Monday, June 9, 2008

Cara Budidaya Sapi Potong

I. Pendahuluan.

Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dgn pola tradisional & skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi bila dilakukan secara besar & modern, dgn skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan baik bila dilakukan dgn prinsip Cara Budidaya modern.

II. Penggemukan
Penggemukan sapi potong ; pemeliharaan sapi dewasa dlm keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dlm waktu relatif singkat (3-5 bulan).
Beberapa hal berkaitan dgn usaha penggemukan sapi potong ; :

1. Jenis-jenis Sapi Potong.
Beberapa jenis sapi digunakan untuk bakalan dlm usaha penggemukan sapi potong di Indonesia ; :

A. Sapi Bali.
Cirinya berwarna merah dgn warna putih pada kaki dr lutut ke bawah & pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini bisa beradaptasi dgn baik pada lingkungan baru.

B. Sapi Ongole.
Cirinya berwarna putih dgn warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir & berpunuk, & daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dgn sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dgn sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.

C. Sapi Brahman.
Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dgn warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.

D. Sapi Madura.
Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terbisa warna putih pada moncong, ekor & kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat ba& rendah.

E. Sapi Limousin.
Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dgn warna merah bata & putih, terbisa warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar & mempunyai tingkat produksi baik

2. Pemilihan Bakalan.
Bakalan adalah faktor penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan.
Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian & pengalaman. Ciri-ciri bakalan baik ; :
- Berumur di atas 2,5 tahun.
- Jenis kelamin jantan.
- Bentuk tubuh panjang, bulat & lebar, panjang minimal 170 cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm.
- Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan, bukan karena sakit).
- Pandangan mata bersinar cerah & bulu halus.
- Kotoran normal

III. Tatalaksana Pemeliharaan.
3.1. Perkandangan.
Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu & kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini bisa memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tak terjadi kompetisi dlm mendapatkan pakan & memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi diperoleh dr pakan digunakan untuk hidup pokok & produksi daging tak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dlm satu periode penggemukan ditempatkan dlm satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dlm mendapatkan pakan sehingga sapi lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.

3.2. Pakan.
Berdasarkan kondisi fisioloigis & sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dlm mulut dgn bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dlm rumen dgn bantuan mikrobia rumen & secara enzimatis setelah melewati rumen.
Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dgn mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil optimal & membutuhkan waktu lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan ; dgn pakan kombinasi antara hijauan & konsentrat. Konsentrat digunakan ; ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas & buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap & aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dlm berat kering) tiap ekor ; 2,5% berat badannya. Hijauan digunakan ; jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang & rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah & rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.
Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) & kadar serat kasar. Pakan hijauan berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi sifatnya sukar dicerna karena terbisa lignin sukar larut oleh enzim pencernaan.

Oleh karena itu PT. NATURAL NUSANTARA juga mengeluarkan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus. Produk ini menggunakan teknologi asam amino diciptakan dgn pendekatan fisiologis tubuh sapi, yaitu dgn meneliti berbagai nutrisi dibutuhkan ternak.

VITERNA Plus mengandung berbagai nutrisi dibutuhkan ternak, yaitu :
- Mineral-mineral sebagai penyusun tulang, darah
& berperan dlm sintesis enzim, yaitu N, P, K,
Ca, Mg, Cl & lain-lain.
- Asam-asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin & lain-lain sebagai penyusun protein, pembentuk sel & organ tubuh.
- Vitamin lengkap berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh normal & meningkatkan ketahanan tubuh sapi dr serangan penyakit.
- Asam - asam organik essensial, diantaranya asam propionat, asam asetat & asam butirat.
Cara penggunaannya ; dgn dicampurkan dlm air minum or komboran dgn dosis :
5 cc/ekor perhari untuk sapi, kerbau & kuda
4 cc/ekor perhari untuk kambing & domba.
Penambahan VITERNA Plus tersebut dilakukan pada pemberian air minum or komboran pertama.

3.3. Pengendalian Penyakit.
Dlm pengendalian penyakit, lebih utama dilakukan ; pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi & tak terjaminnya keberhasilan pengobatan dilakukan. Usaha pencegahan bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi ; :

a. Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dgn tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu tak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat ba& ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi ; satu minggu untuk sapi sehat & pada sapi sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama menderita sakit agar tak menular kepada sapi lain sehat.

b. Menjaga kebersihan sapi bakalan & kandangnya. Sapi digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran banyak karena mendapatkan pakan mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat bila kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri & virus penyebab penyakit.

c. Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi penting dilakukan ; vaksinasi Anthrax.
Beberapa jenis penyakit bisa meyerang sapi potong ; cacingan, Penyakit Mulut & Kuku (PMK), kembung (Bloat) & lain-lain.

IV. Produksi Daging.
Faktor-faktor mempengaruhi produksi daging adalah
1. Pakan.
Pakan berkualitas & dlm jumlah optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dgn NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat & sehat.

2. Faktor Genetik.
Ternak dgn kualitas genetik baik akan tumbuh dgn baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.

3. Jenis Kelamin.
Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur sama, ternak jantan mempunyai tubuh & daging lebih besar.

4. Manajemen.
Pemeliharaan dgn manajemen baik membuat sapi tumbuh dgn sehat & cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.

Sumber :http://teknis-Cara Budidaya.blogspot.com

0 comments: