Monday, November 10, 2008

Teknologi Penyiapan Lahan Konservasi untuk Pertanian Berkelanjutan

Revolusi Hijau sebagai tonggak dalam modernisasi pertanian telah memberikan sumbangan berarti bagi ketersediaan pangan cukup, untuk memenuhi kebutuhan manusia semakin meningkat jumlahnya. Di dalam modernisasi pertanian telah diperkenalkan berbagai teknologi & metode baru Cara Budidaya tanaman hingga mampu meningkatkan produktivitas & kualitas hasil panen. Teknik & metode digunakan saat ni antara lain, pengolahan lahan baik, pengairan cukup, penggunaan benih unggul, pemberian pupuk berimbang, pengendalian hama & penyakit tanaman secara efektif, serta penanganan pasca panen tepat. Teknik & metode tersebut telah digunakan secara luas di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia.

Salah satu keunggulan dr teknologi pertanian modern ; kemampuannya untuk meningkatkan produksi pertanian dr lahan relatif tetap, hingga bisa dihindr pembukaan lahan-lahan baru bisa mengganggu keseimbangan & kerusakan ekologi. Dr suatu satuan lahan bisa diusahakan peningkatan hasil melalui peningkatan jumlah pertanaman maupun peningkatan hasil panen melalui penggunaan masukan-masukan produksi efisien. Program intensifikasi pertanian telah memperlihatkan hasil nyata selama beberapa dekade terakhir, di mana produksi pertanian bisa ditingkatkan sejalan dgnpeningkatan jumlah penduduk.

Walaupun pertanian modern telah memberikan sumbangan berarti, namun masih belum menjawab secara tuntas berbagai masalah dihadapi olh para petani, misalnya masalah fluktuasi harga komoditi pertanian ekstrim serta kesinambungan produksi pertanian seperti itusendiri. Masalah harga komoditi pertanian ni sering menempatkan petani sebagai pihak lemah di dalam sistem pemasaran hasil-hasil pertaniannya. Olh sebab seperti itudiperlukan solusi baru bisa membantu menekan biaya produksinya serta meningkatkan produktivitas tanamannya. Masalah lainnya ; bahwa usaha pertanian secara intensif maupun ekstensif dgnmenggunakan teknologi konvensional dinilai telah sampai pada titik jenuhnya, bahkan akhir-akhir ni produktivitas pertanian dinilai mulai mengalami penurunan. Penyebabnya antara lain ; degradasi lahan sebagai salah satu akibat dr praktek pertanian konvensional seperti itusendiri, khususnya dalam cara-cara pengolahan tanah.

Pengolahan tanah modern dinilai sebagai salah satu penyebab dr krisis pertanian, padahal petani harus meningkatkan produksi sebesar 40% untuk memberi makan penduduk dunia pada tahun 2020. Melalui intensifikasi pertanian, lahan diolah secara sempurna. Pengolahan lahan secara sempurna menyebabkan bongkahan-bongkahan tanah tercuci & tererosi olh air hujan maupun air irigasi. Bahan-bahan organik & mineral tanah pada lapisan olah tererosi tersebut kemudian hanyut terbawa air ke sungai & selanjutnya ke laut. Proses berulang secara terus menerus tersebut akhirnya menurunkan kandungan bahan organik & mineral tanah berakibat pada penurunan kesuburan lahan pertanian. Diperkirakan puluhan kilogram mineral tanah tererosi setiap tahunnya. Di samping itu, erosi juga mengakibatkan pendangkalan sungai, menyebabkan sungai-sungai menjadi keruh & kehidupan biota air terganggu. Singkatnya, pengolahan tanah sempurna cara konvensional dalam jangka panjang akan menurunkan produktivitas lahan pertanian & kerusakan lingkungan, hingga dikuatirkan bahwa penggunaan teknik & metoda konvensional saat ni tak bisa memenuhi kebutuhan pangan manusia di masa mendatang, serta menurunkan daya dukung lahan pertanian.

Olh karena adanya permasalahan di atas, maka perlu diupayakan suatu teknik & metode baru bagi petani untuk menanggulagi masalah-masalah tersebut. Teknik & metoda baru tersebut setidak-tidaknya harus memenuhi empat kriteria utama yaitu: pertama, bahwa teknologi tersebut ; mudah & praktis dalam aplikasinya di lapangan; kedua, bisa menekan biaya produksi pertanian; ketiga, bisa meningkatkan produktivitas tanaman; & keempat, mencegah degradasi lahan & lingkungan dalam jangka panjang. Dgndemikian maka diharapkan petani bisa menikmati keuntungan di dalam usahataninya serta produktivitas pertanian aman, & secara ekologis bisa dipertahankan dalam jangka panjang.

Salah satu teknik & metoda diyakni sebagai jalan keluar bagi permasalahan petani di atas ; dikenal sebagai pengolahan lahan konservasi, sebagai salah satu bagian dr sistem pertanian konservasi sedang diperkenalkan olh berbagai negara di dunia. Olah tanah konservasi diyakni sebagai jalan keluar bagi permasalahan produktivitas pertanian. Pertanian konservasi telah dipraktekkan pada sekitar 45 juta ha lahan pertanian di dunia, utamanya di Amerika Utara & Selatan. Di beberapa negara bagian di Brazil, pertanian konservasi sudah adalah kebijakan pemerintah. Bahkan di Amerika Tengah & Costa Rica telah terbentuk Kementrian Konservasi Pertanian memang secara khusus memasukkan program konservasi di dalam program pembangunan pertaniannya. Salah satu cara di dalam pengolahan lahan konservasi seperti itu; dgnmenerapkan Teknologi Penyiapan Lahan (TPL) untuk pertanian berkelanjutan. Teknologi Penyiapan Lahan ; suatu teknik penyiapan lahan dgnmenggunakan herbisida sebelum penanaman. Herbisida digunakan sebagai alat untuk menyiapkan lahan pertanian secara cepat melalui olah tanam minimum atau tanpa olah tanah. Herbisida digunakan antara lain herbisida Kontak berbahan aktif parakuat (misalnya Gramoxone banyak dikenal petani), maupun herbisida sistemik berbahan aktif glifosat potasium (seperti Touchdown Hitech & Toupan IQ). Untuk lahan basah seperti persawahan beririgasi teknis serta lahan pasang surut selalu tergenang air, herbisida Kontak adalah herbisida paling tepat karena bisa mengendalikan gulma dgnefektif dalam kondisi lahan seperti itu.

Teknologi Penyiapan Lahan dgnmenggunakan herbisida telah diperkenalkan secara luas di dunia. Di Paraguai, TPL telah diterapkan di lebih dr 52% lahan pertaniannya. Di Argentina, 32% lahan pertanian telah menggunakan teknologi tersebut. Di Amerika & Brazil, teknologi ni telah diadopsi & diterapkan secara konsisten, & sekarang telah meliputi 16% & 21% dr total areal pertanian di kedua negara tersebut. Di Afrika, teknologi tersebut juga telah diterapkan di sejumlah wilayah pertanian.

Di Indonesia sendiri, TPL masih tergolong baru diperkenalkan. Petani-petani padi pasang surut telah menikmati manfaat teknologi ni sejak dua puluh tahun lalu, karena bisa menekan biaya mempercepat waktu penyiapan lahan & bisa meningkatkan luas maupun indeks pertanaman dalan satu tahun. Di lahan-lahan sawah beririgasi, teknologi ni juga menawarkan manfaat sama. Aplikasi teknologi ni di lapangan sederhana sekali. Lahan akan ditanami padi misalnya biasanya ditumbuhi gulma & atau singgang padi bekas panen sebelumnya. DgnTPL, petani melakukan penyemprotan gulma dgnherbisida Kontak. Satu atau dua hari kemudian, setelah gulma atau singgang menguning, lahan tersebut digenangi selama empat sampai lima hari. Tujuan penggenangan tersebut ; untuk mempercepat dekomposisi gulma atau singgang padi tersebut. Gulma terdekomposisi tersebut adalah sumber bahan organic & mineral baik untuk meningkatkan kesuburan tanah serta mencegah erosi. Setelah penggenangan, gulma mati tersebut direbahkan atau diratakan. Tujuannya ; untuk menjadikan lahan tersebut siap tanam. Segera setelah perebahan atau perataan tanah, lahan tersebut sudah bisa ditanami padi. Proses penyiapan lahan dgnTPL hanya membutuhkan waktu sekitar7-8 hari saja, sedangkan dgnteknik pengolahan tanah konvensional dibutuhkan waktu sekitar 30-60 hari sebelum padi siap ditanam. Proses penyiapan lahan cepat ni bisa mengoptimalkan penggunaan air, meningkatkan indeks pertanaman dr satu menjadi dua atau dr dua menjadi tiga tanaman setiap tahunnya.

TPL memberikan manfaat besar bagi petani, masyarakat & lingkungan di tingkat lokal maupul global. Manfaatnya bagi petani antara lain bahwa TPL mengurangi biaya & meningkatkan hasil panen. Penelitian telah banyak diadakan di Indonesia, menekan biaya penyiapan lahan sebesar 20-35% serta meningkatkan hasil panen sebesar 10-15% per hektarnya. Dr efisiensi biaya & peningkatan produktivitas, menurut perhitungan, terjadi peningkatan pendapatan & keuntungan petani secara nyata. Bagi masyarakat & lingkungan, TPL bisa memberikan efisiensi dalam penggunaan air, mencegah erosi hingga bisa mempertahankan & meningkatkan kandungan bahan organik tanah, serta mengurangi masalah banjir sebagai akibat dr pendangkalan sungai karena erosi tersebut. TPL juga bermanfaat untuk meminimalkan ketersediaan air, karena penyiapan lahan bisa dilakukan dgncepat maka air tersedia bisa dimanfaatkan dgnefisien. Dalam jangka panjang, TPL akan berperan untuk menstabilkan produksi pertanian serta memperkuat ketahanan pangan.

Secara global TPL juga memberikan banyak manfaat. Pengikatan karbon di dalam bahan-bahan organik berasal dr sisa-sisa gulma atau vegetasi terdekomposisi adalah potensi global konservasi pertanian. Jadi bisa disimpulkan bahwa TPL adalah suatu teknologi tepat guna ideal saat ni karena memenuhi keempat kriteria yaitu, secara nyata bisa menekan biaya produksi, meningkatkan produktivitas tanaman, mudah & praktis dalam aplikasinya di lapangan serta mencegah degradasi lahan dalam jangka panjang. Dgndemikian penggunaan teknologi ni sangat disarankan dalam upaya mewujudkan pertanian berkesinambungan.

0 comments: