkan untuk membunuh atau menurunkan populasi hama hingga bisa mencegah terjadinya peledakan hama. Bahan-bahan tersebut biasanya disimpan di tempat kedap udara hingga serangga bearada di dalamnya bisa mati lemas olh karena CO2 & nitrogen.

Pengolahan tanah & pengairan bisa pula dimasukkan dalam pengendalian fisik; karena cara - cara tersebut bisa menyebabkan kondisi tertentu tak cocok bagi pertumbuhan serangga. Untuk mengendalikan nematoda bisa dilakukan dgnpenggenangan karena tanah mengandung banyak air akan mendesak oksigen keluar dr partikel tanah. Dgnhilangnya kandungan O2 dalam tanah, nematoda tak bisa hidup lebih lama.

C. PENGENDALIAN HAYATI

Pengendalian hayati ; pengendalian hama dgnmenggunakan jenis organisme hidup lain (predator, parasitoid, pathogen) mampu menyerang hama. Di suatu daerah hampir semua serangga & tunggau mempunyai sejumlah musuh - musuh alami. Tersedianya banyak makanan & tak adanya agen - agen pengendali alami akan menyebabkan meningkatnya populasi hama. Populasi hama ni bisa pula meningkat akibat penggunaan bahan-bahan kimia tak tepat hingga bisa membunuh musuh-musuh alaminya. Sebagai contoh, meningkatnya populasi tunggau di Australia diakibatkan meningkatnya penggunaan DDT.

Dua jenis organisme digunakan untuk pengendalian hayati terhadap serangga & tunggau ; parasit & predator. Parasit selalu berukuran lebih kecil dr organisme dikendalikan olh (host), & parasit ni selama atau sebagian waktu dalam siklus hidupnya berada di dalam atau menempel pada inang. Umumnya parsit merusak tubuh inang selama peerkembangannya. Beberapa jenis parasit dr anggota tabuhan (Hymenoptera), meletakkan telurnya didalam tubuh inang & setelah dewasa serangga ni akan meninggalkan inang & mencari inang baru untuk meletakkan telurnya.

Sebaliknya predator mempunyai ukuran tubuh lebih besar sari serangga dikendalikan (prey), & sifat predator secara aktif mencari mangsanya, kemudian memakan atau mengisap cairan tubuh mangsa sampai mati. Beberapa kumbang Coccinella adalah predator aphis atau jenis serangga lain baik pada fase larva maupun dewasanya. Contoh lain serangga bersifat sebagai predator ; Chilocorus, serangga ni sekarang telah dimanfaatkan sebagai agensia pengendali hayati terhadap hama kutu perisai (Aspidiotus destructor) pada tanaman kelapa.

Agar predator & tanaman ni sukses sebagai agen pengendali biologis terhadap serangga, maka harus bisa beradaptasi dulu dgnlingkungan tempat hidup serangga hama. Predator & parasit seperti ituharus bisa beradaptasi dgncepat pada lingkungan baru. Parasit & predator juga harus bersifat spesifik terhadap hama & mampu mencari & membunuhnya.

Parasit harus mempunyai siklus hidup lebih pendek daripada inangnya & mampu berkembang lebih cepat dr inangnya. Siklus hidup parasit waktunya harus sinkron dgninangnya hingga apabila saat populasi inang meningkat maka saat peningkatan populasi parasit tak terlambat datangnya. Predator tak perlu mempunyai siklus hidup sama dgninangnya, karena pada umumnya predator ni mempunyai siklus hidup lebih lama daripada inangnya & setiap individu predator mampu memangsa beberapa ekor hama.

Baik parasit maupun predator mempunyai ratio jantan & betina besar, mempunyai keperidian & kecepatan hidup tinggi serta memiliki kemampuan meenyebar cepat pada suatu daerah & serangga - serangga seperti itusecara efektif mampu mencari inang atau mangsanya.

Beberapa parasit fase dewasa memerlukan polen & nektar, hingga untuk pelepasan & pengembangan parasit pada suatu daerah, perlu diperhatikan ; daerah tersebut banyak tersedia polen & nektar nanti bisa digunakan sebagai pakan tambahan.

Parasit didatangkan dr suatu daerah, mula - mula dipelihara dahulu di karantina selama beberapa saat agar serangga ni mampu beradaptasi & berkembang. Selama pemeliharaan di dalam karantina, serangga-serangga ni bisa diberi pakan dgnpakan buatan atau mungkin bisa pula digunakan inangnya dilepaskan pada tempat pemeliharaan. Setelah dilepaskan di lapangan populasi parasit ni harus bisa dimonitor untuk mengetahui apakah parasit iru sudah mapan, menyebar & bisa berfungsi sebagai agen pengendali biologis efektif; & bila memungkinkan serangga ni mampu mengurangi populasi hama relatif lebih cepat dalam beberapa tahun.

Contoh pengendalian biologis pernah dilakukan di Australia ; pengendalian Aphis dgnmenggunakan tabuhan chalcid atau pengendalian kutu menyerang jeruk dgnmenggunakan tabuhan Aphytes.

Selain menggunakan parasit & predator, untuk menekan populasi serangga hama bisa pula memanfaatkan beberapa pathogen penyebab penyakit pada serangga. Seperti halnya dgnbinatang lain, serangga bersifat rentan terhadap penyakit disebabkan olh bakteri, cendawan, virus & protozoa. Pada kondisi lingkungan cocok beberapa jenis penyakit akan menajdi wabah epidemis. Penyakit tersebut secara drastis mampu menekan populasi hama hanya dalam beberapa hari.

Beberapa jenis bakteri, misal Bacillus thuringiensis secara komersial diperdagangkan dalam bentuk spora, & bakteri ni dipergunakan untuk menyemprot tanaman seperti halnya insektisida. bersifat rentan terhadap bahan ni ; fase ulat, & bilamana ulat-ulat seperti itumakan spora, maka akhirnya bakteri akan berkembang di dalam usus serangga hama, akhirnya bakteri seperti itumenembus usus & masuk ke dalam tubuhnya, hingga akhirnya larva akan mati.

Jamur bisa pula digunakan untuk mengendalikan serangga hama, sebagai contoh Entomorpha digunakan untuk mengendalikan Aphis menyerang alfafa; spesies Beauveria untuk mengendalikan ulat & Metarrhizium anisopliae sekarang sudah dikembangkan secara masal dgnmedium jagung. Jamur ni digunakan untuk mengendalikan larva Orycetes rhinoceros imagonya adalah penggerek pucuk kelapa.

Lebih dr 200 jenis virus mampu menyerang serangga. Jenis virus telah digunakan untuk mengendalikan hama ; Baculovirus untuk menekan populasi Orycetes rhinoceros; Nuclear polyhidrosis virus telah digunakan untuk mengendalikan hama Heliothis zeae pada tongkol jagung, bahan tersebut telah banyak digunakan di AS, Eropa & Australia. Virus tersebut masuk & memperbanyak diri dalam sel inang sebelum menyebar ke seluruh tubuh. Inti dr sel - sel terserang menjadi besar, kemudian virus tersebut menuju ke rongga tubuh akhirnya inang akan mati.

Metode pengelolaan agen pengendali biologi terhadap serangga hama meliputi :

1. Introduksi, yakni upaya mendatangkan musuh alami dr luar (exotic) ke wilayah baru (ada barier ekologi).
2. Konservasi, yakni upaya pelestarian keberadaan musuh alami di suatu wilayah dgnantara lain melalui pengelolaan habitat.
3. Augmentasi, parasit & predator lokal telah ada diperbanyak secara massal pada kondisi terkontrol di laboratorium hingga jumlah agensia sangat banyak, hingga bisa dilepas ke lapangan dalam bentuk pelepasan inundative.

D. PENGENDALIAN DGNVARIETAS TAHAN

Beberapa varietas tanaman tertentu kuran bisa diserang olh serangga hama atau kerusakan diakibatkan olh serangan hama relatif lebih kecil bila dibandingkan dgnvarietas lain. Varietas tahan tersebut mempunyai satu atau lebih sifat-sifat fisik atau fisiologis memungkinkan tanaman tersebut bisa melawan terhadap serangan hama.

Mekanisme ketahanan tersebut secara kasar bisa dibedakan menjadi tiga kelompok yaseperti itu:

1. Toleransi

Tanaman memiliki kemampuan melawan serangan serangga & mampu hidup terus serta tetap mampu berproduksi, bisa dikatakan sebagai tanaman toleran terhadap hama. Toleransi ni sering juga tergantung pada kemampuan tanaman untuk mengganti jaringan terserang, & keadaan ni berhubungan dgnfase pertumbuhan & kerapatan hama menyerang pada suatu saat.

2. Antibiosis

Tanaman - tanaman mengandung toksin (racun) biasanya memberi pengaruh kurang baik terhadap serangga. Tanaman demikian dikatakan bersifat antibiosis. Tanaman ni akan mempengaruhi banyaknya bagian tanaman dimakan hama, bisa menurutkan kemampuan berkembang biak dr hama & memperbesar kematian serangga. Tanaman kapas mengandung senyawa gossypol dgnkadar tinggi mempunyai ketahanan lebih baik bila dibandingkan dgn mengandung kadar lebih rendah, karena bahan kimia ni bekerja sebagai antibiosis terhadap jenis serangga tertentu.

3. Non prefens

Jenis tanaman tertentu mempunyai sifat fisik & khemis tak disukai serangga. Sifat - sifat tersebut bisa berupa tekstur, warna, aroma atau rasa & banyaknya rambut hingga menyulitkan serangga untuk meletakkan telur, makan atau berlindung. Pada satu spesies tanaman bisa pula terjadi bahwa satu tanaman kurang bisa terserang serangga dibanding lain. Hal ni disebabkan adanya perbedaan sifat ada hingga bisa lebih menarik lagi bagi serangga untuk memakan atau meletakkan telur. Contoh pengendalian hama telah memanfaatkan varietas tahan ; pengendalian terhadap wereng coklat pada tanaman padi, pengendalian terhadap kutu loncat pada lamtoro, pengendalian terhadap Empoasca pada tanaman kapas.

E. PENGENDALIAN HAMA DGNPENGATURAN CARA BERCOCOK TANAM

Pada dasarnya pengendalian ni adalah pengendalian bekerja secara alamiah, karena sebenarnya tak dilakukan pembunuhan terhadap hama secara langsung. Pengendalian ni adalah usaha untuk mengubah lingkunagn hama dr keadaan cocok menjadi sebaliknya. Dgnmengganti jenis tanaman pada setiap musim, berarti akan memutus tersedianya makanan bagi hama-hama tertentu.

Sebagai contoh dalam pengendalian hama wereng coklat (Nilaparvata lugens) diatur pola tanamnya, yakni setelah padi - padi, pada periode berikutnya supaya diganti dgnpalawija. Cara ni dimaksudkan untuk menghentikan berkembangnya populasi wereng. Cara di atas bisa pula diterapkan pada hama lain, khususnya memiliki inang spesifik. Kebaikan dr pengendalian hama dgnmengatur pola tanam ; bisa memperkecil kemungkinan terbentuknya hama biotipe baru. Cara - cara pengaturan pola tanam telah diterapkan pada pengendalian wereng coklat ; :

a. Tanam serentak meliputi satu petak tersier (wikel) dgnselisih waktu maksimal dua minggu & selisih waktu panen maksimal 4 minggu, atau dgnkata lain varietas ditanam relatif mempunyai umur sama. Dgntanam serentak diharapkan tak terjadi tumpang tindih generasi hama, hingga lebih mudah memantau & menjamin efektifitas pengendalian, karena penyemprotan bisa dilakukan serentak pada areal luas.

b. Pergiliran tanaman meliputi areal minimal satu WKPP dgnumur tanaman relatif sama.

c. Pergiliran varietas tahan. Untuk daerah-daerah berpengairan baik, para petani pada ummnya akan menanam padi - padi sepanjang tahun. Kalau pola demikian tak bisa diubah maka teknik pengendalian bisa dilakukan ; dgnmelakukan pergiliran varietas ditanam. Pada pengendalian ni diusahakan supaya digunakan varietas mempunyai tetua berbeda, dgndemikian bisa menghambat terbentuknya wereng biotipe baru.

F. PENGENDALIAN HAMA DGNSANITASI & ERADIKASI

Beberapa jenis hama mempunyai makanan, baik berupa tanaman diusahakan manusia maupun tanaman liar (misal rumput, semak - semak, gulam & lain - lain). Pada pengendalian dgncara sanitasi eradikasi dititikberatkan pada kebersihan lingkungan di sekitar pertanaman. Kebersihan lingkungan tak hanya terbatas di sawah ada tanamannya, namun pada saat bero dianjurkan pula membersihkan semak-semak atau turiang-turiang ada. Pada musim kemarau sawah belum ditanami agar dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Hal ni dimaksudkan untuk membunuh serangga-serangga hidup di dalam tanah, memberikan pengudaraan (aerasi), & membunuh rerumputan mungkin adalah inang pengganti suatu hama tertentu.

Contoh pengendalian dgneradikasi terhadap serangan hama wereng coklat ; :

a. Pada daerah serangan wereng coklat tetapi bukan adalah daerah serangan virus, eradikasi dilakukan pada tanaman padi telah puso. Pada daerah serangan berat eradikasi hendaknya diikuti pemberoan selama 1 - 2 bulan atau mengganti dgntanaman selain padi.

b. Pada daerah serangan hama wereng juga adalah daerah serangan virus, eradikasi dilakukan sebagai berikut :

1). Eradikasi selektif dilakukan pada padi stadia vegetatif terserang virus dgnintensitas sama dgnatau kurang dr 25 % atau padi stadia generatif dgnintensitas serangan virus kurang dr 75 %.

2). Eradikasi total dilakukan terhadap pertanaman statdia vegetatif dgnintensitas serangan virus lebih besar dr 25 % atau pada padi stadia generatif dgnintensitas serangan virus lebih besar sama dgn75 %.

Cara melakukan eradikasi ; dgnmembabat tanaman terserang hama, kemudian membakar atau membenamkan ke dalam tanah.

G. PENGENDALIAN KIMIA

Bahan kimia akan digunakan untuk mengendalikan hama bilamana pengendalian lain telah diuarikan lebih dahulu tak mampu menurunkan populasi hama sedang menyerang tanaman.

Kelompok utama pestisida digunakan untuk mengendalikan serangga hama dgntunggau ; insektisida, akarisida & fumigan, sedang jenis pestisida lain diberi nama masing-masing sesuai dgnhama sasarannya. Dgndemikian penggolongan pestisida berdasar jasad sasaran dibagi menjadi :

a. Insektisida : yaseperti ituracun digunakan untuk memberantas jasad pengganggu berupa serangga. Contoh : Bassa 50 EC Kiltop 50 EC & lain - lain.

b. Nematisida : yaseperti ituracun digunakan untuk memberantas jasad pengganggu berupa cacing - cacing parasit biasa menyerang akar tanaman. Contoh : Fura& 3 G.

c. Rodentisida : yaseperti ituracun digunakan untuk memberantas binatang - binatang mengerat, seperti misalnya tupai, tikus. Contoh : Klerat RM, Racumin, Caumatatralyl, Bromodoiline & lain - lain.

d. Herbisida : ; pestisida digunakan untuk mengendalikan gulam (tanaman pengganggu). Contoh : Ronstar ODS 5 / 5 Saturn D.

e. Fungisida : digunakan untuk memberantas jasad berupa cendawan (jamur). Contoh : Rabcide 50 WP, Kasumin 20 AB, Fujiwan 400 EC, Daconil 75 WP, Dalsene MX 2000.

f. Akarisida : yaseperti ituracun digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu berupa tunggau. Contoh : Mitac 200 EC, Petracrex 300 EC.

g. Bakterisida : yaseperti ituracun digunakan untuk mengendalikan penykit tanaman disebabkan olh bakteri. Contoh : Ffenazin - 5 - oksida (Staplex 10 WP).

Insektisida bisa pula dibagi menurut jenis aktivitasnya. Kebanyakan insektisida bersifat racun bilamana bersentuhan langsung atau tertelan serangga. Namun ada pula jenis lain bersifat sebagai repelen (jenis ni digunakan untuk mencegah serangga akan menyerang tanaman), atraktan (bahan bisa menarik serangga, dgndemikian serangga terkumpul akan lebih mudah terbunuh), anti fee& (senyawa ni bisa menghindarkan dr serangan suatu serangga) & khemosterilan ( bisa menyebabkan kemandulan bagi serangga terkena).

Menurut sifat kecepatan meracun, pestisida digolongkan menjadi :

1. Racun kronis : yaseperti ituracun bekerjanya sangat lambat hingga untuk mematikan hama membutuhkan waktu sangat lama. Contoh : racun tikus Klerat RMB.

2. Racun akut : ; racun bekerjanya sangat cepat hingga kematian serangga bisa segera diketahui setelah racun tersebut mengenai tubuhnya. Contoh : Bassa 50 EC, Kiltop 50 EC, Baycarb 50 EC & lain - lain.

Ditinjau dr cara bekerjanya, pestisida dibagi menjadi :
1. Racun perut

Racun ni terutama digunakan untuk mengendalikan serangga mempunyai tipe alat mulut pengunyah (ulat,belalang & kumbang), namun bahan ni bisa pula digunakan terhadap hama menyerang tanaman dgncara mengisap & menjilat. Bahan insektisida ni disemprotkan pada bagian dimakan serangga hingga racun tersebut akan tertelan masuk ke dalam usus, & di sinilah terjadi peracunan dalam jumlah besar.

Ada 4 cara aplikasi racun perut terhadap serangga :

a. Insektisida diaplikasikan pada makanan alami serangga hingga bahan tersebut termakan olh serangga sasaran. Bahan makanan seperti itubisa berupa daun, bulu-bulu / rambut binatang. Dalam aplikasinya, bahan - bahan makanan serangga harus tertutup rata olh racun pada dosis lethal hingga hama makan bisa mati.

b. Insektisida dicampur dgnbahan atraktan & umpan seperti ituditempatkan pada suatu lokasi mudah ditemukan serangga.

c. Insektisida ditaburkan sepanjang jalan bolh dilalui hama. Selagi hama seperti itulewat biasanya antene & kaki akan bersentuhan dgninsektisida atau bahkan insektisida seperti itutertelan. Akibatnya hama mati.

d. Insektisida diformulasikan dalam bentuk sistemik, & racun ni diserap olh tanaman atau tubuh binatang piaraan kemudian tersebar ke seluruh bagian tanaman atau ba& hingga apabila serngga hama tersebut mengisap cairan tanaman atau cairan dr tubuh binatang (terutama hama mempunyai tipe mulut pengisap, misal Aphis) & bila dosis diserap mencapai dosis lethal maka serangga akan mati.

2. Racun kontak

Insektisida ni masuk ke dalam tubuh serangga melalui permukaan tubuhnya khususnya bagian kutikula tipis, misal pada bagian daerah perhubungan antara segmen, lekukan-lekukan terbentuk dr lempengan tubuh, pada bagian pangkal rambut & pada saluran pernafasan (spirakulum). Racun kontak seperti itubisa diaplikasikan langsung tertuju pada jasad sasaran atau pada permukaan tanaman atau pada tempat - tempat tertentu biasa dikunjungi serangga. Racun kontak mungkin diformulasikan sebagai cairan semprot atau sebagai serbuk. Racun kontak telah melekat pada serangga akan segera masuk ke dalam tubuh & disinilah mulai terjadi peracunan.

digolongkan sebagai insektisida kontak ; :

a. Bahan kimia berasal dr kestrak tanamaan, seperti misalnya nikotin, rotenon, pirethrum.

b. Senyawa sintesis organik, misal BHC, DDT, Chlordan, Toxaphene, Phosphat organik.

c. Minyak & sabun.

d. Senyawa anorganik seperti misalnya Sulfur & Sulfur kapur.

3. Racun pernafasan

Bahan insektisida ni biasanya bersifat mudah menguap hingga masuk ke dalam tubuh serangga dalam bentuk gas. Bagian tubuh dilalui ; organ - organ pernafasan seperti misalnya spirakulum. Olh karena bahan tersebut mudah menguap maka insektisida ni juga berbahaya bagi manusia & binatang piaraan. Racun pernafasan bekerja dgncara menghalangi terjadinya respirasi tingkat selulair dalam tubuh serangga & bahan ni sering bisa menyebabkan tak aktifnya enzim-enzim tertentu. Contoh racun nafas ; : Hidrogen cyanida & Carbon monoksida.

4. Racun Syaraf

Insektisida ni bekerja dgncara menghalangi terjadinya transfer asetikholin estrase mempunyai peranan penting dalam penyampaian impul. Racun syaraf biasa digunakan sebagai insektisida ; senyawa organo klorin, lindan, carbontetraclorida, ethylene diclorida : insektisida-insektisida botanis asli seperti misalnya pirethin, nikotin, senyawa organofosfat (parathion & dimethoat) & senyawa karbanat (methomil, aldicarb & carbaryl).

5. Racun Protoplasmik

Racun ni bekerja terutama dgncara merusak protein dalam sel serangga. Kerja racun ni sering terjadi di dalam usus tengah pada saluran pencernaan.Golongan insektisida termasuk jenis ni ; fluorida, senyawa arsen, borat, asam mineral & asam lemak, nitrofenol, nitrocresol, & logam - logam berat (air raksa & tembaga).

6. Racun penghambat khitin

Racun ni bekerja dgncara menghambat terbentuknya khitin. Insektisida termasuk jenis ni biasanya bekerja secara spesifik, artinya senyawa ni mempunyai daya racun hanya terhadap jenis serangga tertentu. Contoh : Applaud 10 WP terhadap wereng coklat.

8. Racun sistemik

Insektisida ni bekerja bilamana telah terserap tanaman melalui akar, batang maupun daun, kemudian bahan-bahan aktifnya ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman hingga bilamana serangga mengisap cairan atau memakan bagian tersebut akan teracun.

Pestisida ; adalah racun, baik bagi hama maupun tanaman disemprot. Mempunyai efek sebagai racun tanaman apabila jumlah disemprotkan tak sesuai dgnaturan & berlebihan (overdosis), karena keadaan ni bisa mengakibatkan terjadinya kebakarn tanaman. Untuk memperolh hasil pengendalian memadai namun pertumbuhan tanaman tak terganggu, pemakaian pestisida hendaknya memperhatikan kesesuaiannya, baik tepat jenis, tepat waktu maupun tepat ukuran (dosis & konsentrasi). Dosis ; banyaknya pestisida digunakan untuk mengendalikan hama secara memadai pada lahan seluas 1 ha. Konsentrasi ; banyaknya pestisida dilarutkan dalam satu liter air.

Untuk menyesuaikan dgnkondisi setempat serta memperolh efektifitas pengendalian tinggi maka olh perusahaan pestisida, satu bahan aktif dibuat dalam bermacam-macam formulasi.

Tujuan dr formulasi ni ; :

1. Mempermudah penyimpanan.

2. Mempermudah penggunaan.

3. Mengurangi daya racun berlebihan.

Pestisida terbuat dr campuran antara dua bahan, yaseperti itubahan aktif (bahan pestisida mempunyai daya racun) & bahan pembawa / inert (bahan pencampur tak mempunyai daya racun).

Macam-macam formulasi banyak dibuat olh perusahaan pembuat pestisida ; :

1. Formulasi dalam bentuk cairan

a. Cairan diemulsikan.

Biasanya ditandai dgnkode EC (Emulsifeable Concentrate) yaseperti itucairan diemulsikan. Pestisida ni dalam bentuk asli berwarna bening setelah dicampur air akan membentuk emulsi berwarna putih susu. Contoh : Dharmabas 50 EC, Bassa 50 EC & lain - lain.

b. Cairan bisa dilarutkan.

Formulasi ni biasanya ditandai dgnkode WSC atau SCW yaseperti itukependekan dr Soluble Concentrated in Water. Pestisida ni bila dilarutkan dalam air tak terjadi perubahan warna (tak membentuk emulsi hingga cairan tersebut tetap bening). Contoh : Azodrin 15 WSC.

2. Bentuk Padat

a. Berupa tepung bisa dilarutkan, dgnkode SP (Soluble Powder). Penggunaannya disemprotkan dgnsprayer. Contoh : Sevin 85 SP.

b. Berupa tepung bisa dibasahi dgnmerek dagang WP (Weatable Powder). Pestisida ni disemprotkan dgndicampur air. Karena sifatnya tak larut sempurna, maka selama menyemprot seharusnya disertai dgnpengadukan secara terus-menerus.Contoh: Aplaud 10 WP.

c. Berupa butiran dgnkode G (Granulair). Aplikasi pestisida ni ; dgnmenaburkan atau membenamkan dekat. Contoh : Fura& 3 G, Dharmafur 3 G.

d. Campuran umpan (bait). Pestisida ni dicampur dgnbahan makanan disukai hama, kemudian diumpankan. Contoh : Klerat RMB.

RANGKUMAN

Pengendalian hama adalah upaya manusia untuk mengusir, menghindr & membunuh secara langsung maupun tak langsung terhadap spesies hama. Pengendalian hama tak bermaksud memusnahkan spesies hama, melainkan hanya menekan sampai pada tingkat tertentu saja hingga secara ekonomi & ekologi bisa dipertanggungjawabkan.

Falsafah pengendalian hama digunakan ; Pengelolaan / Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT tak pernah mengandalkan satu taktik pengendalian saja dalam memcahkan permasalahan hama timbul, melainkan dgntetap mencari alternatif pengendalian lain.

Beberapa taktik pengendalian hama dikenal meliputi : taktik pengendalian secara mekanis, fisis, hayati, dgnvarietas tahan, mengatur pola tanam, sanitasi & eradikasi, & cara kimiawi.

0 comments: